Salju di Puncak Cartenz Papua Terus Mencair, Ini Dampaknya
Menurut laporan citra satelit, luas area salju mengalami penurunan, dan saat ini tercatat sekitar 18 hektare.
Balai Taman Nasional Lorenz terus memantau kondisi salju yang semakin mencair di Puncak Cartenz, yang terletak di Provinsi Papua Tengah. Kepala Balai Taman Nasional Lorenz, Manuel Mirino, menjelaskan bahwa Puncak Cartenz merupakan bagian dari wilayah kerja TN Lorenz, sehingga pemantauan terhadap keberadaan salju di lokasi tersebut dilakukan secara berkala.
“Pemantauan terkait kondisi dan keberadaan salju yang terus mencair dilakukan melalui citra satelit karena bila untuk turun langsung membutuhkan anggaran yang tidak sedikit,” ungkapnya, seperti dikutip dari Antara, Minggu (8/12).
- Satgas Damai Cartenz: 27 KKB Tewas Sepanjang Tahun 2024, 12 Senpi Disita
- Pemasok Senjata Api ke KKB Papua Kembali Ditangkap, Pelaku Seorang Lansia
- Satgas Damai Cartenz Ungkap Kondisi Terakhir 9 Daerah Operasi di Papua saat Rapat Pleno Pemilu
- Satgas Damai Cartenz: Pemilu 2024 di Papua Aman Tanpa Gangguan KKB
Menurut laporan dari citra satelit, luas area salju yang tersisa kini menurun drastis menjadi sekitar 18 hektare.
Mirino juga mengungkapkan kekhawatirannya mengenai dampak pemanasan global yang berpotensi menyebabkan penurunan luas hamparan salju di Puncak Cartenz secara terus-menerus, yang pada gilirannya dapat merusak ekosistem di daerah tersebut. Jika penurunan ini berlanjut, ia memperingatkan bahwa dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh ekosistem, tetapi juga oleh masyarakat yang tinggal di kawasan itu.
“Dampak yang ditimbulkan selain musnahnya habitat dan tanaman juga dapat menyebabkan terjadinya kekeringan,” jelas Manuel Mirino. Ia menambahkan bahwa luas TN Lorenz mencapai sekitar 2,3 juta hektare, mencakup 10 kabupaten di tiga provinsi di Papua, termasuk Provinsi Papua Tengah yang meliputi Kabupaten Mimika, Paniai, Puncak Jaya, Puncak, dan Intan Jaya, serta Provinsi Papua Pegunungan yang meliputi Kabupaten Jayawijaya, Lanny Jaya, Yahukimo, dan Nduga, dan Provinsi Papua Selatan yang mencakup Kabupaten Asmat.
“Wilayah TN Lorenz memang yang terluas di Indonesia dan memiliki ciri khas tersendiri karena dari dataran rendah hingga keberadaan salju di Puncak Cartenz,” tutup Kepala Balai TN Lorenz, Manuel Mirino.
Ketebalan Es Menurun
Ketebalan es di Pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah, mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan dari tim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), saat ini diperkirakan ketebalan es hanya tersisa sekitar empat meter. Koordinator Bidang Standardisasi Instrumen Klimatologi BMKG, Donaldi Sukma Perman, menjelaskan bahwa estimasi ketebalan es ini diperoleh dari pengukuran yang dilakukan pada tongkat ukur yang ditanam di Puncak Sudirman. "Terakhir ada 14 stake yang sudah tersingkap, artinya ketebalan gletser diperkirakan tinggal empat meter," ungkapnya di Jakarta pada Senin (2/12/2024).
Penurunan ketebalan es ini sangat mencolok jika dibandingkan dengan data pengukuran BMKG sebelumnya, yang mencatat ketebalan es mencapai 32 meter pada tahun 2010, dan 5,6 meter antara November 2015 hingga Mei 2016. "Hal ini juga disebabkan oleh El Nino kuat yang terjadi pada saat itu," tambahnya, seperti yang dikutip dari Antara. Selain itu, survei yang dilakukan pada bulan November 2024 menunjukkan bahwa luas permukaan es di Puncak Sudirman menyusut secara drastis. Luas es kini hanya berkisar antara 0,11 hingga 0,16 kilometer persegi, sementara pada tahun 2022, luas es tercatat sekitar 0,23 kilometer persegi.
Penipisan ketebalan es dan perubahan dinamika cuaca menjadi tantangan tersendiri bagi tim survei gabungan BMKG dan PT Freeport Indonesia dalam melakukan pengukuran es di puncak tertinggi ketujuh di dunia ini. Sejak survei intensif dimulai pada tahun 2010, tim tersebut dapat melakukan pengukuran dengan menggunakan helikopter dan mendarat di permukaan es. Namun, sejak tahun 2017, mereka harus mengandalkan analisis gambar visual dan pengamatan terhadap keberadaan stake untuk mengukur ketebalan es. "Tetapi survei ini akan terus kami lakukan untuk mendokumentasikan es di Papua yang sudah dalam tahap yang sulit untuk mempertahankannya lagi," kata Donaldi.
Perubahan Iklim
BMKG menyatakan bahwa pencairan es di Pegunungan Jayawijaya adalah salah satu tanda nyata dari perubahan iklim yang menyebabkan suhu bumi semakin meningkat. Berdasarkan data dari Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG, saat ini suhu global telah meningkat dengan cepat, mencapai 1,45 derajat Celsius di atas rata-rata suhu pada masa pra-industri. Di Indonesia, rata-rata suhu mengalami kenaikan sebesar 0,15 derajat Celsius setiap dekade.
Albert C. Nahas, Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG, mengungkapkan bahwa laju peningkatan suhu ini paling signifikan di wilayah Kalimantan, bagian selatan Sumatera, Jakarta dan sekitarnya, bagian utara Sumatera, serta di Papua Pegunungan dan sebagian kecil Sulawesi. Ia juga menambahkan, jika dilihat dari tren historis suhu dan diproyeksikan ke depan dengan penyederhanaan 0,15 derajat per dekade, Indonesia diperkirakan akan melewati batas kenaikan 1,5 derajat Celsius pada pertengahan abad ke-21. Batas ini sering dijadikan acuan untuk upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.