Populi Center: Risma Seperti Sedang Kampanye, Bekerja Untuk Popularitas
Gaya Tri Rismaharini memimpin Kementerian Sosial menjadi sorotan. Khususnya soal blusukan menemui tunawisma di kawasan ibu kota Jakarta.
Gaya Tri Rismaharini memimpin Kementerian Sosial menjadi sorotan. Khususnya soal blusukan menemui tunawisma di kawasan ibu kota Jakarta.
Pengamat Politik sekaligus Direktur Populi Center, Usep S Akhyar mengatakan, harusnya Risma fokus dan sadar bahwa saat ini dirinya seorang Menteri. Terlebih, menteri sebelumnya menjadi sorotan karena ditangkap KPK usai korupsi kasus bansos.
-
Siapa pasangan calon gubernur Tri Rismaharini? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Apa tiga tuntutan rakyat pada peristiwa Tritura? Adapun isi Tritura adalah; 1. Bubarkan Partai Komunis Indonesia, karena Pemerintah dianggap lambat dalam mengambil sikap terhadap PKI yang dianggap terlibat dalam peristiwa G30S dan banyak tokoh komunis yang berada didalam kabinet pemerintahan.2. Rombak Kabinet Dwikora, karena Pemerintah dinilai tidak bisa mengendalikan kestabilan politik, ekonomi dan sosial. Menurut masyarakat, Presiden Soekarno lebih mementingkan perebutan Irian Barat dan urusan konfrontasi Indonesia-Malaysia.3. Turunkan Harga, kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah kurang tepat yang membuat kestabilan ekonomi yang semakin memburuk.
-
Kenapa Khirani Trihatmojo jadi sorotan? Bareng Cowok Ganteng Belakangan, Khirani Trihatmodjo menjadi sorotan karena momen bersama seorang laki-laki.
-
Bagaimana para korban Tragedi Trisakti meninggal? Mereka terbunuh oleh tembakan aparat polisi yang berjaga.
-
Kapan R.A.A Kusumadiningrat memimpin? Sebelumnya, R.A.A Kusumadiningrat sempat memerintah pada 1839-1886, dan memiliki jasa besar karena mampu membangun peradaban Galuh yang cukup luas.
-
Bagaimana cara Tri Rismaharini menyampaikan niat pengunduran dirinya kepada Presiden Jokowi? Risma mengaku dia harus bertemu Jokowi untuk menyampaikan langsung niat pengunduran diri ini.
Dia menilai, Risma lebih baik langsung bekerja memperbaiki sistem di Kemensos, misalnya soal anggaran dan birokrasi.
"Sebaiknya Ibu Risma fokus dalam perbaikan sistem penganggaran dan birokrasi Kemensos. Jangan hanya sekadar bekerja untuk popularitas belaka. Ya, itu bagus tapi kan akhirnya, orang membacanya, oh, ini untuk mempersiapkan diri menjadi pesaing dari kandidat tertentu, Pilgub misalnya," kata Usep saat dihubungi merdeka.com, Rabu (6/1).
Pada 28 Desember lalu, Risma mendatangi pemulung di kolong jembatan belakang kantornya, di Kementerian Sosial, Jakarta Pusat. Kemudian, 4 Januari, Risma melakukan blusukan kembali ke Kawasan Sudirman-Thamrin. Aksinya ini menuai banyak kritik.
Menurut Usep, aksi blusukan Risma tersebut lebih merepresentasikan gaya bekerja seorang pemimpin daerah. Sehingga, dia menilai, Risma masih belum bisa meninggalkan gaya bekerjanya sebagai Wali Kota Surabaya.
"Artinya kan, gaya kepemimpinannya masih kebawa ketika memimpin suatu daerah. Padahal sekarang beliau memimpin suatu kementerian. Kemensos kemarin pejabatnya terkena OTT, hal tersebut harusnya yang menjadi perhatian serius," ujarnya.
Aksi blusukan yang dilakukan Risma, menurut Usep, tidaklah akan memperbaiki citranya 100 persen. Sebab, kata Usep, masyarakat kini semakin cerdas. Bahkan masyarakat menilai aksi Risma hanyalah pencitraan semata.
