Sampai di mana tim pemindahan ibu kota bekerja?
Kalau SBY serius, sudah sejak 3 tahun lalu pemindahan ibu kota direalisasikan.
Kemarin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku sempat mempertimbangkan usulan pemindahan ibu kota dari Jakarta. Terlebih, usulan tersebut sudah muncul di berbagai media dan selalu menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi.
"Empat hingga lima tahun lalu diam-diam saya memikirkan sudah saatnya Indonesia membangun pusat pemerintahan yang baru di luar Jakarta. Waktu itu muncul debat dan wacana," kata SBY dalam rilis yang dikirim di sela-sela kunjungan ke St Petersburg, Rusia, Sabtu (7/9) seperti dilansir Rusia.
Usulan pemindahan ibu kota memang sempat mencuat beberapa tahun terakhir ini. Bahkan beberapa akademisi telah membentuk sebuah tim kecil untuk mengkaji dan menyuarakan usulan pemindahan ibu kota ini, yakni tim 'Visi Indonesia 2033'.
Tim ini bentuk oleh lima ilmuan, tujuannya terus menyuarakan pemindahan ibu kota ke luar Jawa. Anggota tim ini adalah Andrinof A Chaniago, Ahmad Erani Yustika, Mohammad Jehansyah Siregar, Tata Mustasya Pasha dan Ian Suherlan.
Lalu bagaimana kinerja tim ini kini? Andrinof mengatakan, sampai kini tim ini masih ada, belum akan membuyarkan diri selama rekomendasi pemindahan ibu kota dari Jakarta ke luar Jawa direalisasikan. "Meskipun dicuekin atau tidak, kita tidak akan mundur," kata Andrinof, saat dihubungi merdeka.com, Senin (10/9) malam.
Menurut dia, tim ini sudah membuat rekomendasi pemindahan ibu kota ke Kalimantan sejak tiga tahun lalu. Berbagai pertimbangan untung rugi juga sudah dipaparkan ke pemerintah, termasuk ke publik lewat media dan diskusi-diskusi ke daerah-daerah.
Pertimbangan-pertimbangan itu misalnya, kondisi Jawa kini semakin padat penduduk, daya dukung alam tak memadai walaupun disiapkan teknologi transportasi, lingkungan bagus, tapi daya dukungan tak memadai, karena beban pulau jawa sudah berat. Apalagi lahan pertanian berkurang terus, mencapai 40-60 hektare.
"Kenapa Kalimantan? Karena kita ingin membangun Indonesia. Di mulai dengan kalimantan. Kalimantan wilayahnya sangat luas, tidak sebanding dengan jumlah penduduk, hanya 6 persen penduduknya dari populasi seluruh Indonesia, sementara luas wilayahnya mencapai 30 persen dari total luas wilayah Indonesia," ujarnya.
Posisi Kalimantan juga strategis karena berada di tengah-tengah. Menurut dia, ibu kota nanti tidak harus di Palangkaraya, tapi di daerah-daerah lain Kalimantan tidak apa-apa. Namun demikian dia tidak merinci kota-kota mana saja yang direkomendasikan oleh tim.
Sementara soal biaya, dia melanjutkan, tim sudah menghitung segala kemungkinan, tapi biayanya tidak mahal. "Kalau dibilang biayanya mahal, endak, endak benar itu. Tim ini sudah menghitung semuanya," ujarnya.
Kenapa tidak segera direalisasikan? Andrinof menjawab tidak tahu. "Saya tidak ngerti, kenapa pemerintah ga serius. Problemnya ini cuma di pemerintah saja. SBY cuma reaksioner saja menyikapi isu strategis pemindahan ibu kota. Karena heboh macet, banjir dan lain-lain," terangnya.
Selebihnya SBY tidak serius menindaklanjuti rekomendasi atau wacana yang telah diusulkan oleh tim ini. "Jadi menurut saya, ini hanya masalah gaya kepemimpinan yang bermasalah. Kalau SBY serius, sejak tiga tahun lalu mestinya sudah ditindaklanjuti."
Namun demikian, dia mengatakan akan terus menyuarakan pemindahan ibu kota ini. Tim akan terus menyuarakannya ke daerah-daerah, kota-kota lain. "Kita ga mikirin mentok atau tidak. Kalau pemerintahnya seperti ini, ya tetap akan saya suarakan terus. Ke daerah-daerah, kota-kota dan lain-lain," tuturnya.