SD di Tasikmalaya Tidak Kunjung Diperbaiki, Dinding Mengelupas dan Atap Berlubang
Sekilas, saat memasuki gerbang SDN Sirnasari yang berada di Kampung Rancapeundeuy, Desa Sirnasari, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya tidak ada yang aneh. Semua nampak biasa saja, pelajar pun terdengar sedang belajar dengan khusyu, seperti tidak ada apa-apa.
Sekilas, saat memasuki gerbang SDN Sirnasari yang berada di Kampung Rancapeundeuy, Desa Sirnasari, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya tidak ada yang aneh. Semua nampak biasa saja, pelajar pun terdengar sedang belajar dengan khusyu, seperti tidak ada apa-apa.
Namun di balik itu, ternyata para siswa harus belajar dalam kondisi was-was lantaran kondisi sekolah tersebut sangat memprihatinkan.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan di sekolah? Korban diduga telah melakukan pelecehan terhadap para siswi di sekolah.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Di mana Sekolah Gendhis? Sekolah Gendhis berada di Magelang, Jawa Tengah.
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
-
Apa bentuk kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
Kayu-kayu pintu sudah nampak lapuk, ditambah sebagai dinding yang mengelupas, bahkan atap ruangan kelas pun sudah banyak yang berlubang. Kondisi tersebut sama persis dengan kondisi akses jalan ke sekolah tersebut, rusak parah.
Di salah satu ruangan yang biasa digunakan belajar siswa kelas IV, atap ruangannya harus disangga menggunakan kayu agar tidak roboh. Terlihat lima tiang kayu di ruang kelas kelas tersebut untuk menahan atap agar tetap pada posisinya.
Di bawah atap itu, setidaknya terdapat 17 siswa yang tetap serius belajar. Saat didatangi, para siswa tengah belajar matematika. Mereka serius memperhatikan guru yang sedang menerangkan beberapa rumus.
Badruttamam (9), salah seorang siswa kelas IV mengaku bahwa dia selalu merasa khawatir saat memulai jam pelajaran di dalam kelas.
"Kalau sudah masuk ke dalam kelas saya membayangkan tiang yang menyangganya tiba-tiba roboh saat kita sedang belajar," ujarnya, Kamis (5/12).
Sekolah Rusak Sudah Sejak Lama
Dia mengatakan bahwa kondisi tersebut sebetulnya sudah berlangsung cukup lama. Dan masalahnya bukan hanya itu saja, namun juga persoalan lain ketika turun hujan.
"Kalau hujan kita pasti harus pindah ruangan karena kelasnya bocor. Kalau pindah ruangan saja enggak apa-apa, tapi saat pindah ruangan ini harus bercampur belajarnya dengan kelas lain. Jadinya ya kurang kondusif belajarnya," jelasnya.
Badruttamam mengaku sangat berharap agar pemerintah segera memerbaiki ruang kelasnya, sehingga bisa kembali belajar tanpa rasa takut.
"Saya mau tetap belajar di sini, tapi harus dibenerin dulu biar pas belajar tidak tiba-tiba roboh," katanya.
Siswa lainnya, Aisyah (10) mengungkapkan hal serupa dengan Badruttamam. Ia menyebut bahwa sampai saat ini kelas yang digunakan belajar memang belum roboh, namun saat hujan turun dipastikan kelasnya akan dipenuhi air.
"Sampai kita pernah belajar di teras kelas karena hujan," ungkapnya.
Aisyah mengungkapkan bahwa dia tidak memiliki harapan yang macam-macam, hanya ingin sekolahnya segera diperbaiki sehingga lebih bagus dibanding kondisi sekarang.
"Biar belajarnya masih semangat dan tidak takut roboh," sebutnya.
Sementara itu, Wali kelas IV SDN Sirnasari, Sovie Fauzi Syarif menyebut bahwa atap ruang kelas sudah disanggah menggunakan kayu sejak tiga tahun terakhir. Hal tersebut sengaja dilakukan untuk mengantisipasi robohnya atap bangunan.
Sebelum disangga, Sovie menyebut bahwa awalnya banyak serpihan tembok yang berjatuhan.
"Saat diperbaiki oleh penjaga sekolah ternyata bagian dalam plafon kayunya sudah merunduk sehingga kemudian disangga menggunakan kayu agar tidak roboh atapnya," jelasnya.
Kegiatan Belajar Mengajar Terganggu
Sovie menyebut bahwa setelah dipsangnya tiang penyangga di ruangan kelas, kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu. Para siswa yang belajar dan guru yang mengajar, tidak nyaman.
"Tiga bulan lalu sempat kejadian, saat kegiatan belajar mengajar berlangsung tiba-tiba sebagian atap ambruk. Alhamdulillah ambrukannya tidak menimpa siswa. Bekasnya masih ada sekarang," ungkapnya.
Sovie mengatakan, hampir seluruh ruang kelas di SDN Sirnasari tidak ada yang aman. Di kelas lain, atap ruangan juga bocor, dan jendela tidak lagi memiliki kaca.
Pihak sekolah, disebut Sovie sudah beberapa kali mengusulkan perbaikan melalui data pokok pendidikan, namun hingga saat ini belum ada realisasi.
(mdk/cob)