Polisi Bongkar Sindikat Notaris Palsu, 5 Bulan Beraksi Meraup Rp214 Miliar
Dalam aksinya, para tersangka berpura-pura membeli rumah korban lalu mengagungkan atau gadai sertifikat rumah itu untuk mendapat keuntungan.
Jajaran Reskrim Harta dan Benda (Harda) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya membongkar sindikat penipuan berkedok notaris palsu dengan korban hendak menjual rumah mewah. Dalam aksinya, para tersangka berpura-pura membeli rumah korban lalu mengagungkan atau gadai sertifikat rumah itu untuk mendapat keuntungan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Polisi Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, terbongkarnya kelompok ini atas laporan masyarakat. Alhasil, diamankan empat tersangka berinisial D, R, S, dan A.
-
Kapan kata penutup pidato penting? Seperti diketahui, bahwa ragam acara seperti seminar, perpisahan, pernikahan hingga acara formal lain membutuhkan sebuah penutup pidato yang penuh kesan yang membuat seluruh rangkaian acara berkesan.
-
Kenapa deskripsi penting? Tujuan dari teks deskripsi adalah untuk memberikan gambaran dan penjelasan kepada pembaca agar mereka memahami objek apa yang sedang dibahas atau dibicarakan dalam sebuah teks.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Siapa yang menemukan pendatang yang menjadi pemulung di Jakarta? "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
-
Kenapa Pemilu di Indonesia penting? Partisipasi warga negara dalam Pemilu sangat penting, karena hal ini menunjukkan dukungan dan kepercayaan terhadap sistem demokrasi yang berlaku.
-
Kapan Benteng Pendem di Cilacap dibangun? Benteng pendem ini merupakan benteng peninggalan Belanda yang sudah ada sejak tahun 1861. Ini merupakan salah satu tempat bersejarah yang bisa mengedukasi tentang sejarah terutama ketika penjajahan Belanda.
"Kita mendapat 3 laporan polisi selama bulan Maret hingga Juli 2019 dalam kasus itu. Dalam waktu cepat, polisi meringkus komplotan yang terdiri dari D, R, S dan A. Di mana dari laporan masyarakat dapat informasi dari perbankan bahwa ada anggunan. Korban kaget dan dia lapor ke polisi," kata Argo di Tebet Timur Raya, Jakarta Selatan, Senin (5/8).
Menurut Argo, rumah yang menjadi sasaran komplotan ini bernilai hingga Rp15 miliar. "Ini dikemas rapi sindikat ini sehingga masyarakat yang mau jual rumah rata-rata di atas Rp15 miliar harganya," kata Argo.
Di tempat yang sama, Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Suyudi Ario Seto menambahkan, tersangka D berperan mencari korban yang ingin menjual rumah dan berpura-pura ingin membeli, tersangka R menjadi notaris palsu,
"Tersangka S yang menyediakan sarana dan tempat serta tersangka A yang berperan memalsukan sertifikat rumah korban," ujar Suyudi.
Mantan Kapolres Jakarta Pusat menjelaskan, para tersangka terbilang saat cerdik. Di mana dalam penjualan ini tersangka meminjam sertifikat asli untuk dicek kebenarannya.
"Setelah tersangka bertemu korban terjadi nego dan ada notaris dan deal di situ disepakati harga Rp87 miliar. Kemudian mereka sepakatan melakukan langkah selanjutnya mengecek sertifikat korban. Untuk meyakinkan (korban) mereka sepakat ketemu di kantor notaris (palsu, di Tebet Timur Raya, Jakarta Selatan) ini untuk korban menunjukan sertifikat dengan dalih itu sertifikat dibawa tersangka untuk dicek keaslian sertifikat ke BPN itu alasannya," bebernya.
Setelah mendapat sertifikat itu, lanjut Suyudi, tersangka D menyerahkan ke tersangka A untuk menduplikat sertifikat itu. Sementara sertifikat yang asli diagunkan ke bank agar para tersangka mendapat keuntungan.
"Sertifikat asli dibawa ke fander (bank). Fander mengecek walaupun akhirnya mengeluarkan dana anggaran sebesar Rp5 miliar. Sertifikat akhirnya diserahkan kembali (ke korban) sertifikatnya dengan keadaan palsu," kata Suyudi.
Dalam pemeriksaan, komplotan ini mengaku telah melakukan kejahatan beberapa kali. Bahkan, saat ditangkap para tersangka hendak menjual rumah di kawasan Jalan Wijaya Kebayoran Baru seharga Rp42 miliar, dan rumah di Jalan Kebagusan seharga Rp15 miliar.
"Dan ada perusahaan founder datang ke kami ada 6 yang lakukan transaksi fiktif dan founder dirugikan hampir Rp25 miliar," ujar Suyudi.
Lebih lanjut kepolisian membuka hot line dalam kasus. Hal ini dimaksudkan agar para korban melaporkan apabila menjadi korban penipuan mereka.
"Uang hasil kejahatan itu dibagikan ke seluruh anggota komplotan ini untuk memenuhi kebutuhan hidup. Atas perbuatannya, para tersangka dikenakan Pasal 378 KUHP atau 372 KUHP atau 263 KUHP dengan ancaman 6 tahun penjara. Kita buka nomor telepon yang dapat dihubungi terkait kasus ini, yakni di nomor 08128171998," pungkas Suyudi.
5 Bulan Beraksi Meraup Rp214 Miliar
Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya telah berhasil ungkap komplotan penipu dengan modus jual beli rumah mewah di Jakarta. Dalam kurun waktu 5 bulan beraksi, komplotan ini meraup keuntungan mencapai Rp214 miliar.
"Ini penjualan properti yang (harganya) di atas Rp15 miliar. Dari pada tersangka ini sejak bulan Maret 2019 sampai sekarang sekitar Rp214 miliar ya keuntungannya," kata Argo.
Dari keuntungan itu, kata Argo, para tersangka gunakan untuk kehidupan sehari-hari. Bahkan, mereka juga telah membeli kendaraan mewah dari uang hasil kejahatannya.
"Mobil jenis Honda Civic bernopol F 1649 RZ milik tersangka D dan satu unit sepeda motor jenis Kawasaki Z 1000 milik tersangka A. Kita juga menyita uang senilai Rp28.100.000 ribu dan Dollar Singapura sebesar 2.000. Ada pula satu jam tangan Burberry, satu jam tangan Guccy, dua cincin emas putih, satu unit tv 32 inci dan berkas-berkas milik tersangka yang digunakan untuk memuluskan aksinya," beber Argo.
Baca juga:
Polisi Bongkar Sindikat Bermodus Beli Mobil Mewah, Bank Rugi Rp25 Miliar
Modal Senjata Korek Api, Nataniel Ngaku Polisi buat Peras Warga Petamburan
Kemenkominfo Imbau Masyarakat Tidak Mudah Percaya di Internet
VIDEO: Polisi Tangkap 6 Penipu Bermodus Mengaku Pegawai MA
Rey Utami Diperiksa Terkait Penggelapan dan Penipuan Kendaraan Pablo Benua
Mengaku Pegawai MA, 5 Orang Ini Tipu Korban Sampai Ratusan Juta
Hati-Hati, Penipuan WhatsApp Berkedok Paket Data Gratis 1.000 GB