Perkebunan Indonesia Expo (Bunex) 2024: Optimalkan Potensi Kelapa Sawit Solusi Energi Terbarukan
Dalam rangkaian acara Bunex kali ini juga digelar Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri oleh pelbagai narasumber yang kompeten
Perhelatan kali ketiga Perkebunan Expo (Bunex) 2024 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan yang didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kembali digelar di ICE BSD Tangerang.
Pengunjung disuguhkan dengan berbagai kegiatan menarik, seperti pameran berbagai komoditas perkebunan, alat perkebunan, hingga layanan perkebunan. Tidak hanya itu, dalam rangkaian acara Bunex kali ini juga digelar Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri oleh pelbagai narasumber yang kompeten.
- Dalam Forum APEC, Prabowo: Indonesia Dapat Mencapai 100 Persen Energi Terbarukan
- Perkebunan Indonesia Expo (Bunex) 2024 Teken MoU Rp3,1 T dalam Acara Forum Investasi
- Gelar Temu Bisnis Bersama Pertamina, Sandiaga Uno: Peningkatan Produk Unggulan Jadi Penambah Daya Saing Pariwisata
- Pertamina Energy Forum 2023: Dorong Kolaborasi Hadapi Trilema Energi
FGD ini mengusung seputar kelapa sawit dengan tema Menjadikan Kelapa Sawit Sebagai Lumbung Energi Terbarukan. Pada keynote speech, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Prayudi Syamsuri yang juga selaku Ketua Penyelenggara Bunex 2024, mengaku bangga bahwa Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia sekaligus eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Namun, setiap tahun industri kelapa sawit di Indonesia seringkali dihadapkan dengan berbagai tantangan.
"Gangguan perdagangan tidak pernah berhenti menghantam perdagangan kelapa sawit Indonesia, tugas kita bersama untuk menjaga perdagangan minyak kelapa sawit kita agar tidak terganggu dalam perdagangan dunia maupun domestik," ujar Prayudi, Sabtu (21/9).
Prayudi juga membahas mengenai keberhasilan kebijakan mandatori B35 yang sudah berjalan dan rencana implementasi program B50 untuk kedepannya. Sebagai informasi, B35 merupakan campuran bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak kelapa sawit, dimana kadar minyak sawitnya 35 persen, sementara 65 persen lainnya merupakan BBM jenis solar.
Sementara B50 merupakan campuran antara minyak solar dengan minyak sawit yang telah di blend menjadi biodiesel. Kedua bahan kemudian dicampurkan dengan rasio 50 banding 50.
"Dalam implementasi perlu dukungan yang bisa dipercaya dan dipahami bersama bahwa kita siap memasuki program B50. Oleh karena itu, kita diskusi bersama-sama bagaimana langkah-langkah yang perlu dipersiapkan. Pertama, mengamankan ketahanan pangan kita ke depan, selanjutnya bagaimana langkah-langkah kita menyiapkan sawit dan perkebunan lainnya menjadi bahan baku bahan bakar nabati sebagai wujud pembangunan hijau dan pembangunan berkelanjutan," tambah Prayudi.
Melalui FGD yang diselenggarakan di Bunex 2024 ini, Prayudi berharap kegiatan ini dapat menjadi referensi pemerintah, lembaga, industri swasta, dan seluruh stakeholder menyusun implementasi B50 ke depan sesuai dengan arahan presiden terpilih untuk mencapai kedaulatan pangan dan energi.
Pada FGD tersebut, hadir pula Direktur Keuangan, Umum, Kepatuhan dan Manajemen Risiko BPDPKS, Zaid Burhan Ibrahim; Direktur Pangan dan Pertanian, Bappenas, Jarot Indarto; Direktur Bioenergi, Kementerian ESDM, Edi Wibowo; Ahli Bio Energi, Aris Toharisman; Asosiasi Produsen Biofuel (APROBI), Ernest Gunawan; dan Head of Mill PT. Asian Agri, Krisman Sitinjak.