Penjelasan RS Djamil Padang soal Kondisi Siswi SD Tewas Usai Diduga Dibakar Teman Saat Gotong Royong di Sekolah
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang buka suara terkait meninggalnya pasien anak atas nama inisial AR (11) di RSUP M Djamil Padang.
Korban merupakan siswi SDN 10 Durian Jantung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar).
- 10 Anak Cuci Darah di RS Kariadi Semarang, Begini Penjelasan Dinkes Jateng
- Insiden Siswi SD Tewas Diduga Dibakar Teman Saat Gotong Royong di Sekolah, Siapa Harus Bertanggung Jawab?
- Kisah Pilu Siswi SMP di Padang Diperkosa Pacar & 4 Siswa Hingga Hamil 4 Bulan
- Kisah Pilu Siswa SD di Serang, Demi Sekolah Bertaruh Nyawa Sebrangi Sungai Besar dengan Rakit hingga Harus Berenang
Penjelasan RS Djamil Padang soal Kondisi Siswi SD Tewas Usai Diduga Dibakar Teman Saat Gotong Royong di Sekolah
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang buka suara terkait meninggalnya pasien anak atas nama inisial AR (11) di RSUP M Djamil Padang.
AR merupakan siswi SDN 10 Durian Jantung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar). Dia diduga dibakar temannya sendiri pada 28 Februari 2024 lalu saat kegiatan gotong royong di sekolah.
Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUP M Djamil Padang, Besrtari Jaka Budiman mengatakan, penanganan pasien AR sudah sesuai prosedur medis. Dia melanjutkan, terkait beredarnya kabar bahwa pihak rumah sakit memulangkan pasien dalam keadaan memburuk tidaklah benar.
Besrtari mengaku telah merawat inap pasien sebanyak tiga kali selama lima minggu dengan menjalani empat kali operasi.
Perawatan tersebut melibatkan berbagai dokter spesialis mulai dari anak, ICU, dan benah plastik.
"Kemudian karena kondisinya sudah tidak layak untuk dirawat, rumah sakit terinfeksi sehingga berdasarkan perundingan dokter pasien bisa dipulangkan dengan cacatan kontrol ke poli klinik. Kami juga mengajarkan bagaimana cara merawat luka serta menjaga pola makan," katanya melalui video yang diterima merdeka.com, Jumat, (24/5).
Dalan perjalanan, ternyata AR mengalami pemburukan. Empat minggu kemudian, pasien kembali datang ke IGD dalam kondisi muntah-muntah.
Pada saat itu, kondisi pasien cukup berat, sehingga dirawat di PICU anak. Setelah itu, pasien dipindahkan ke bedah plastik tanggal 19 April. Seminggu kemudian kondisinya mulai membaik.
"Karena sudah mulai membaik dipulangkan pada 25 April, namun harus tetap kontrol ke poli klinik," tuturnya.
Dia melanjutkan, pasien kemudian masuk kembali pada 19 Mei dengan kondisi yang agak berat.
"Pasien mulai demam. Kulit berubah warna, namun pada hari 21 Mei 2024 sekitar pukul 15.30 WIB pasien meninggal dunia," tuturnya.
Luka Bakar 31 Persen
Besrtari mengatakan, pasien AR mengalami luka bakar hingga 31 persen saat dilarikan ke rumah sakit.
"Pasien mengalami luka bakar 31 persen," sebutnya.
Sementara itu, dokter spesialis bedah plastik RSUP M Djamil Padang, Deddy Saputra sekaligus Ketua Tim Dokter Penanggung Jawab Pasien mengatakan, dari awal kondisi pasien sudah terancam kerana terdapat luka yang sangat luas sehingga menyebabkan mudah terkontaminasi kuman.
Dia menyebut, tingkat infeksi itu membuat kondisi pasien semakin lemah. Sehingga perawatan tidak hanya dilakukan oleh dokter bedah plastik, namun juga bidang infeksi dan spesialis anak.
"Karena kondisi infeksi sedemikian berat sehingga terjadi penurunan dari organ tubuh sehingga menyebabkan ujungnya terjadi kematian," tuturnya.
Terkait pasien yang sudah diperbolehkan pulang, Deddy menegaskan pada saat itu kondisi lukanya mulai membaik.
“Dipulangkan 5 pekan perawatan, sudah cukup baik itu. Luka tidak ada bernanah, tinggal menunggu penyembuhan saja, bisa dilakukan rawat jalan ke poli klinik," katanya.