Perjalanan Hidup DN Aidit, Memimpin PKI Hingga Tewas Dieksekusi
Nama Dipa Nusantara Aidit atau yang lebih dikenal DN Aidit tak bisa dilepaskan dari Partai Komunis Indonesia alias PKI. Aidit menjadi tokoh utama PKI pasca pemberontakan Madiun 1948 hingga 1965.
Nama Dipa Nusantara Aidit atau yang lebih dikenal DN Aidit tak bisa dilepaskan dari Partai Komunis Indonesia alias PKI. Aidit menjadi tokoh utama PKI pasca pemberontakan Madiun 1948 hingga 1965.
Aidit dilahirkan dengan nama Achmad Aidit di Belitung pada 30 Juli 1923 lalu. Oleh teman-temannya dia dipanggil dengan nama 'Amat'. Saat kecil, Aidit dididik dengan pendidikan Belanda. Namun demikian, ayahnya, Abdullah Aidit, terlibat aktif dalam perjuangan melawan pemerintahan kolonial Belanda.
-
Siapa yang memimpin PKI saat peristiwa G30S PKI terjadi? Di mana peristiwa ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin Dipa Nusantara (DN) Aidit dan Pasukan Cakrabirawa di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
-
Apa tujuan utama dari peristiwa G30S PKI? Terdapat latar belakang dan tujuan tertentu yang berada di balik sejarah G30S PKI yang kelam ini. G30S PKI dilakukan bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan saat itu.
-
Kapan peristiwa G30S PKI terjadi? Sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
-
Kapan peristiwa G30S/PKI terjadi? Tanggal 30 September sampai awal 1 Oktober 1965, menjadi salah satu hari paling kelam bagi bangsa Indonesia.
-
Mengapa G30S PKI menjadi salah satu peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia? Bagaimana tidak, G30S PKI dikenal sebagai salah satu upaya penghianatan besar yang pernah terjadi di Indonesia.
-
Bagaimana cara para pelaku G30S PKI melakukan upaya penggulingan pemerintahan? Gerakan ini pada awalnya hanya mengincar Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal dengan menculik mereka untuk dibawa serta disekap di Lubang Buaya. Akan tetapi dalam pelaksanaanya, 3 orang langsung dibunuh di tempat.
Sang ayah juga pernah mendirikan perkumpulan keagamaan bernama 'Nurul Islam', yang berorientasi kepada Muhammadiyah. Jelang dewasa, Aidit memutuskan mengganti namanya dari Achmad Aidit menjadi Dipa Nusantara Aidit. Perubahan itu mendapat persetujuan dari sang ayah.
Kenal Komunis dan Aktif di PKI
Saat dewasa, Aidit memutuskan untuk mengadu nasib di Jakarta. Dia mendirikan perpustakaan dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dagang. Di sinilah dia mulai bersentuhan dengan kaum komunis. Dimulai dengan mempelajari teori politik Marxis dari Perhimpunan Demokratik Sosial Hindia Belanda, kelak berganti nama menjadi PKI.
Sejak itu, dia mulai berkenalan dengan orang-orang yang kelak memainkan peranan penting dalam politik Indonesia, seperti Adam Malik, Chaerul Saleh, Bung Karno, Bung Hatta, dan Mohammad Yamin. Menurut sejumlah temannya, Hatta mulanya menaruh banyak harapan dan kepercayaan kepada Aidit. Selain itu, Aidit juga menjadi anak didik kesayangan Hatta. Namun belakangan mereka berseberangan jalan dari segi ideologi politiknya.
Dukungannya terhadap paham Marhaenisme membuat PKI dipercaya Bung Karno, sehingga dibiarkan berkembang. Sebagai balasannya, Aidit diangkat menjadi Sekjen PKI dan terakhir menjadi Ketua Komite Pusat.
Besarkan PKI
Di bawah kepemimpinannya, PKI menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia, setelah Uni Soviet dan RRC. Tak hanya itu, demi memperkuat basis partainya, dia mengembangkan sejumlah program untuk berbagai kelompok masyarakat, seperti Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia (BTI), Lekra, dan lain-lain.
Berkat kerja kerasnya itu, Aidit berhasil membawa PKI menjadi partai dengan suara terbanyak keempat pada Pemilu 1955. PKI berhasil memperoleh 16,36 suara, dan mendapatkan 39 kursi DPR dan 80 kursi Konstituante.
Sejak menjadi salah satu partai politik terbesar di Indonesia, PKI mulai berani mempengaruhi Soekarno dalam setiap kebijakannya. Salah satunya meminta Bung Karno untuk memberangus Partai Masyumi, dan yang paling termasyur menuduh para jenderal TNI AD merencanakan upaya kudeta dengan membentuk Dewan Jenderal.
Tentunya Dewan Jenderal itu adalah rekaan, baik Jenderal Ahmad Yani dan rekan-rekannya tak pernah mendirikan organisasi itu. Soeharto dalam sebuah video pengakuannya malah meyakini Dewan Jenderal yang dimaksud Aidit adalah Wanjakti, alias Dewan Kepangkatan dan Jabatan Tinggi (Wanjakti).
G30S
Puncaknya terjadi pada 30 September 1965. Sekelompok prajurit di bawah kepemimpinan Letkol Untung menyerbu rumah para jenderal yang mereka tuduh akan bertindak makar terhadap Soekarno, tujuh jenderal dibunuh, termasuk seorang perwira menengah TNI AD dan polisi. Mayatnya dibuang ke dalam sumur di Lubang Buaya.
Keesokan paginya, mereka merebut Radio Republik Indonesia (RRI) dan menyebarkan pelbagai propaganda. Namun tak sampai sehari, stasiun radio pelat merah itu berhasil direbut kembali oleh Kostrad.
Dalam lima hari, pemberontakan berhasil diredam. Di bawah perintah Mayjen Soeharto, sisa-sisa pemberontak diburu ke seluruh penjuru, termasuk Aidit yang diduga otak Gerakan 30 September atau disingkat G30S.
Dieksekusi
Setelah menghilang, akhirnya keberadaan Aidit terdeteksi oleh sepasukan TNI AD. Ada pelbagai versi tentang kematiannya, versi pertama, Aidit tertangkap di Jawa Tengah, lalu dibawa oleh sebuah batalyon Kostrad ke Boyolali. Dia dibawa ke sebuah sumur dan disuruh berdiri di situ.
Aidit diberikan waktu setengah jam sebelum dieksekusi. Waktu tersebut digunakan Aidit untuk membuat pidato yang berapi-api hingga membangkitkan kemarahan semua tentara yang mendengarnya, sehingga tidak dapat mengendalikan emosi.
Akibatnya, senjata mereka menyalak dan menembaknya hingga mati. Versi yang lain mengatakan bahwa Aidit diledakkan bersama-sama dengan rumah tempatnya ditahan. Sampai sekarang tidak diketahui di mana jenazahnya dimakamkan.
Sejak itu, nama dan sosoknya seakan-akan menjadi sesuatu yang haram disebutkan di Indonesia.
(mdk/dan)