Reaksi para perokok tanggapi isu harga rokok naik
Biar bisa terus merokok, ada yang berniat memakai rokok elektrik.
Akhir-akhir ini publik, khususnya para perokok dibuat resah dengan isu kenaikan harga rokok sampai menyentuh Rp 50.000 per bungkus. Kabar ini begitu cepat menyebar lewat sosial media dan pesan berantai di HP. Untungnya, isu kenaikan ini segera ditepis pemerintah.
"Kemenkeu belum ada aturan terbaru mengenai harga jual eceran atau tarif rokok," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin (22/8).
Meski dibantah, namun Menkeu memastikan tetap ada kenaikan cukai rokok. Hingga kini pihaknya masih melakukan kajian dan pembahasan dengan beberapa pihak terkait. Sementara harga Rp 50 ribu perbungkus tersebut, masuk dalam kajian.
"Kemenkeu akan lakukan kebijakan harga jual eceran ataupun cukai rokok dilakukan sesuai UU cukai dan rencana APBN 2017 yang saat ini masih proses konsultasi dengan berbagai pihak. Nanti akan diputuskan sebelum pembahasan APBN 2017 dimulai," terang Sri Mulyani.
Bagaimana pun juga isu kenaikan ini sudah menjadi gejolak. Amrullah, seorang perokok aktif yang tinggal di Jalan Basuki Rahmad, Samarinda, bahkan sudah berniat Jika nantinya harga rokok semakin mahal, dia memilih untuk mengisap rokok elektrik.
"Mengurangi iya, karena kebiasaan mulut berasap, jadi saya pertimbangkan rokok elektrik," kata Amrullah, Senin (22/8).
Amrullah bisa disebut perokok berat. Sehari dia sanggup menghabiskan dua bungkus rokok. Dia pun merogoh kocek tak kurang dari Rp 38 ribu.
Abdullah, penjual rokok di Jalan Panglima M Noor Samarinda menceritakan, gara-gara isu tersebut sejumlah warga menyerbu warungnya untuk memborong rokok.
"Iya, ada yang beli rokok sampai 10 bungkus. Padahal kan harga masih sama, tidak sesuai informasi yang beredar itu. Belum naik kok, masih kisaran Rp 17.000 sampai Rp 21.000 per bungkus," terang Abdullah.
Sudirman (50), warga Betung, Kecamatan Lubuk Keliat, Ogan Ilir meminta pemerintah sebaiknya mengevaluasi rencana tersebut.
"Jika alasannya penerimaan pajak kurang, bisa dicari cela lain, tidak merugikan satu pihak. Saya yakin yang mewacanakan perokok juga, tapi kaya dan pejabat, jadi masih bisa beli rokok walaupun mahal," tukasnya.
Sementara itu di Depok, Jawa Barat, banyak penjual rokok sengaja menimbun dagangannya. Mereka berdalih kepada pelanggan bahwa stok rokok dagangan mereka habis. Namun ada juga mengakui bahwa mereka mempersiapkan bila harga rokok benar naik.
"Untuk dijual nanti kalau jadi naik," kata Ucok, penjual di Pondok Terong, Depok, Senin (22/8).
Arif, salah satu konsumen, mengaku kesal dengan ulah para pedagang kelontong yang menimbun rokok. Menurutnya, hal itu sangat merugikan dirinya sebagai perokok.
"Di warung-warung sudah jarang. Kalaupun ada harganya dinaikkan padahal belum resmi," ujar Arif.
Harga rokok Sampoerna Mild yang dibeli biasa dengan harga Rp 16.000 kini naik. Dirinya saat ini harus merogoh kocek lebih.
"Sekarang jadi Rp 19.000. Padahal kan belum naik sekarang," pungkasnya.