Jejak Pemilik Sritex yang Bikin Prabowo Putar Otak Selamatkan Ribuan Karyawan Terancam PHK Akibat Perusahaan Pailit
Perjalanan panjang Sritex berada di ujung tanduk usai Pengadilan Niaga Kota Semarang putuskan pailit.
Kabar pailitnya perusahaan garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) seperti yang diputuskan Pengadilan Niaga Kota Semarang mengkhawatirkan banyak pihak. Presiden Prabowo Subianto bahkan sampai turun tangan memerintahkan jajarannya untuk membantu perusahaan agar PHK tidak terjadi dan perusahaan bisa tetap produksi.
Menurut sejarahnya, PT Sritex memang dikenal sebagai salah satu perusahaan industri garmen besar di tanah air.
Mereka memproduksi garmen dalam berbagai gaya dan bahan dan sudah mengekspor ke hampir 4 benua.
Lantas siapa pemilik Sritex dan sejarahnya hingga kini berada di ujung tanduk? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Sejarah Sritex
Sritex didirikan pada 1966 oleh H.M Lukminto sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo.
Seiring berjalan waktu, perusahaan tersebut terbilang maju dan mulai memperluas produksi. Pabrik cetak pertamanya berhasil memproduksi kain putih dan berwarna di Solopada 1968. Kemudian terdaftar dalam Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas pada 1978.
Ekspansi bisnisnya meluas usai Sritex mendirikan pabrik tenun pertama di 1982 dan memperluas pabrik dengan 4 lini produksi yaitu pemintalan, penenunan, sentuhan akhir dan busana dalam satu atap.
Era kejayaan Sritex mulai di 1994 saat menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan Tentara Jerman.
Sritex juga berhasil selamat dari krisis moneter pada 1998 dan justru melipatgandakan pertumbuhannya sampai 8 kali lipat dibanding waktu pertama kali terintegrasi pada 1992.
Lini Bisnis Sritex
Meski dikenal sebagai perusahaan tekstil, keluarga Lukminto ternyata juga mempunyai lini bisnis lain. Salah satunya Gedung Olahraga (GOR) Sritex yang berada di Solo.
Selain itu keluarga Lukminto juga diketahui masih mengoperasikan Museum Tumurun.
Di museum ini memiliki berbagai seni instalasi. Ada juga seni kontemporer, lukisan, dan koleksi mobil antik. Awalnya, museum ini merupakan museum pribadi milik keluarga, tetapi saat ini sudah dibuka untuk umum dengan sistem berbayar.
Beberapa anak perusahaan di bawah Sritex Group juga mengoperasikan sejumlah hotel dan restoran yang tersebar di sejumlah kota, termasuk Restoran Diamond, Grand Orchid, dan @Hom, serta satu Hotel Grand Quality di Yogyakarta. Dua Hotel Holiday Inn Express di Yogyakarta dan Bali, serta ada Holiday Inn, Holiday Inn Express, Horison, dan Solo Mansion.
Produksi Masih Berjalan Meski Pailit
Meski dinyatakan pailit pada akhir Oktober 2024 oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang, General Manager Human Resource Development (GM HRD) Sritex Group Haryo Ngadiyono menuturkan empat perusahaan produksi masih beroperasi secara normal.
Adapun empat perusahaan yang tergabung dalam grup Sritex, yakni Sritex yang berlokasi di Sukoharjo, PT Sinar Pantja Djaja di Semarang, PT Bitratex Industries di Semarang, dan PT Primayudha Mandirijaya di Boyolali.
Putusan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang, membuat perusahaan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung yang saat ini juga masih berproses.
Soal nasib karyawan, manajemen sudah mengumpulkan dan memberikan penjelasan mengenai kondisi perusahaan.
"Kami minta karyawan bekerja seperti biasa, normal saja. Proses hukum biar jalan, itu sudah ada yang menangani," ujar dia seperti dikutip dari Antara.
Soal efisiensi karyawan, perusahaan masih akan melihat situasi ke depan. Jika produksi masih berjalan baik, pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak akan dilakukan.
Akan tetapi jika ada efisiensi karyawan maka akan dilakukan sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundangan. Perusahaan memastikan hak-hak karyawan akan tetap dipenuhi sesuai dengan aturan.
Prabowo Turun Tangan Selamatkan Sritex
Mengutip dari Antara, Kamis (31/10) Presiden Prabowo Subianto memberikan perhatian khusus terkait pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan Sritex.
Ia meminta jajaran kementeriannya untuk berupaya agar kejadian itu tidak terjadi dan perusahaan tekstil ini tetap beroperasi.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyampaikan instruksi dari RI 1 usai menggelar rapat terbatas bersama Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Prabowo dan jajarannya membahas kasus Sritex yang dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang.
"Pemerintah memang sangat 'concern' bahwa PHK itu tidak boleh terjadi. Itu yang poin nomor satu. Jadi kita juga meminta bahwa Sritex harus tetap berproduksi seperti biasa," kata Yassierli saat memberikan keterangan pers, di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.
Presiden Prabowo juga menyatakan komitmen pemerintah untuk tidak akan membiarkan PHK terjadi terhadap karyawan Sritex.
Pemerintah meyakini bahwa PHK tidak akan terjadi, karena opsi untuk mengajukan kasasi terhadap putusan PN Niaga Semarang akan ditempuh.
"Ini kan belum (pailit) ya, artinya akan ada proses kasasi, dan kemudian kami melihat itu tidak akan terjadi rasanya," kata Menaker
Belum Temukan PHK di Sritex
Menaker mencatat bahwa sejauh ini tidak ada laporan terjadi PHK terhadap karyawan Sritex. Pemerintah juga sudah melakukan monitoring, terutama di daerah Jawa Tengah.
Yassierli mencatat ada 162 pengawas ketenagakerjaan di Jawa Tengah terus melakukan komunikasi dan koordinasi dengan manajemen Sritex agar hak-hak para pegawai tetap terpenuhi.
Pemerintah juga meminta kepada karyawan Sritex untuk tetap tenang, karena sejumlah strategi penyelamatan perusahaan telah disiapkan, termasuk langkah hukum dan aksi korporasi.
"Saya concern pada hak-hak pekerja, bekerja tenang bahagia dan semua hak mereka terpenuhi jadi tidak boleh sampai isu ini mengganggu mereka bekerja," kata Menaker.