Penjelasan Lengkap Skenario Pembunuhan 4 Tokoh Indonesia Bisa Diungkap
Empat tokoh Indonesia, yakni Menkopolhukam Wiranto, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Budi Gunawan dan Staf Khusus Presiden bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.
Pada aksi 21-22 Mei 2019, ada rencana pembunuhan terhadap empat tokoh Indonesia, yakni Menkopolhukam Wiranto, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Budi Gunawan dan Staf Khusus Presiden bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere. Skenario pembunuhan ini cepat terungkap pihak kepolisian.
Mereka yang berencana membunuh merupakan orang bayaran. Yang mengejutkan, skenario pembunuhan 4 tokoh ini melibatkan seorang perempuan. Berikut penjelasan lengkap polisi soal skenario pembunuhan 4 tokoh Indonesia:
-
Dimana demo buruh terjadi? Elemen buruh melakukan rasa di daerah Bekasi, Jawa Barat dan sekitarnya.
-
Kapan aksi demo terjadi? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
-
Siapa yang terlibat dalam demo tersebut? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023). Rencananya, akan ada ribuan massa aksi yang ikut serta dalam demo tersebut.
-
Kapan Mayjen Purn Sunarko ikut demo di KPU? Kedatangan Sunarko untuk menyampaikan protes terhadap hasil pemilu Pemilu 2024.Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko tidak ingin banyak bicara perihal salah mantan Danjen Kopassus ikut dalam barisan demo.
-
Dimana letak Pemandian Derekan? Melihat Petirtaan Derekan, Pemandian Air Panas Kuno di Semarang yang Letaknya Tersembunyi Di Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, tak jauh dari Candi Ngempon dan ruas jalan tol Trans Jawa, terdapat pemandian air panas yang lokasinya tersembunyi.
-
Kapan pertemuan pengurus pusat Partai Demokrat akan diadakan? Ini rencananya besok akan diadakan di hari Senin, tanggal 4 September
Pembunuh Survei Rumah dan Ambil 4 Foto Tokoh
Pihak Kepolisian berhasil menggagalkan rencana pembunuhan terhadap 4 tokoh Indonesia. Polisi menangkap enam tersangka yang melakukan jual beli senjata api (senpi) ilegal terkait kerusuhan 21 dan 22 Mei 2019 di Jakarta. Para tersangka tersebut ialah HK, AZ, IF, TJ, AD, dan wanita berinisial AF alias Fifi.
Kelompok ini akan menggunakan senjata api ilegal itu untuk membunuh tokoh nasional dan pimpinan lembaga survei. Mereka pun telah melakukan survei serta mengambil foto 4 tokoh yang dijadikan target penembakan.
"Sudah digambar, di-mapping oleh mereka. Setting-nya negara ini akan goyang, tapi Allah sayang sama negara ini, kami akhirnya mengungkap kasus ini," kata Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal di Kantor Kemenkopolhukan, Jakarta, Senin (27/5).
Ditangkap di Hotel Megaria, Cikini
Para pembunuh ternyata tidak hanya berencana membunuh 4 tokoh Indonesia saja, namun ada satu orang yang berasal dari tokoh lembaga survei. Meski begitu, polisi enggan mengungkap identitas tokoh lembaga survei itu.
"Yang survei saya enggak mau sebut," kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal menjelaskan keenam tersangka itu berbeda dengan 2 kelompok yang sebelumnya ditangkap pihak keamanan, yaitu kelompok Gerakan Reformis Islam (Garis) yang terafiliasi ISIS dan kelompok pemilik senjata api yang ingin menembak massa untuk dijadikan martir.
Kelompok pelaku yang berencana membunuh 4 tokoh nasional terungkap ketika salah satu tersangka ditangkap di Hotel Megaria, Cikini, Jakarta Pusat, pada Selasa, 21 Mei pukul 11.30 WIB. Petugas menemukan barang bukti senjata api dan kemudian melakukan penelusuran guna meringkus tersangka lainnya.
Pembunuh Bayaran
Keenam tersangka yang merupakan pembunuh bayaran ini memiliki peran beragam. Mereka telah ditangkap di lokasi berbeda pada Selasa 21 Mei hingga Jumat 24 Mei 2019. HK diketahui berperan sebagai pemimpin sekaligus eksekutor dalam kelompok tersebut.
