Polda Jatim lakukan pemetaan potensi ISIS di Jatim
"ISIS sudah menjadi isu global. Saya sudah memerintahkan Kapolres untuk scanning, memetakan potensi ISIS," kata Anas.
Provinsi Jawa Timur disebut sebagai salah satu basis pengkaderan gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Beberapa nama kader dan simpatisan terbukti banyak berasal dari Jawa Timur.
Meski demikian, Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Anas Yusuf menolak penerapan istilah darurat ISIS untuk Jawa Timur. Menurutnya, persoalan ISIS sudah menjadi persoalan dunia, sehingga sepatutnya mendapatkan perhatian serius.
"Bukan darurat ISIS tapi semua menjadi prioritas. ISIS sudah menjadi isu global, tetapi tidak ada istilah darurat ISIS di Jawa Timur," kata Irjen Pol Anas Yusuf di Mapolresta Kota Malang, Kamis (26/3).
Anas bersama jajaran menggelar konferensi pers menyusul penangkapan tiga tersangka anggota ISIS. Ketiganya adalah Abdul Hakim Munabari (44), Helmi Aalamudi (51) dan Ahmad Junaidi (42). Mereka merupakan jaringan Salim Mubarok Attamimi alias Abu Jandal yang juga berasal dari Malang.
Terorisme secara serius menjadi ancaman Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), bahkan ancaman kemanusiaan. Kepolisian berharap masyarakat turut berperan aktif dalam melakukan pencegahan penyebaran paham ISIS. Masyarakat seharusnya meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dalam kehidupan beragama yang penuh toleransi sebagaimana budaya asli Indonesia.
"Harus selalu diantisipasi setiap gerakan yang ada. Saya sudah memerintahkan pada Kapolres untuk scanning, memetakan potensi ISIS di Jawa Timur," katanya.
Anas juga mengimbau agar masyarakat tidak tertipu dengan berbagai iming-iming yang ditawarkan. Selama ini mereka menggunakan modus menjanjikan kesejahteraan untuk mau direkrut sebagai anggota jaringan.
Dari ketiga tersangka yang ditangkap, Helmi memiliki peran sebagai fasilitator dan merekrut anggota baru. Proses rekrutmen dilakukan di rumah Helmi dengan memberikan doktrin-doktrin menyesatkan.
Sejak 2014, Helmi telah memberangkatkan 18 orang ke Suriah untuk mengikuti latihan perang melalui pemberangkatan umroh. Mereka mendapatkan pelatihan militer, seperti merakit senjata, dasar-dasar kemiliteran, merakit bom, bom bunuh diri, sniper, teknik-teknik perang dan para medis.
Selama rekrutmen Helmi memberikan iming-iming janji ideologis dan janji materi dalam bentuk uang. "Jangan mudah menerima janji, karena sesuai hasil pendalaman janji itu tidak sepenuhnya benar," katanya.