Usep sangat menyayangkan hal itu. Padahal, kata Usep, kinerja Risma saat menjadi Wali Kota Surabaya sudah baik. Nama dan citra seorang Tri Rismaharini juga sudah baik.
"Saya kira masyarakat juga bisa menilai. Akhirnya kan beliau capek juga. Sekarang muncul juga data ternyata di kolong jembatan Surabaya masih banyak pengemis. Beliau jadi seperti sedang kampanye. Sudah kelihatan sekali ya, kan akhirnya dia capek sendiri menepisnya. Habis waktunya untuk itu," ujarnya.
Bukan hanya itu, aksi Risma ini juga dinilai semakin menunjukkan bahwa dirinya akan segera menggantikan poisisi Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Padahal, kata Usep, citra Risma akan dengan sendirinya naik bila dia melaksanakan tugasnya sebagai Mensos dengan baik. Sehingga menurutnya, sangat disayangkan bila Risma malah sibuk blusukan dan tidak fokus untuk memperbaiki internal Kemensos.
"Kemudian dia jadi dibanding-bandingkan dengan Pak Anies. Ya memang peluang dia di Pilgub sebenarnya ada saja, tapi persaingan itu malah mengganggu fokus pekerjaan utama yang harusnya diselesaikan dulu. Kalau dia punya orientasi menggantikan Pak Anies, ya tinggal kerja-kerja saja. Dia harus kerjakan dulu kesempatan yang saat ini ia pegang sebagai Mensos dan harus punya prestasi. Saya kira masyarakat juga bisa menilai kok setelah itu," kata dia.
"Pekerjaan pokoknya harus selesaikan dulu tugasnya sebagai Mensos. Jika ada kerja-kerja populis untuk menaikkan popularitas, pastikan dulu tidak ada korupsi lagi. Pastikan penyaluran bansos tidak lama dan lebih baik," kata Usep.
Blusukan Risma
Pada hari kerja pertama di tahun 2021, 4 Januari kemarin, tercatat ada tiga tunawisma ditemui Risma.
Mereka ditemukan menggelandang di trotoar Jakarta Pusat, kawasan Sudirman hingga Thamrin. Persis di sisi kanan Plaza UOB. Dengan berjalan kaki, Risma menyapa dan berdialog menanyakan asal kampung halaman.
"Tinggal di mana? Mau ikut saya?," tanya Risma sambil menawarkan bantuan kesejahteraan sosial dan pembinaan.
"Tidak punya rumah," jawab tunawisma pertama yang bernama Fitri.
Fitri tak menyambut terbuka ajakan Risma. Kendati respons berbeda diterima Risma saat bertemu Faisal dan Kustubi. Mereka disambangi Risma di dua titik berbeda tetapi masih di kawasan Jakarta Pusat.
©2021 Merdeka.com
Mereka mengiyakan tawaran Risma. Keduanya bersedia dibawa ke Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis “Pangudi Luhur”, Bekasi, Jawa Barat.
Mereka akan diperiksa kesehatan sesuai protokol pandemi Covid-19. Selanjutnya, mereka akan mendapat penanganan sementara sebelum kemudian dikoordinasikan dengan pemerintah daerah.
Kegiatan blusukan ini dilakukan Risma sebelum sampai di ruang kerjanya di Kantor Kemensos, Jalan Salemba, Jakarta Pusat. Risma mengaku akan rutin menjalin interaksi dengan mereka yang membutuhkan kesejahteraan sosial.
"Saya ingin dalam penanganan terhadap PPKS, tidak hanya dengan memberikan bantuan atas dasar belas kasihan ( charity base ) namun juga memperhatikan kemandirian penerima manfaat dalam jangka panjang," ungkap Risma.
Disindir Wagub DKI
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengaku selama hidup di Jakarta baru mengetahui ada tunawisma di jalan protokol Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat. Pengakuan itu diucapkan setelah Menteri Sosial Tri Rismaharini menemukan tunawisma di jalan tersebut.
"Terkait dengan adanya tunawisma di jalan Sudirman-Thamrin, memang saya sendiri sudah hidup di Jakarta sejak umur 4 tahun, baru dengar ada tunawisma di jalan Sudirman-Thamrin," ucap Riza di Balai Kota, Rabu (6/1).
