Prabowo Carikan Jalan Keluar untuk Sritex Usai Pailit
Langkah awal yang akan dilakukan adalah meminta Beacukai membuka izin ekspor-impornya sehingga rantai bisnis dari perusahaan tekstil kembali berjalan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan, Presiden Prabowo Subianto tengah mencarikan jalan keluar untuk manufaktur tekstil nasional setelah PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang pada Senin (21/10).
“Tadi rapat dengan Pak presiden yang pertama tentu beliau ingin update tentang situasi terkini mengenai industri tekstil salah satunya sritex. Arahannya beliau agar perusahaan tetap berjalanan nati dicarikan jalan teknisnya,” kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (29/10).
Airlangga menambahkan, saat ini pemerintah memonitor kondisi Sritex. Langkah awal yang akan dilakukan adalah meminta Beacukai membuka izin ekspor-impornya sehingga rantai bisnis dari perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara tersebut kembali berjalan.
“Beacukai sudah menyetujui, impor ekspornya bisa terus berjalan dan ini pernah dilakukan di kawasan berikat di daerah Jawa Barat, jadi akan diberilakukan sama sehingga impor ekspor berjalan sehingga kondisi perusahaan tidak berhenti,” jelas Airlangga.
Soal nasib dari karyawan di Sritex, Airlangga yakin mereka akan tetap berproduksi seperti sediakala karena izin ekspor impor dari beacukai tetap berjalan.
“Dengan berproduksi, tenaga kerja masih bisa (bekerja),” Airlangga menandasi.
Sebagai informasi, pailitnya Sritex disebabkan permasalahan utang yang menjadi faktor utama. Berdasarkan laporan keuangan per September 2023, total liabilitas perusahaan mencapai US$1,54 miliar atau setara Rp24,3 triliun (kurs Rp15.820 per dolar AS).
Utang ini sebagian besar berasal dari utang bank dan obligasi, termasuk secured working capital revolver (WCR) sebesar US$373,6 juta, secured term loan (STL) US$472,8 juta, dan unsecured term loan (UTL) US$480,7 juta.
Melansir dari Bloomberg, beban utang yang besar ini diperparah dengan penurunan pendapatan secara drastis. Menurut laporan keuangan kuartal I-2024, Sritex membukukan rugi US$14,79 juta, meningkat 32,90% dari periode yang sama tahun sebelumnya.