Satgas Ingatkan Vaksin Tak Bisa Jadi Satu-satunya Tameng Menghadapi Pandemi Covid-19
Dia mengungkapkan, belajar dari pengalaman negara-negara dengan cakupan vaksinasi dosis pertama yang tertinggi di dunia yaitu Singapura 79 persen, Finlandia 73 persen, Inggris 71 persen, Jepang 66 persen dan Amerika Serikat 63 persen, nyatanya lonjakan kasus masih dapat terjadi.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Profesor Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah terus mendorong peningkatan cakupan vaksinasi di seluruh Indonesia dalam rangka mempertahankan kelandaian kasus Covid-19.
"Namun vaksin tidak dapat menjadi satu-satunya tameng kita dalam menghadapi pandemi ini," katanya dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (23/9).
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
Vaksinasi, menurutnya, terutama jika hanya dosis pertama dan tidak dibarengi kepatuhan protokol kesehatan maka tidak dapat menjamin lonjakan kasus untuk tidak terjadi lagi.
Dia mengungkapkan, belajar dari pengalaman negara-negara dengan cakupan vaksinasi dosis pertama yang tertinggi di dunia yaitu Singapura 79 persen, Finlandia 73 persen, Inggris 71 persen, Jepang 66 persen dan Amerika Serikat 63 persen, nyatanya lonjakan kasus masih dapat terjadi.
"Di Singapura relaksasi dilakukan dengan berfokus pada penguatan 3T dan peningkatan cakupan vaksinasi dan kurang berfokus pada pencegahan yaitu protokol kesehatan di tempat umum," terangnya.
Wiku mengemukakan klaster di Singapura mulai bermunculan, seperti klaster dari restoran dan tempat makan di bandara, tempat karaoke, pusat perbelanjaan hingga terminal bus.
Di Finlandia, lanjut dia, peningkatan terjadi karena tim sepakbola yang datang dari Rusia yang masuk ke Finlandia tanpa dilakukan tes skrining terlebih dahulu.
"Selain itu, masyarakat cenderung tidak merespons pada upaya tracing yang dilakukan oleh pemerintahnya sehingga menghambat pelacakan dan penanganan kasus sejak dini," ujarnya.
Di Inggris, kata Wiku, dilakukan relaksasi aktivitas sosial ekonomi dan utamanya pembukaan sekolah tatap muka yang kurang berhati-hati dan kurang memperhatikan kesiapan seluruh unsur yang terlibat, sehingga menyebabkan kasus Covid-19 meningkat, klaster di sekolah pun mulai bermunculan.
Kemudian di Jepang, terdapat klaster atau penambahan kasus Covid-19 yang berhubungan dengan kegiatan Olimpiade Tokyo 2020.
Meskipun pembatasan yang tepat dilakukan dalam pelaksanaan agenda olahraga itu, namun masih berpengaruh signifikan terhadap pola kegiatan sosial masyarakat di Jepang.
"Masyarakat cenderung berkerumun untuk menonton pertandingan bersama-sama di bar, kafe maupun restoran," jelasnya.
Sementara di Amerika Serikat, tingginya cakupan vaksinasi tidak dibarengi dengan pengawasan dan pelaksanaan protokol kesehatan yang baik.
"Penggunaan masker yang tidak menjadi kewajiban di beberapa tempat umum di saat kegiatan aktivitas sosial ekonomi sudah berjalan normal menjadi salah satu penyebab adanya kenaikan kasus," tambah Wiku seperti dilansir dari Antara.
Dia mengingatkan, dengan mobilitas yang mulai meningkat serta aktivitas sosial ekonomi yang sudah mulai kembali berjalan di Indonesia saat ini, maka seluruh lapisan masyarakat harus tetap disiplin protokol kesehatan.
"Sehingga kita tidak harus kembali belajar melalui lonjakan kasus selanjutnya," tutup Wiku.
Baca juga:
Gelar Vaksinasi di DIY, Gerindra Sebut Parpol Wajib Bantu Pemulihan Sosial Ekonomi
TNI Kerahkan 30 Bus dan Truk Jemput Bola Vaksinasi Covid-19 Warga di Yogyakarta
RI Terima 3,4 Juta Dosis Vaksin Melalui Skema Pembelian Langsung
Tinjau Vaksinasi di Banten, Kapolri Minta TNI-Polri Terus Bantu Tanggulangi Covid-19
Polisi Gelar Vaksinasi untuk Anak-Anak Penyandang Disabilitas di Banten
Ketua DPR: Pemerintah Harus Antisipasi Lonjakan Covid-19 Akhir Tahun