Rawan kebakaran, jalur pendakian Gunung Slamet ditutup
Diduga banyak pendaki tak paham etika mendaki gunung, dan membiarkan sisa api unggun masih membara.
Kebakaran hutan kerap melanda wilayah Gunung Slamet. Hal itu, membikin pihak Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Timur menutup jalur pendakian gunung tertinggi di Jawa Tengah itu.
Kepala KPH Banyumas Timur, Wawan Triwibowo mengatakan, kebakaran terakhir kali terjadi di Gunung Slamet diduga karena sisa api unggun dibuat oleh pendaki. Menurut dia, kebanyakan pendaki naik dari Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Karangreja, Purbalingga.
"Kalau kemarin analisa bukan hanya dari KPH, tapi analisa bersama-sama juga TNI, Polri, SAR dan masyarakat yang naik ke Bambangan. Karena kebakaran berasal dari sekitar Pos 7, diduga api berasal dari api unggun pendaki untuk menghangatkan tubuh, tapi tidak mematikan api dengan sempurna," kata Wawan, Rabu (23/9).
Pada akhir Agustus lalu, kebakaran besar juga terjadi di kawasan hutan cendana lereng Gunung Slamet. Penyebabnya, diduga berasal dari sisa api unggun hingga memicu kebakaran dan menghanguskan sekitar 20 hektar hutan.
Kebakaran terakhir, lanjut Wawan, terjadi 21 September lalu di petak 58 pada ketinggian di atas 2.600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Luas lahan terbakar mencapai tiga hektare.
Wawan menduga, tidak semua pendaki merupakan pecinta alam sehingga tidak paham teknik dan etika pendakian gunung. Termasuk cara memadamkan api dengan sempurna.
"Kita sedang mengimbau pelarangan pendakian dahulu karena situasi sedang kering ini," ucap Wawan.