Kisah Kapten Harun Kabir, Pejuang Asal Bandung yang Lindungi Warga Belanda Demi Kemanusiaan Tapi Berakhir Tragis
Selain melawan pasukan penjajah, ia juga mengedepankan sisi kemanusiaan
Selain melawan pasukan penjajah, ia juga mengedepankan sisi kemanusiaan
Kisah Kapten Harun Kabir, Pejuang Asal Bandung yang Lindungi Warga Belanda Demi Kemanusiaan Tapi Berakhir Tragis
Harun Kabir, namanya mungkin kurang dikenal sebagai salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia. Namun siapa sangka, jasanya begitu besar dalam mengusir para penjajah yang kala itu membonceng sekutu.
-
Apa yang dilakukan Kapten Harun Kabir saat mengungsi ke Cianjur? Dari Bogor, Harun Kabir dan keluarganya menyingkir ke Sukabumi, kemudian ke wilayah Cianjur untuk terus bergerilya.
-
Bagaimana Kapten Harun Kabir memimpin gerilya? Kapten Harun Kabir memimpin sejumlah pasukan gerilya. Dia meledakkan berbagai obyek vital untuk melawan Belanda.
-
Kapan Harun Kabir dieksekusi mati? 13 November 1947, pasukan Belanda menggedor sebuah gubuk di Hutan Cihurang, di pedalaman Cianjur. Di dalam rumah itu, ada Kapten Harun Kabir, Kepala Bagian Zeni, Brigade Suryakencana, dan anak istrinya.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Kenapa Kiras Bangun melawan Belanda? Kiras terus memperingatkan Belanda untuk segera mengangkat kaki dari wilayahnya, namun mereka keras kepala. Malah, Belanda telah mempersenjatai pasukannya dan menduduki kawasan Kabanjahe.
-
Bagaimana Hasan Basri ikut melawan Belanda? Perjuangan Hassan Basry di Kalimantan Selatan selalu merepotkan pertahanan Belanda pada masa itu.
Ia menjadi salah satu pejuang yang mengedepankan kemanusiaan karena turut melindungi bangsa penjajah yang rentan ketika itu. Keberaniannya juga teruji saat membajak kereta berisi ratusan tentara Jepang yang melintas di kawasan Bogor.
Walau sosoknya telah meninggal 76 tahun silam, namanya masih terkenang hingga dijadikan nama jalan di tiga kota.
Berikut sepenggal kisah Harun Kabir yang patriotis.
Dari asisten residen jadi pendiri gerakan kemerdekaan
Di akhir pemerintahan Hindia Belanda, Harun Kabir merupakan pejabat asisten residen di wilayah Bogor, Jawa Barat.
Setelah masuknya pasukan Jepang pada 1942, ia beralih ke Kota Jakarta untuk bekerja di departemen keuangan hingga setelahnya memilih fokus ke dunia pergerakan.
Di masa itu, pria kelahiran Kepatihan, Bandung, Jawa Barat, 5 Desember 1910 itu kemudian bergerak secara kolektif bersama para pemuda untuk mempertahankan kemerdekaan dengan mendirikan Laskar Tjiwaringin 33.
Menggerakkan rakyat
Melalui organisasi tersebut, ia bergerak bersama rakyat dan pejuang untuk merebut kekuasaan negara yang pada masa perang dunia ke-II mengalami kekacauan karena perebutan kekuasaan antara Eropa dan Jepang.
Dibutuhkannya tenaga yang cukup besar untuk memukul mundur penjajah memunculkan organisasi kemiliteran Indonesia yang lebih besar bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Sejak itu, pasukan Tjiwaringin 33 dilebur menjadi bagian dari TKR dan Harun Kabir kemudian dipercaya untuk menjadi pemimpin tertinggi dan menyandang gelar Kapten.
Melucuti ratusan tentara Jepang
Bersama pasukannya, Harun Kabir terus mengebiri pasukan Jepang yang kala itu mulai kewalahan menghadapi perlawanan bangsa.
Salah satu yang teringat adalah saat dirinya bersama pasukan berani melucuti senjata dari 150 tentara Jepang yang tengah menumpang kereta api.
Ketika itu, Harun Kabir melakukannya di wilayah perlintasan kereta api kawasan Bojonggede, Bogor, Jawa Barat. Alhasil, Harun Kabir menjadi incaran petinggi kolonial karena perlawanannya.
Mengedepankan rasa kemanusiaan
Satu hal yang mungkin luput dari sosoknya adalah, Harun Kabir juga mengedepankan rasa kemanusiaan saat menghadapi para penjajah.
Kemarahan warga Indonesia terhadap bangsa asing menyebabkan kekerasan, perampokan sampai pemerkosaan terhadap orang-orang sipil Belanda di Indonesia.
Ia pun berinisiatif melindungi orang-orang Belanda yang rentan akan hal tersebut.
Bahkan ia menyembunyikannya bersama etnis lain di rumah tinggal milik keluarganya.
Namun, kebaikannya berakhir tragis. Ia ditembak oleh satu pleton tentara sekutu.
Ditembak di hadapan anak dan istrinya
Tanggal 13 November 1947, jadi hari terakhir Harun Kabir dalam menentang kekuasaan Belanda yang kembali datang ke Indonesia.
Sekitar pukul 04.00 WIB subuh, satu pleton pasukan Belanda tiba-tiba mengepung kediamannya di wilayah pelosok Cianjur.
Saat itu pimpinan militer Belanda menanyakan, apakah ia Kapten Harun Kabir atau bukan dan menjawab dengan jujur.
Dalam kondisi yang belum pulih karena malaria dengan didampingi anak dan istrinya, Harun Kabir kemudian digiring ke dalam truk tentara.
Saat akan menaikkinya ia ditembak dari jarak 3 meter dan tumbang.
Dalam beberapa catatanya, disebutkan bahwa setelah ditembak ia masih sempat meneriakkan kata “merdeka”.
Jadi nama jalan
Sosoknya yang pemberani, dan mengedepankan rasa kemanusiaan termasuk kepada para penjajah membuat nama Harun Kabir harum.
(Gambar: Jalan Harun Kabir di Kota Sukabumi)
Di tatar priangan timur (Cianjur, Bogor, Sukabumi) ia menjadi salah satu pejuang yang bergerilya di sana.
Karena perjuangannya itu, nama Harun Kabir lantas dijadikan nama jalan di tiga daerah yakni Cianjur, Bogor dan Sukabumi.
Sumber: Facebook Album Sejarah Indonesia & Arsip Indonesia