Pilot: Komentar pengamat soal cumulonimbus bisa bikin sakit jiwa
"Padahal awan cumulonimbus adalah sahabat dari penerbangan. Dia ada dan kami juga ada, dia sahabat kami," kata Dwi.
Salah satu pilot senior AirAsia Dwi Harso Syah, menyebut awan cumulonimbus sebagai sahabat penerbangan, bukan musuh atau pembawa petaka seperti dikatakan para pengamat.
Pria asal Solo yang datang melayat di rumah duka pramugara Wismoyo Ari Prambudi di Desa Jetak, Bareng Lor, Klaten Utara, Klaten, Senin (5/1), itu menyayangkan pendapat pengamat di berbagai media terkait musibah jatuhnya AirAsia QZ8501, terutama mengenai bahaya awan cumulonimbus.
"Banyak pendapat yang menggambarkan seolah-olah awan cumulonimbus sebagai sumber malapetaka yang tidak bisa dihindari," ujarnya kepada media di Solo, Senin (05/01).
Lelaki yang sudah 31 tahun menjadi pilot tersebut meminta pengamat untuk berhenti mengemukakan pendapatnya itu. Karena jika tidak dihentikan anggapan tersebut bisa membuat orang paranoid terhadap dunia penerbangan.
"Saya minta pengamat mengerem pendapat seperti itu. Karena bisa membuat masyarakat paranoid. Orang bisa jadi sakit jiwa karenanya," ucapnya kecewa.
Dwi mengaku kecewa sebab pendapat para pengamat saat ini sudah tak terkendali dan membahayakan.
"Para pengamat penerbangan sudah kebablasan. Awan cumulonimbus digambarkan sebagai sumber malapetaka yang tidak bisa dihindari atau diatasi. Padahal awan cumulonimbus adalah sahabat dari penerbangan. Dia ada dan kami juga ada, dia sahabat kami," tandasnya.
Dengan munculnya analisa para pakar itu, Dwi mengaku menjadi takut terbang. Padahal sebagai pilot yang telah 31 tahun bekerja, ia mengaku sudah berkali-kali terbang dan masuk ke awan tersebut. Dan semua bisa teratasi dengan baik.
Semenjak banyaknya tayangan tentang pendapat para pakar itu, Dwi mengaku menerima banyak sms dan bbm yang isinya khawatir menggunakan pesawat terbang.
"Saya banyak menerima sms dan bbm, mereka mengatakan seolah-olah keselamatan dalam penerbangan hanyalah 50:50. Ini jelas akan mengganggu dunia penerbangan," ujarnya.
Dwi menegaskan bahwa pesawatnya AirAsia yang dikemudikan mempunyai fasilitas canggih. Pesawat AirAsia, menurut dia, bisa mendarat tanpa roda di aspal. Namun ia menyayangkan hal tersebut tidak pernah disampaikan ke publik.
"Seringkali para pengamat itu membuat simulasi dengan pesawat mainan yang diseram-seramkan ketika memasuki awan cumulonimbus. Padahal yang terbang itu pesawat canggih, bukan asal-asalan," ujarnya
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Apa yang terlihat di luar jendela pesawat ruang angkasa saat melewati atmosfer? Fischer pun menunjukan pemandangan yang spektakuler di luar jendela saat pesawat ruang angkasa turun melalui atmosfer. Dalam rekaman itu terlihat seperti “api neraka” yang menyala-nyala.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Kenapa turbulensi sering dialami pesawat? Berdasarkan catatan dari Aminarno Budi Pradana, seorang dosen di salah satu sekolah penerbangan di Indonesia, turbulensi termasuk kejadian yang paling sering dialami oleh para penerbang.
Baca juga:
KNKT bakal bawa black box dan badan AirAsia ke Jakarta
Fadli Zon duga pejabat Kemenhub 'main' soal izin terbang AirAsia
Heli Dauphin kembali kirim 3 korban, total sudah 37 jenazah
Moeldoko siapkan 2 pesawat bawa keluarga AirAsia ke Pangkalanbun
Kemenhub: Jatuhnya AirAsia QZ8501 tak terkait terbang ilegal
Jonan dinilai terburu-buru bekukan AirAsia Surabaya-Singapura
Perjuangan anggota SAR cari AirAsia, biarkan foto yang bicara
.