"HK ini perannya adalah leader, mencari senpi, mencari eksekutor, sekaligus menjadi eksekutor, serta pimpin tim turun pada aksi 21 Mei 2019. Jadi tersangka ini ada pada 21 Mei dengan membawa sepucuk senpi revolver taurus," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal.
Dari aksinya tersebut, HK menerima uang sebesar Rp 150 juta. Dia berhasil ditangkap di lobi sebuah hotel di kawasan Menteng, Jakarta Pusat pada Mei 2019 sekira pukul 13.00 WIB.
Tersangka AZ yang merupakan warga Ciputat, Tangerang Selatan juga memiliki peran sebagai perekrut eksekutor pada kerusuhan 21 Mei. Dia juga berperan sebagai eksekutor. Ia ditangkap pada Selasa (21/5/2019) pukul 13.30 WIB di Terminal 1 C Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.
Sementara tersangka IF yang merupakan warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat hanya berperan sebagai eksekutor. Dari misinya itu, IF diganjar uang Rp 55 juta.
"Tersangka keempat, TJ berperan sebagai eksekutor dan menguasai senpi rakitan laras pendek dan senpi laras panjang. Tersangka ini menerima uang Rp 55 juta," tutur Iqbal.
Kemudian tersangka AD berperan sebagai pemasok tiga pucuk senjata api rakitan terkait kerusuhan 21 Mei. Dia menjual senpi rakitan meyer, senpi rakitan laras pendek, dan senpi rakitan laras panjang senilai Rp 26,5 juta kepada HK.
"Tersangka keenam, AF berperan sebagai pemilik dan penjual senpi ilegal revolver taurus kepada HK. Ini perempuan. Dia menerima penjualan senpi Rp 55 juta," kata Iqbal.
Dari penelusuran pihak Kepolisian, untuk membeli senpi ilegal para tersangka menghabiskan dana Rp 150 juta. Ternyata ini dikonversikan dari dolar Singapura.
Siapa Otak di Balik Rencana Pembunuhan?
Polisi mengaku telah mengetahui orang yang membayar para calon eksekutor itu. Lantas, siapa otak di balik rencana pembunuhan ini?
"Nanti mengganggu proses kami kalau saya sebutkan," kata Kadiv Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal.
Sementara, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Karopenmas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan pendana ini memberi uang sebesar Rp 150 juta dalam bentuk dolar Singapura kepada aktor intelektual kemudian disalurkan lagi ke koordinator di lapangan.
"Koordinator lapangan dia mencari senjata, mencari eksekutor, dia memapping di mana tempat eksekusinya. Itu semua," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Karopenmas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo.
Dia menegaskan, dana tersebut bukanlah honor mereka. Setelah melakukan eksekusi pembunuhan baru akan diberikan honornya.
"Honor untuk aksi dikasih lagi. Dan ada janji juga. Pokoknya kalau berhasil mengeksekusi satu, yang apa namanya empat, tapi satu dulu yang harus dieksekusi, yang lembaga survei itu. Kalau misalnya kamu dapat itu, hajar dulu yang lembaga survei, nanti baru dikasih uang dan seluruh keluarganya ditanggung," ungkap Dedi.
Menurut dia, semua dana tersebut berbentuk tunai. "Cash, langsung dikasih cash. Kemudian dicairkan di money changer, Rp 150 juta langsung dia pakai itu," jelas Dedi.
Menurutnya, para tersangka ini semuanya motif ekonomi semata. "Ada order (pembunuhan) dari aktor intelektual. Larinya ke ekonomi," kata Dedi.
Sementara, seorang perempuan berinisial AF yang terlibat jual beli senjata ilegal ini bersuamikan seorang purnawirawan berpangkat Mayor Jenderal. "Iya. Enggak usah dikasih tahu itu sudah tahu," ucap Dedi.
Dia menegaskan, AF merupakan perantara saja. Yang hanya menjual senjata tersebut. "Dia dapat senjata, broker. Kemudian senjata itu dia jual," jelas Dedi.
Dedi tak menjelaskan apakah suaminya yang purnawirawan ikut berperan dan mengetahui senjata tersebut. Menurut dia, pihaknya masih terus melakukan pengembangan terkait asal senjata api itu.
(mdk/has)