Pesawat Hawk TNI AU Jatuh, DPR Minta Kemenhan Perhatikan Perawatan Alutsista
Dia tidak ingin peristiwa jatuhnya pesawat atau helikopter kembali terjadi. Sebab, tidak hanya menimbulkan kerugian materiil, namun juga meninggalnya para perwira TNI yang terlatih.
Anggota Komisi I DPR Fraksi PPP Syaifullah Tamliha, menyoroti jatuhnya jatuhnya pesawat tempur Hawk 0209 milik TNI AU pada Senin (15/6) kemarin. Menurutnya, hal itu menunjukkan adanya masalah pada perawatan alutsista TNI yang harus menjadi perhatian serius Kementerian Pertahanan.
"Perawatan sangat penting mengingat alutsista kita saat ini banyak yang bermasalah di antaranya karena banyak alutsista yang sudah berumur dan minimnya suku cadang," kata dia lewat keterangannya, Selasa (16/6).
-
Apa yang nyaris digunakan oleh TNI AU sebagai pesawat tempur? Jet tempur terbaru itu nyaris memperkuat TNI AU. Batal di saat-saat terakhir.
-
Kenapa Hari Air Sedunia penting? Peringatan ini menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia dalam hal krisis air, termasuk polusi air, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan akses terhadap air bersih.
-
Kapan penyerahan pesawat C-130J-30 Super Hercules ke TNI AU? Acara serah terima dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi dan Menhan Prabowo Subianto. Momen Menarik Kasad Hormat ke Prabowo
-
Mengapa TNI AU membutuhkan pesawat nirawak baru? Tonny menyebutkan sejumlah pesawat nirawak yang tengah didatangkan tersebut antara lain drone CH-4, Anka, serta Bayraktar dengan jenis "Medium Altitude Long Endurance" (MALE).
-
Dimana pesawat nirawak baru TNI AU bisa diterbangkan? "Kita bisa menerbangkan dari luar area yang ingin kita pantau misalnya di Papua atau di daerah mana, kita bisa menerbangkan dari luar Papua," kata dia.
-
Kenapa TNI AU harus menerbangkan pesawat Cureng dengan ketinggian rendah? Kenapa? Sujadarma menilai keputusan pilot untuk terbang rendah sangat berbahaya. Pesawat mudah sekali jadi sasaran tembak dari darat. Sebuah kerugian yang sangat besar jika pesawat tersebut jatuh ditembak pemberontak. TNI saat itu sedang serba kekurangan.
Dia tidak ingin peristiwa jatuhnya pesawat atau helikopter kembali terjadi. Sebab, tidak hanya menimbulkan kerugian materiil, namun juga meninggalnya para perwira TNI yang terlatih.
"Sehingga pesawat dan helikopter atau kendaraan militer lainnya yang digunakan harus dipastikan benar-benar mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya," ucapnya.
Dia menuturkan, saat ini di semua matra TNI, masalah perawatan menjadi hal serius karena keterbatasan perawatan membuat banyaknya alutsista yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kemampuan tempurnya berkurang yang juga berimbas pada kerawanan atas keselamatan anggota TNI yang menggunakannya.
"Salah satu kendala klasik pada perawatan dan pengadaan alutsista adalah keterbatasan anggaran pertahanan yang masih yaitu sebesar Rp 131 T atau masih di bawah 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal idealnya anggaran pertahanan tidak kurang dari 1,5 persen dari PDB," tuturnya.
Beli Barang Berkualitas
Syaifullah melihat bahwa Kemenhan sudah berusaha memaksimalkan anggaran yang sudah ada. Di antaranya dengan menekan adanya mafia perdagangan alutsista, sehingga harga beli bisa lebih murah dibanding sebelumnya.
"Saya juga meminta kepada Kemenhan untuk memastikan bahwa pembelian alutsista dan suku cadangnya benar-benar yang berkualitas, dan sesuai dengan medan tempur dan pertahanan di Indonesia," pungkas dia.