Saksi kasus Angeline diteror buat cabut BAP, LPSK turun tangan
Ada tujuh orang dimintakan perlindungan, termasuk orangtua kandung Angeline.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) hari ini menemui saksi-saksi kasus kematian Angeline. Di antara orang dijumpai antara lain orangtua kandung Angeline beserta sejumlah saksi lain selama ini mengaku sempat diteror.
Tim LPSK datang sore tadi, Rabu (1/7) guna menggali informasi dari mereka sebagai bahan memberikan perlindungan. Ada enam saksi dimintakan perlindungan. Mereka adalah saksi dibawa oleh P2TP2A Kota Denpasar. Di antara para saksi itu adalah orangtua kandung Angeline, Hamidah dan Achmad Rosidik.
"Ada enam saksi yang dimintakan perlindungan kepada LPSK," kata Sekretaris P2TP2A Kota Denpasar, Siti Sapurah, di kantornya di Lumintang, Denpasar, Rabu (1/7).
Selain keenam saksi itu, Siti juga mengajukan perlindungan kepada LPSK. "Jadi total yang dimintakan perlindungan ada tujuh orang," kata perempuan akrab disapa Ipung itu.
Kata Wakil Ketua LPSK, Askari Razak mengatakan, kedatangannya ke Denpasar khusus menindaklanjuti adanya permohonan dan laporan disampaikan oleh para saksi kasus Angeline.
Menurut Askari, perlindungan sangat bermacam-macam sesuai kebutuhan. "Selain administrasi, kami juga memberikan perlindungan kesehatan, pengawalan, hingga safehouse. Besok kami mendalami lagi," kata Askari.
Hingga kini, LPSK belum menyimpulkan perlindungan macam akan diberikan kepada para saksi itu. Sementara itu, aktivis P2TP2A Kota Denpasar, Ni Luh Putu Anggraeni, menyebutkan, khusus kepada Ipung memang lembaganya mengajukan perlindungan. Itu setelah adanya pernyataan dengan nada mengancam.
"Melalui telepon, lalu ada juga pernyataan akan melaporkan Ipung. Kami harus siap-siap juga. Mbak Ipung akan dilaporkan katanya. Kami harus berkoordinasi dengan Kementerian tentunya," kata Anggraeni.
Sementara itu, salah satu saksi kasus Angeline, Rahmat Handono, mengaku diintimidasi oleh seseorang guna mencabut keterangan telah diberikan kepada polisi.
"Saya disuruh mencabut laporan oleh seseorang, dengan nada keras. Suaranya laki-laki dengan dialek seperti suara orang di timur," kata Handono yang pernah indekos lama di rumah Margriet Christina Megawe, di Jalan Sedap Malam nomor 26, Denpasar.