Resolusi Jihad era milenial: Santri wajib cerdas gunakan medsos
Diakui atau tidak, generasi milenial telah mendominasi Indonesia. Tak terkecuali santri muda. Maka, di era milenial ini, para santri diharapkan tetap cerdas menyebarkan konten berkualitas di media sosial.
Diakui atau tidak, generasi milenial telah mendominasi Indonesia. Tak terkecuali santri muda. Maka, di era milenial ini, para santri diharapkan tetap cerdas menyebarkan konten berkualitas di media sosial.
"Inilah Resolusi Jihad zaman sekarang yang kita gelorakan. Dalam suasana peringatan Hari Santri Nasional ini, kami mengajak sejumlah kalangan untuk menyadari tantangan berat yang kini ada di depan mata," kata salah satu dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Wasid Mansyur di Surabaya, Jumat (27/10).
Menurut dosen yang juga Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama Jawa Timur ini, seiring perkembangan, Indonesia telah didominasi generasi milenial, yang nantinya akan mewarnai arah perjalanan bangsa.
Maka diperlukan sejumlah persiapan agar masa depan negeri ini tetap berjalan sesuai cita-cita luhur para pendiri bangsa. "Generasi milenial adalah mereka yang lahir tahun 1980 hingga 2000, yang juga dikenal sebagai generasi Y. Dan tentu saja di dalamnya ada elemen santri," katanya lagi.
Dengan memaparkan hasil yang didapat salah satu lembaga riset, angka generasi milenial tersebut mencapai 81,27 juta jiwa dan disusul generasi berikutnya yakni 68,02 juta jiwa. "Ini artinya bahwa masa depan bangsa Indonesia ditentukan generasi muda yang mendominasi jumlah penduduk seluruhnya," sambungnya.
Untuk selanjutnya, diperlukan langkah serius agar para generasi milenial ini mampu membawa angin perubahan menuju Indonesia yang lebih baik. "Membawa udara segar bagi bangsa Indonesia yang telah berumur 72 tahun," tandasnya.
Sementara terkait momentum Hari Santri Nasional, dalam pandangan Wasid, tidak semata perayaan seremonial tahunan. "Namun yang mendesak adalah mengingatkan kepada generasi milenial akan makna Resolusi Jihad yang pernah digagas sejumlah ulama dan kiai, khususnya pendiri NU, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari," paparnya.
Bagi Wasid, mempertahankan NKRI harus tetap terbawa di sanubari santri yang merupakan bagian tak terpisahkan dari generasi muda. "Karena itu santri milenial juga harus cerdas menggunakan sejumlah sarana termasuk media sosial untuk menyebarkan konten berkualitas dan bernada damai."
Dan lewat forum diskusi Cangkir 9, yang akan digeber pada Sabtu (28/10) besok di Surabaya, beberapa pegiat media dan literasi dihadirkan untuk membahas persoalan generasi milenial. "Kami mengundang antara lain Fauzi Priambodo selaku santri pengusaha, RN Bayu Aji yakni akademisi dan sejarah muda, juga Chafid Wahyudi yang dikenal sebagai pegiat literasi," jelasnya.
Nama lain yang akan berbagi sudut pandang adalah Syaifullah Ahmad Nawawi dari Majalah Aula, akademisi dan Santri Techno Community, M Zikky, Ahmad Karomi (Pengasuh Santri Zaman Now), Dodik Nurcahyo, Najih Ramadhan, serta praktisi media TV, Said Hudaini.
Wasid berharap dengan kehadiran para narasumber ini, akan menjadi nilai lebih dari diskusi Cangkur 9 nanti. "Mari bersama ikut merayakan momentum ini yakni dengan mulai dari diri sendiri, dengan berbagi konten berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Semua pihak tidak perlu saling hujat satu sama lain karena ketenangan sebenarnya sangat dirindukan di masa-masa penuh hoax seperti saat ini," harapnya.