Pura Mangkunegaran Gelar Kirab Pusaka Malam 1 Suro
Puro Mangkunegaran Solo menggelar Kirab Pusaka Dalem, Jumat (29/7). Kirab menyambut datangnya Tahun Baru Jawa 1 Suro Ehe 1956 dimulai pukul 19.00 WIB.
Puro Mangkunegaran Solo menggelar Kirab Pusaka Dalem, Jumat (29/7). Kirab menyambut datangnya Tahun Baru Jawa 1 Suro Ehe 1956 dimulai pukul 19.00 WIB.
Ada 4 pusaka dalem yang dikirab keliling luar benteng pura. Pusaka itu berupa tiga tombak dan satu joli yang diusung para abdi dalem.
-
Kapan Malam 1 Suro diperingati? Tradisi ini memiliki latar belakang sejarah yang kaya, di mana masyarakat Jawa memperingati hari itu sebagai awal dari penanggalan baru dalam tradisi Jawa serta mengenang peristiwa penting dalam sejarah Jawa.
-
Kapan Malam 1 Suro dirayakan? Bulan Sakral Bagi orang Jawa, bulan Suro sebagai awal tahun Jawa diyakini sebagai bulan yang sakral atau suci.
-
Kapan malam 1 Suro dirayakan? Tanggal 1 Suro ini diperingati setelah magrib pada hari sebelum tanggal 1, dan biasanya disebut malam satu suro.
-
Apa makna dari malam 1 Suro? Malam 1 Suro adalah perayaan tahun baru dalam penanggalan Jawa yang dirayakan pada bulan Muharram, bulan pertama dalam penanggalan Hijriah.
-
Kenapa malam 1 Suro dianggap istimewa? Malam 1 Suro adalah malam yang dianggap istimewa dan memiliki makna spiritual bagi masyarakat Indonesia.
-
Apa saja lokasi ritual Malam 1 Suro di Alas Purwo Banyuwangi? Lokasi Ritual Di Alas Purwo Banyuwangi, ada empat titik yang sering menjadi lokasi ritual Malam 1 Suro, yakni Pantai Pancur, Makam Mbah Dowo, Kucur, dan Goa Istana.
Ribuan warga Solo dan wisatawan ikut hanyut dalam upacara sakral tersebut. Mereka berebut air sisa cucian pusaka di depan Pendapa Agung, sebelum kirab pusaka dimulai. Nampak ikut dalam barisan kirab mengenakan busana Jawa, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, Wakil Wali Kota Teguh Prakosa, dan lainnya.
Sebelum kirab dimulai, dilakukan prosesi permohonan izin kepada SIJ KGPAA (Sampeyan Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aria) Mangkoenagoro X.
Tanpa Alas Kaki
Kirab Pusaka Dalem dipimpin oleh KRMH Roy Rahajasa Yamin yang bertindak sebagai cucuk lampah. Acara diikuti oleh keluarga, kerabat, dan abdi dalem Mangkunegaran, tamu undangan, serta masyarakat umum.
Rute kirab dimulai dari gerbang utama Puro Mangkunegaran di Jalan Ronggowarsito, berbelok ke kanan ke Jalan Kartini, Jalan RM Said, Jalan Teuku Umar, dan kembali ke Puro Mangkunegaran.
Plt Pengageng Kantor Pariwisata Puro Mangkunegaran MNg Joko Pramudyo mengatakan, selama prosesi kirab, para peserta dilarang memakai alas kaki dan berbicara.
"Maknanya manusia selalu berhubungan dengan bumi dan manembah (berbakti atau mengabdi) kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dalam keadaan suci dan sebagai bentuk penguasaan diri agar tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain," katanya.
Untuk tamu undangan dan masyarakat umum yang bermaksud mengikuti Kirab Pusaka Dalem dan prosesi semedi diwajibkan mengenakan ageman jawi jangkep dasar cemeng (hitam). Dhuwungan bagi laki-laki dan ageman jawi nyampingan ukel tradisi Jawa cunduk penyu bagi perempuan, dengan ketentuan selain mereka yang merupakan Pangeran dan Bupati Sepuh tidak diperkenankan mengenakan batik motif parang, motif lereng, dan pakaian berbahan beludru.
Terapkan Protokol Kesehatan
Setelah pelaksanaan Kirab Pusaka Dalem, kegiatan dilanjutkan dengan prosesi semedi di Pendapa Agung dan Paringgitan Puro Mangkunegaran hingga Sabtu, 30 Juli 2022 / 1 Suro dini hari.
"Prosesi semedi dilaksanakan dengan tujuan agar manusia mengingat siapa dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan sebagai bentuk kewaspadaan dari segala bentuk godaan dan perbuatan buruk," terang Joko.
Punguasa Pura Mangkunegaran KGPAA Mangkunegara X mengatakan, panitia tetap menerapkan protokol kesehatan terutama bagi peserta kirab.
"Persiapan berjalan baik, kita mengingatkan peserta untuk tetap mengutamakan protokol kesehatan selama kirab pusaka dalem berlangsung," katanya.