©2020 Liputan6.com/Herman Zakharia
Untuk memastikan kebenarannya, Riza mengatakan ia dan Gubernur Anies Baswedan bergegas memerintahkan Kepala Dinas Sosial untuk mendatangi lokasi dan mencari tahu keberadaan tunawisma itu.
"Kami, saya, Pak Gubernur memerintahkan langsung Kadinsos untuk mengecek siapa orangnya kenapa ada di situ. Setahu kami jalan ke Jalan Sudirman-Thamrin itu cukup jauh," tuturnya.
Dikritik DPRD DKI
Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta, Iman Satria, mengkritik aksi blusukan Menteri Sosial Tri Rismaharini menyisir tunawisma di Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat. Iman mengingatkan agar Risma fokus terhadap distribusi Bantuan Sosial (Bansos).
"Yang saya sangat sayangkan adalah, harusnya Bu Risma itu fokus dulu ke masalah bantuan-bantuan sosial yang kemarin jebol, difikirkan sistemnya, bagaimana BLT supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Iman, Selasa (5/1).
Politikus Gerindra itu berseloroh, Risma lupa dengan jabatannya saat ini sebagai Menteri Sosial bukan lagi menjadi Wali Kota Surabaya, Jawa Timur. Sebab, menurutnya, permasalahan tunawisma merupakan tanggung jawab setiap kepala daerah, sementara tugas menteri memiliki cakupan lebih luas.
Ketua komisi yang membidangi Kesra itu menambahkan, agar Risma memberikan kesempatan pemerintah kota menangani segala permasalahan di wilayah administrasi masing-masing.
"Scope menteri harusnya kan lebih luas, bukan hanya di mana dia berpijak, seluruh Indonesia jadi cakupan dia. Biarlah itu ada Wali Kota setempat yang menangani, ada Gubernur yang menangani," tandasnya.
Meski demikian, Iman menegaskan peristiwa tunawisma di Jalan Sudirman-Thamrin tetap menjadi catatan Komisi E DPRD sebagai bahan evaluasi terhadap Pemprov DKI.
"Iya, itu jadi catatan kita. Saya bilang juga Pemprov tidak pernah men-deny atau tidak bahwa kemiskinan di Jakarta sudah tidak ada. Di mana-mana kemiskinan ada kok, tapi skala prioritas ada bagian-bagiannya."
"Disayangkan saja, waktunya Bu Risma bisa berpikir skalanya lebih besar, ke seluruh Indonesia. Daripada hanya urusi blusukan, nanti turun jangan-jangan lalu lintas diatur juga sama Bu Risma nih, macet. Jadinya kan enggak fokus," tandasnya.
PDIP Membela
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menampik, bahwa blusukan dilakukan Risma hanya akan terjadi di Jakarta. Dia meyakini, sebagai seorang menteri sosial, Risma akan melakukannya di seluruh wilayah Indonesia.
"Bu Risma sempat berkunjung ke Ponorogo Jawa Timur untuk bertemu penyandang disabilitas. Apa yang dilakukan Bu Risma merupakan pelaksanaan semangat konstitusi, di mana fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, bagaimana negara hadir," tulis Hasto dalam keterangannya, Rabu (6/1/2021).
Hasto berharap, ke depan blusukan Risma dapat menjadi cermin keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karenanya, apa yang dilakukan Risma haruslah didukung dan bukan dipandang sebaliknya.
"Dia menunjukkan sosok pemimpin yang terus bergerak dan berdedikasi bagi kepentingan rakyat itu, karena rakyat sebagai sumber legitimasi dan legalitas dari kepemimpinan itu," ungkap Hasto.
Hasto menilai, aktifnya Menteri Sosial Tri Rismaharini melakukan blusukan guna menyambangi para tunawisma di sekitaran Jakarta, adalah karakter asli yang dimilikinya. Menurut dia, hal tersebut memang kerap dilakukannya, untuk turun langsung ke bawah.
"Karakter kepemimpinan Bu Risma setiap kunjungan ke daerah itu turun dan menyapa rakyat khususnya mereka yang miskin yang terpinggirkan yang diperlakukan tidak adil," kata Hasto.
(mdk/rnd)