Refleksi kepemimpinan di Haul Gus Dur ke-5
Haul Gus Dur ke-5 ini bertujuan untuk memberi pesan agar para pemimpin di Indonesia harus setia mengabdi kepada rakyat.
Peringatan tahunan (haul) ke-5 wafatnya Presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengusung tema "Kepemimpinan yang Etis dan Tawadlu Kepada Kepentingan Umat". Pemilihan tema itu menurut salah seorang putri Gus Dur, Yenny Wahid, bertujuan untuk memberi pesan agar para pemimpin di Indonesia harus setia mengabdi kepada rakyat.
"Pesan yang disampaikan pada pemimpin kita, ketika mereka berkuasa itu acuannya satu yaitu kepentingan masyarakat. Jangan menjabat hanya sekedar untuk berkuasa, ingin enak-enakan di atas. Jadi ini harus jadi acuan," kata Yenny di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (27/12).
Yenny mengatakan pemimpin yang dimaksud bukanlah sekadar merujuk pada satu sosok, melainkan semua pemimpin di semua tingkatan di Indonesia.
"Pemimpin bukan hanya satu, apalagi negara. Demokrasi seperti Indonesia. Di semua lini, presiden, pemimpin DPR, bupati, wali kota dan lain-lain. Kapolri, Panglima semuanya pemimpin. Dan mereka semua bisa telurkan kebijakan yang mengabdi pada kepentingannya rakyat," terangnya.
Yenny menambahkan, banyak hal yang dapat dijadikan suri tauladan dari sosok Gus Dur oleh para pemimpin di Indonesia untuk menyelesaikan kompleksitas problem bangsa dewasa ini.
"Penegakan hukum. Pembelaan terhadap mereka yang termarjinalkan terpinggirkan. Itu harus ditingkatkan lagi. Lalu masalah toleransi menjadi perhatian beliau. Pembelaan HAM harus ditingkatkan. Banyak hal yang perlu perhatian serius," pungkasnya.
Pantauan merdeka.com di lokasi, turut hadir beberapa tokoh dalam acara haul tersebut seperti Akbar Tandjung, Rizal Ramli dan Bondan Gunawan. Selain itu beberapa tokoh agama seperti agama Katolik juga hadir dalam acara di kediaman almarhum Gus Dur tersebut.