Penjelasan PT Pharos Indonesia Soal Kasus Baru Gagal Ginjal Akut Usai Minum Praxion
Atas temuan itu, PT Pharos Indonesia secara sukarela menarik kembali atau recall produk obat sirop Praxion dari batch sebagai bentuk tanggung jawab industri farmasi. Sekaligus melakukan pemeriksaan ulang.
Satu dari dua temuan kasus gagal ginjal akut diketahui sempat mengonsumsi obat Praxion saat mengalami demam. Atas temuan itu, PT Pharos Indonesia secara sukarela menarik kembali atau recall produk obat sirop Praxion dari batch sebagai bentuk tanggung jawab industri farmasi.
Director of Corporate Communication PT Pharos Indonesia, Ida Nurtika, menyampaikan pihaknya prihatin kabar pasien anak yang mengalami Gagal Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) akibat mengonsumsi produk Praxion. PT Pharos telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamanan konsumen.
-
Kapan gejala kanker ginjal muncul? Secara umum, kanker ginjal tidak menimbulkan gejala saat masih stadium awal. Apabila sudah memasuki stadium lanjut, gejala kanker ginjal yang dapat muncul, yaitu:• Demam yang tidak kunjung mereda• Benjolan di sekitar pinggang atau perut• Keringat berlebih, terutama pada malam hari• Berat badan turun tanpa sebab yang jelas• Kehilangan selera makan• Kurang darah• Pucat, lemas, dan mudah lelah
-
Kapan gejala penyakit ginjal muncul? Gejala penyakit ginjal dapat sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan seperti kelelahan dan nyeri punggung, hingga gejala yang lebih serius seperti pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, serta gangguan pada tekanan darah.
-
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal? Apabila penyakit ginjal sudah tahap akhir alias gagal ginjal kronis, maka tidak bisa lagi diperbaiki, yang bisa dilakukan adalah mengganti fungsi ginjal menyaring dan membuang racun dengan cuci darah alias hemodialisis, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), atau transplantasi ginjal.
-
Bagaimana cara mencegah gagal ginjal? Gagal ginjal dapat dicegah dengan langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan secara rutin.Pertama, sangat penting untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dengan meninggalkan kebiasaan merokok dan menghindari alkohol.Selain itu, memantau fungsi ginjal secara teratur melalui tes darah dan urin juga penting untuk memastikan kesehatan ginjal. Kemudian mengontrol tekanan darah dengan menjaga pola makan yang sehat.Berolahraga secara teratur dan menghindari makanan yang tinggi garam juga dapat membantu mencegah gagal ginjal.Selain itu, memperhatikan asupan cairan dengan minum air putih yang cukup juga sangat penting untuk menjaga kesehatan ginjal.
-
Apa itu gagal ginjal kronis? Secara umum, penyakit ini terjadi ketika ginjal mengalami penurunan fungsi secara bertahap dan penurunan laju penyaringan ginjal selama 3 bulan atau lebih.
-
Kenapa gagal ginjal bisa menyebabkan kesemutan? Neuropati uremik adalah komplikasi neurologis yang sering terjadi pada pasien dengan gagal ginjal kronis. Kondisi ini terjadi karena penumpukan produk limbah nitrogen dalam darah yang tidak dapat dieliminasi dengan baik oleh ginjal yang tidak berfungsi dengan baik. Neuropati uremik dapat menyebabkan kerusakan pada saraf perifer, yang dapat menyebabkan sensasi kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada ekstremitas tubuh.
"Pasca mendapatkan berita-berita yang bisa meresahkan masyarakat, PT Pharos Indonesia melakukan pemeriksaan ulang keamanan produk di laboratorium internal," kata Ida Nurtika, dalam rilisnya, Selasa (7/2).
Dia mengatakan, pengujian dilakukan sesuai dengan aturan Farmakope Indonesia edisi VI suplemen II. Hasil pemeriksaan internal, produk PT Pharos masih memenuhi spesifikasi Farmakope Indonesia.
PT Pharos Indonesia lantas meminta seluruh mitra distribusi dan penjualan untuk sementara waktu tidak menjual produk Praxion sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
Untuk memastikan mutu dan keamanan produk, PT Pharos Indonesia juga melakukan pemeriksaan pada tiga laboratorium eksternal yang terakreditasi. Hasil pemeriksaan ini akan diperoleh dalam beberapa hari yang akan datang.
"Untuk memperkuat data, secara aktif PT Pharos Indonesia juga mengumpulkan sampel produk dari apotek-apotek untuk diperiksa mutu dan keamanannya secara intensif, di mana Praxion telah diproduksi sesuai standar CPOB," kata Ida Nurtika. Demikian dikutip dari Antara.
Dia memastikan, PT Pharos Indonesia mendukung penuh upaya Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menginvestigasi permasalahan tersebut.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. M Syahril, mengatakan temuan ini mengagetkan. Karena sejak awal Desember tidak ada penambahan kasus baru GGAPA.
Syahril menjelaskan, dua kasus ini terdiri dari satu kasus terkonfirmasi dan satu kasus suspek. Satu kasus konfirmasi GGAPA dengan pasien anak usia 1 tahun. Balita itu tiba-tiba mengalami demam pada tanggal 25 Januari 2023 dan diberikan obat sirop penurun demam yang dibeli di apotek dengan merek Praxion.
"Pada tanggal 28 Januari, pasien mengalami batuk, demam, pilek, dan tidak bisa buang air kecil atau anuria. Kemudian, dibawa ke Puskesmas Pasar Rebo, Jakarta Timur untuk mendapatkan pemeriksaan dan pada tanggal 31 Januari mendapatkan rujukan ke Rumah Sakit Adhyaksa," jelas Syahril.
Karena ada gejala GGAPA, pasien direncanakan untuk dirujuk ke RSCM. Namun, keluarga menolak dan meminta pulang paksa. Lalu, pada tanggal 1 Februari, orang tua membawa pasien ke RS Polri dan mendapatkan perawatan di ruang IGD dan pasien sudah mulai buang air kecil.
"Pada tanggal 1 Februari, pasien kemudian dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif sekaligus terapi fomepizole. Namun, tiga jam setelah di RSCM, pada pukul 23.00 WIB pasien dinyatakan meninggal dunia," ujar Syahril.
Pada kasus lainnya, pasien adalah anak usia 7 tahun. Pasien awalnya mengalami demam pada tanggal 26 Januari. Kemudian, anak tersebut mengonsumsi obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri.
"Pada tanggal 30 Januari, anak mendapatkan pengobatan penurun demam tablet dari Puskesmas. Pada tanggal 1 Februari, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat racikan. Pada tanggal 2 Februari dirawat di RSUD Kembangan," jelas Syahril.
Pasien kemudian dirujuk dan saat ini masih menjalani perawatan di RSCM. Tak hanya itu, Kemenkes juga melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait pasien ini.
(mdk/lia)