Perpusnas dan Pemkab Banyuwangi Atur Strategi Pacu Minat Baca
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengusulkan agar perpustakaan tidak hanya disediakan di kawasan perkotaan, namun juga di wilayah ruang publik, taman nasional dan destinasi wisata.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) dan komunitas literasi menggelar acara pertemuan untuk memacu kembali minat baca masyarakat. Masing-masing perwakilan saling menyampaikan gagasan untuk menyusun strategi bersama meningkatkan minat baca.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengusulkan agar perpustakaan tidak hanya disediakan di kawasan perkotaan, namun juga di wilayah ruang publik, taman nasional dan destinasi wisata.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
"Banyuwangi saat ini seenuju Geopark internasional, dan sudah ditetapkan cagar biosfer dunia, kami ingin mendorong perpustakaan di sana, di tempat menarik, tidak hanya di kota. Seperti juga baca buku di pinggir sawah, agar punya ke khasan perpustakaan yang dibangun," kata Anas saat pertemuan di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Senin (30/9).
Lebih lanjut, Anas juga berharap ada dukungan keterbukaan informasi khususnya data riset yang mendukung wacana pariwisata daerah, seperti ragam flora dan fauna di taman nasional
"Kementrian pariwisata dan perpustakaan daerah bisa bersinergi tidak hanya memberikan data umum (buku umum), tapi juga risetnya agar bisa menambah wawasan. Seperti riset TN Alas Purwo, ekosistem di sana," jelasnya.
Sementara itu, Founder Rumah Literasi Indonesia (RLI), Tunggul Harwanto menambahkan, melalui komunitas literasi yang dia bangun, saat ini sudah terdapat 55 komunitas rumah baca di Banyuwangi. Rumah baca tersebut tidak hanya menyediakan koleksi buku, namun menguatkan minat baca di kalangan masyarakat sekitar dengan kegiatan menyenangkan.
"Di Banyuwagi saat ini ada 55 taman baca, selebihnya di Bondowoso, Jember dan kota lain. Kami punya gerakan 1000 rumah baca, rumah baca bukan hanya soal mengoleksi buku, tapi juga menguatkan SDM masyarakat," jelasnya.
Tunggul menambahkan, dari survey RLI di Banyuwangi dan kota sekitar, minat baca sudah cukup tinggi namun daya bacanya masih rendah.
"Minatnya tinggi (semangat mencari buku baru), tapi daya bacanya yang kurang, setahun hanya beberapa menyelesaikan baca buku. Kami survey ke beberapa taman baca, bertahan rata rata baca 30 menit mereka baca, karena belum terbiasa," katanya.
Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus, Perpusnas, Nur Hadi Saputra menjelaskan, saat ini indeks minat baca secara nasional masih di angka 52 atau di posisi sedang. Nur Hadi mengaku, berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan minat baca ke daerah.
"Kita punya keterbatasan SDM, anggaran, harapannya stimulan yang kami berikan ke daerah semoga bisa menguatkan minat baca, lewat bantuan koleksi, mobil perpustakaan, perangkat IT, dan perabotan," kata Nur Hadi.
Salah satu yang membuat minat baca kurang optimal, katanya, karena akses dan ketersediaan buku di Indonesia masih minim.
"Kita diangka 52 dari indeks minat bacanya, itu di level menengah, itu karena tidak adanya Ketersediaan bacaan yang merata, karena medan dan kondisi geografis Indonesia yang sulit," tambahnya.
Di sisi lain, Nur Hadi mengapresiasi upaya Pemkab Banyuwangi yang kooperatif mendukung minat baca di daerahnya. Sebab, saat ini hampir 75 persen perpustakaan daerah dalam kondisi stagnan.
"Kondisinya nggak semua daerah punya perhatian dengan rumah baca. Hampir 75 persen kondisi perpustakaan dalam kondisi stagnan," ujarnya.
(mdk/hrs)