Polda Sumsel dan Jambi Bangun Posko Penanggulangan Karhutla
Untuk mengoperasikan posko karhutla bersama itu, kata dia, selain didukung personel dari kedua polda, juga didukung aplikasi asap digital dan peralatan kelengkapan penegakan hukum.
Kepolisian Daerah Sumatera Selatan membuat posko bersama Polda Jambi untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan menghadapi musim kemarau. Untuk itu, Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri telah melakukan pertemuan dengan Kapolda Jambi Irjen Pol Firman Santyabudi pada tanggal 27 Juni 2020 lalu.
"Kami perlu bersinergi dengan Polda Jambi mengingat secara geografis perbatasan kedua provinsi ini terdapat kawasan hutan dan lahan perkebunan yang cukup luas serta rawan terbakar," kata Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol Supriadi di Palembang, Selasa (30/6).
-
Kapan Polri mengatur pangkat polisi? Hal itu sesuai dengan peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2016 tentang Administrasi Kepangkatan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
-
Apa yang dimaksud dengan pangkat polisi? Mengutip dari laman polisi.com, tanda kepangkatan Polri adalah daftar tanda pangkat yang dipakai oleh Kepolisian Negara Indonesia.
-
Apa yang dikawal ketat oleh Polresta Pekanbaru? Personel Polresta Pekanbaru mengawal ketat pendistribusian logistik berupa surat suara Pemilu 2024.
-
Bagaimana polisi tersebut disekap? Saat aksi percobaan pembunuhan itu dilakukan, korban memberontak sehingga pisau badik yang dipegang pelaku N mengenai jari korban dan mengeluarkan darah. "Selanjutnya tersangka N melakban kedua kaki agar korban tidak berontak.
-
Kenapa pangkat polisi penting? Selain itu pangkat juga merupakan syarat mutlak yang perlu dimiliki oleh anggota Polri jika hendak mendapatkan amanat untuk mengemban jabatan tertentu.
-
Di mana petani Pangandaran bercocok tanam di hutan? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
Dalam pertemuan tersebut, dia mengungkapkan, kedua Kapolda berkomitmen untuk membuat posko bersama pada daerah pusat rawan karhutla, yakni di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyu Asin yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Jambi.
Persiapan pembentukan posko tersebut, Supriadi menjelaskan, telah berjalan sesuai dengan rencana dan bisa segera beroperasi guna menghadapi musim kemarau mulai Juli 2020.
Untuk mengoperasikan posko karhutla bersama itu, kata dia, selain didukung personel dari kedua polda, juga didukung aplikasi asap digital dan peralatan kelengkapan penegakan hukum.
Kesiapan personel, pembangunan posko bersama, dan dukungan peralatan memadai sangat penting untuk mengetahui secara cepat apabila terjadi kebakaran di kawasan hutan dan perkebunan.
Seperti dilansir dari Antara, Supriadi mengungkapkan, dengan adanya posko ini bisa segera dilakukan tindakan pemadaman di lokasi tersebut serta penegakan hukum jika ada indikasi pembakaran secara sengaja.
90 Desa yang Tersebar di 10 Kabupaten Se-Sumsel Rawan Karhutla
Sebanyak 90 desa yang tersebar di sepuluh daerah di Sumatera Selatan masuk dalam kategori rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Pemerintah setempat telah menyiapkan tiga helikopter dan satu pesawat cesna untuk melakukan pencegahan dan penanganan kebakaran.
Kabid Penanganan Kedaruratan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengungkapkan, desa-desa rawan karhutla di antaranya berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, Muara Enim, Musi Rawas dan Penukal Abab Lematang Ilir. Pada tahun lalu, terdapat 17 ribu titik panas yang berasal dari desa-desa itu.
"Dalam catatan kami ada 90 desa di 10 kabupaten masuk rawan karhutla karena memiliki gambut. Semuanya menjadi fokus perhatian satgas karhutla," ungkap Ansori, Kamis (18/6).
Menurut dia, meski kemarau tahun ini diprediksi lebih basah dibanding tahun lalu, potensi karhutla masih terbilang sangat tinggi. Karena itu semua kekuatan dikerahkan termasuk armada udara disiapkan untuk melakukan patroli, waterboombing, maupun teknologi modifikasi cuaca (TMC).
"Kami tidak ingin lengah, semua satgas sudah berada di lapangan, sewaktu-waktu ada titik api langsung dipadamkan agar tidak meluas," ujarnya.
Koordinator BMKG Sumsel Nuga Putrantijo menjelaskan, musim kemarau mulai terjadi akhir Juni dan puncaknya pada Agustus-September. Hanya saja, tahun ini tergolong kemarau basah sehingga hujan masih berpotensi turun, termasuk di lahan gambut.
"Intensitas hujan di musim kemarau tahun ini berada di kisaran 100 milimeter-300 milimeter per bulan (kategori menengah). Ketika gambut tidak begitu kering, potensi kebakaran lahan juga akan menurun, tapi perlu kewaspadaan, masih berpotensi terbakar," kata dia.
Dari 120 alat pengukur hujan yang tersebar di Sumsel, hari tanpa hujan pada musim kemarau tahun ini diperkirakan akan lebih pendek, yakni 1-5 hari. Artinya maksimal dalam waktu lima hari pasti ada satu kali hujan.
"Tahun lalu hari tanpa hujan sampai 120 hari dan menyebabkan lahan benar-benar kering," pungkasnya.
(mdk/fik)