Rumah singgah balita dibangun 2 minggu sebelum kedatangan Jokowi
Irma Suryani mengaku sebagai inisiator rumah singgah balita tersebut. Politikus NasDem itu dibantu sejumlah aktivis.
Adanya keterangan sejumlah warga yang menyatakan rumah singgah atau rumah evakuasi balita korban asap di Kelurahan 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang rekayasa, dibantah anggota DPR asal Sumsel Irma Suryani, yang mengaku sebagai inisiator pendiriannya. Rumah tersebut didirikan dua minggu sebelum kedatangan Jokowi.
"Kami sendiri tidak menyangka kalau akan dikunjungi Presiden Jokowi. Rumah itu dirikan murni dari dana saya dan kawan-kawan aktivis. Kalau ada yang mengatakan rekayasa, itu salah," ungkap Irma kepada merdeka.com, Minggu (1/11).
Dikatakannya, pendirian rumah itu sebagai bentuk keprihatinan dan perhatian sejumlah aktivis terhadap korban kabut asap setelah melihat adanya beberapa balita yang meninggal karena terpapar asap dampak kebakaran hutan dan lahan di Sumsel.
Apalagi, dia menilai tidak ada upaya dari pemerintah daerah dan pusat untuk melindungi masyarakat dari paparan asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di areal korporasi.
"Rumah itu didirikan oleh masyarakat sipil, tidak ada campur tangan pemerintah daerah dan pusat atau juga interes politik," ungkap politisi Partai Nasdem itu.
Dia menjelaskan, proses pendiriannya telah dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2015, dengan menyewa satu unit rumah kosong tua milik keluarga Cek Gadis yaitu H Sul, dengan lama sewa selama enam bulan.
Kemudian, Koalisi Masyarakat Peduli Balita Korban Asap dibantu warga mulai melakukan renovasi fisik rumah, seperti pembuatan toilet, listrik, lantai dan jembatan serta penutupan ventilasi rumah, penambahan pembersih udara dan pemasangan AC, serta instalasi air.
"Tanggal 21 Oktober, aktivis dari Walhi dan beberapa aktivis lainnya yang mengelola rumah ini," kata dia.
Dia menambahkan, selain membangun rumah evakuasi di Kelurahan 5 Ulu Palembang, mereka juga mendirikan tempat yang sama di Kabupaten Ogan Komering Ilir, yakni di Kecamatan Tulung Selapan dan Pangkalan Lampam. Namun kedua tempat itu batal didirikan karena tidak ada relawan yang mengelolanya.
"Jadi kami fokus yang di Kelurahan 5 Ulu saja," pungkasnya.
Sebelumnya, menurut informasi dihimpun merdeka.com dari warga Kelurahan 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, rumah singgah itu baru didirikan beberapa jam sebelum dikunjungi Jokowi. Menurut warga setempat, mereka tidak pernah melihat ada rumah singgah itu sebelumnya. Bahkan pada satu hari menjelang kedatangan Jokowi. Warga mengaku terkejut rumah itu tiba-tiba disulap menjadi rumah singgah, dan dikunjungi presiden.
"Baru ada pak, kemarin-kemarin tidak ada. Katanya semalam baru dibuat," kata seorang warga setempat enggan disebutkan namanya, Jumat (30/10).
Dari keterangan warga, rumah panggung berbahan kayu itu sebenarnya sudah lama tidak dihuni. Sebab sang pemilik, termasuk anggota keluarganya, sudah meninggal dunia. Beberapa bulan lalu, rumah itu dibeli seorang warga yang tinggal beberapa kilometer dari lokasi.
"Tadi, kami tahu kalau rumah itu baru disewa orang semalam. Mungkin untuk dibuat rumah singgah itulah," lanjut dia.
Tak hanya dari warga setempat, keterangan serupa juga datang dari sejumlah ibu-ibu yang berada di dalam rumah itu. Menurut Asmawati (35 tahun), dia diajak seseorang supaya mau datang ke tempat itu tadi pagi, dengan syarat harus membawa bayinya. Kebetulan, bayi Asmawati memang mengalami sesak napas sejak beberapa hari lalu.
"Pagi tadi disuruh ke sini (rumah singgah), katanya ada pengobatan," kata Asmawati.
Setiba di sana, pengobatan dijanjikan tak kunjung dilakukan, bahkan hingga Jokowi meninggalkan lokasi. Asmawati dan belasan ibu-ibu lain yang turut membawa bayinya, hanya disuruh duduk sambil menunggu kedatangan Jokowi.
"Belum dikasih obat apa-apa, cuma duduk saja di sini. Waktu Pak Jokowi datang tadi baru ditanya-tanyain," ujar Asmawati.
Saat dikonfirmasi, koordinator rumah singgah balita korban asap, Syarifudin, nampak bingung. Keterangannya berubah-ubah saat diwawancarai wartawan.
Syarifudin awalnya mengatakan, rumah singgah itu sudah didirikan sejak dua pekan yang lalu. Bahkan ada 20 balita yang dirawat setiap harinya, tiga di antaranya dirawat inap.
Belum sempat ditanya wartawan soal keterangannya itu, tiba-tiba Syarifudin kembali membuat pernyataan baru. Dia mengatakan, rumah singgah itu sudah aktif sebulan lalu.
"Dapat informasi dari mana kalau baru semalam? Ini sudah sebulan," kata Syarifudin menyangkal.
Dari pantauan merdeka.com, rumah singgah itu memang berada di pemukiman kumuh, dan jauh dari akses jalan raya. Beberapa meter dari lokasi terdapat Sungai Kedukan yang kering dan dipenuhi sampah rumah tangga.
Di bawah rumah, nampak ada tumpukan sisa kulit kayu gelam, yang digunakan untuk membangun jembatan penghubung rumah dan jalan cor. Kulit kayu itu terlihat baru saja terlepas. Nampak juga, beberapa pipa air bersih yang tersambung menuju rumah itu masih bersih, terkesan baru saja terpasang.