Pengungsi Syiah: Bapak Presiden, tolong dengar keluhan kami
"Kami mohon keadilan. Bukan ingin melihat bapak yang sibuk mengurus partai saja," ujar Zaini.
Para pengungsi Syiah Sampang, Madura, Jawa Timur yang direlokasi ke Puspa Agro Jemundo, Taman, Sepanjang, Sidoarjo, memohon belas kasihan Presiden SBY. Mereka berharap pemerintah peduli dengan nasib mereka, bukan menutup mata atas penderitaan yang mereka alami akibat kerusuhan tahun lalu.
"Kami tidak ingin berada di sini (Puspa Agro). Kami sekarang ada di sini karena kami dipaksa untuk ke sini. Kami ditendang, dipaksa untuk pergi," kata Muh Zaini, Kamis (20/6). Zaini adalah anak M Resim alias Hamamah, korban tewas saat kerusuhan Agustus 2012 lalu.
Para pengungsi berharap pemerintah tidak menutup mata atas penderitaan yang mereka alami akibat kerusuhan yang mengakibatkan rumah mereka terbakar. "Ini negara demokrasi, bukan negara otoriter, bukan negara monarki. Kami ingin keadilan. Kenapa orang yang membuat kami sengsara (Rois Al Hukamah), justru divonis bebas. Kami ingin keadilan, bukan diusir dan ditendang seperti ini," ungkap Zaini dengan nada tinggi.
"Kami ini bukan pengikut Tajul Muluk, tapi kami pengikut Syiah. Kami di sini bukan kemauan kami, kami ke sini karena diseret-seret dan dipaksa. Kami menolak direlokasi. Ini bukan kemauan kami. Kami ingin pulang ke tempat kami, bisa hidup tentram di kampung halaman kami, bisa hidup berdampingan dengan mereka, bukan dinistakan seperti ini," katanya lagi dengan nada penuh amarah.
Di tengah ungkapannya yang meledak-ledak itu, Zaini juga mengucapkan salam hormat untuk SBY. "Salam bagi presiden, yang mendengar keluh kesah kami di sini melalui media, melalui para wartawan. Wahai Bapak Presiden, tolong dengar keluhan kami. Kami mohon keadilan. Bukan ingin melihat bapak yang sibuk mengurus partai saja. Akan mengadu ke siapa lagi kami, kalau bukan kepada pemerintah," kata dia penuh harap.
Sementara itu, warga Syiah yang lain, khususnya kaum perempuan dan anak-anak, sebagian ada yang terus menangis, ada juga yang satu persatu tumbang karena sakit. Mereka pun langsung dibawa dan dirawat di ruang posko kesehatan yang ada di area lokasi penampungan.
Diberitakan sebelumnya, dengan dalih akan digunakan sebagai tempat istighosah, Pemkab Sampang meminta para pengungsi Syiah yang berada di GOR Sampang untuk segera angkat kaki.
Namun, para pengikut Tajul Muluk ini pun menolak, hingga akhirnya, Pemkab Sampang dan aparat kepolisian terpaksa memaksa mereka untuk segera meninggalkan Pulau Garam. Mereka diangkut menggunakan bus yang disediakan pemerintah daerah setempat.