Radio pemberian Usman dan kicau gagak di pagi hari
Keluarga tahu Usman akan dieksekusi dari radio.
Kepergian Usman Janatin menyisakan kenangan tersendiri bagi Rodiyah. Perempuan berusia 75 tahun ini bercerita, terakhir bertemu dengan adiknya saat sang adik usai bertugas di Papua. Saat itu, semua anggota keluarganya bahagia lantaran sang adik membawakan pakaian untuk seluruh anggota keluarga.
"Selain itu, dia juga membelikan ibu sebuah radio. Saat itu, ibu tidak tahu kegunaan radio tersebut," jelas Rodiyah saat ditemui di rumahnya, Senin (10/2).
Saat itu, jelasnya, tidak banyak yang memiliki radio di daerah pedesaan. Saat itu, Usman pun menjelaskan kegunaan radio kepada ibunya yang memang masih asing dengan radio. "Nanti dari sini akan keluar suara kalau dinyalakan. Dari sini kita bisa tahu segala macam informasi yang akan didapat," ujar Rodiyah menirukan penjelasan Usman kepada sang ibu.
Tak lama setelah berada di rumah, Usman pun pamit untuk menunaikan tugas negara pergi ke Singapura. Saat itu, hubungan antara Indonesia dengan Malaysia sedang memburuk. Sang ibu, Rukiah, sempat meminta Usman untuk tidak pergi. "Usman sempat diminta ibu agar tidak pergi, tetapi Usman menyampaikan kepada ibu kalau ini adalah tugas negara," kata Rodiyah.
Kekhawatiran Rukiah, pun akhirnya terjawab sudah. Usai melakukan sabotase bersama satu rekannya, akhirnya Usman tertangkap. Berita itu didapat dari radio yang dibelikan Usman. Bahkan, jelas Rodiyah, kabar akan dieksekusinya sang adik juga didapat dari radio tersebut, namun kala itu sang ibu tidak mendengarkan siaran radio tersebut.
"Saat itu pada malam hari sekitar tanggal 16 Oktober, kami semua mendengarkan siaran radio yang mengabarkan Usman akan dieksekusi pada pagi hari. Saat pagi hari, saya bersama saudara saya juga mendengar suara gagak seperti digantung. Mendengar itu, kami semua menangis dan membuat tetangga bertanya-tanya. Akhirnya kami menjelaskannya, sebelumnya saya juga mengatakan kepada ibu kalau Usman dieksekusi di Singapura," ujarnya.
Tak berselang lama, petugas dari Kodim setempat mengabarkan berita serupa yang didengar dari radio. Akhirnya, lanjut Rodiyah, mereka mendengar kabar pada sore hari jenazah akan diterbangkan ke Jakarta. "Kemudian ibu dan beberapa kakak pergi ke Jakarta untuk melihat penguburan Usman," jelas Rodiyah.
Baca juga:
Keluarga Usman Janatin: Singapura jangan campuri Indonesia
Menengok peristirahatan terakhir pahlawan nasional Usman & Harun
Singapura masih bergantung pada Indonesia, ini buktinya
5 Sikap tegas TNI hadapi protes Singapura
Indonesia pakai nama KRI Usman Harun, Singapura serang balik
-
Kapan Komnas HAM memeriksa Usman Hamid? Komnas HAM memeriksa mantan anggota Tim Pencari Fakta (TPF) Munir, Usman Hamid untuk menyelidiki kasus pembunuhan Munir yang terjadi 20 tahun lalu. Istri Munir, Suciwati juga turut diperiksa oleh Komnas HAM.
-
Kenapa Komnas HAM memeriksa Usman Hamid? Komnas HAM memeriksa mantan anggota Tim Pencari Fakta (TPF) Munir, Usman Hamid untuk menyelidiki kasus pembunuhan Munir yang terjadi 20 tahun lalu.
-
Apa yang digali Komnas HAM dari Usman Hamid? Usman ditanya seputar peran Pollycarpus dan peran orang lain di tempat kejadian perkara kematian Munir. Komnas HAM juga bertanya sosok yang terlibat dalam perencanaan pembunuhan Munir. "Ada penggalian fakta tentang peran-peran Pollycarpus atau peran-peran orang lain yang ada di tempat kejadian perkara atau yang terlibat dalam perencanaan pembunuhan Munir atau yang menjadi alasan TPF ketika itu untuk melakukan prarekonstruksi, melacak percakapan nomor telepon dan lain-lain lah," kata Usman di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Jumat (15/3).
-
Siapa Iman Usman? Iman dikenal publik sebagai Co-Founder & Chief Operating Officer (COO) Ruangguru. Sebelum menjabat di posisinya sekarang, Iman pernah mendirikan Indonesian Future Leaders pada tahun 2009.
-
Kenapa Iman Usman jadi perbincangan hangat? Seketika sosok Iman Usman banyak dicari tahu publik lantaran kerap tampil bersama Prilly.
-
Kapan Harun Kabir meninggal? Tanggal 13 November 1947, jadi hari terakhir Harun Kabir dalam menentang kekuasaan Belanda yang kembali datang ke Indonesia.