Sederet Alasan Mantan Pegawai KPK Tolak Jadi ASN Polri
Ada yang ingin berjualan kue. Ada juga yang memilih menjadi dosen.
Ita Khoiriyah alias Tata menjadi salah satu dari 12 mantan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menolak pinangan menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) Korps Bhayangkara atau Polri.
Tata mengungkap pilihannya menolak tawaran menjadi ASN Polri sangatlah dilematis. Karena harus meninggalkan bisnis jualan kue yang sudah dirintisnya. Sejak resmi dipecat menjadi pegawai KPK beberapa waktu lalu, dia berdagang kue.
-
Siapa yang mengajukan gugatan terhadap Dewas KPK? Dewas KPK Ngaku Sudah Antispasi Gugatan Nurul Ghufron di PTUN, Malah Kecolongan Ghufron sendiri sempat meminta kepada Dewas untuk menunda sidang etiknya.
-
Kapan Nawawi Pomolango dilantik sebagai Ketua KPK sementara? Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sementara Nawawi Pomolango berpose sesaat sebelum memberi keterangan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Senin (27/11/2023). Sebelumnya Presiden Joko Widodo, melantik Nawawi Pomolango sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sementara.
-
Siapa yang ditahan oleh KPK? Eks Hakim Agung Gazalba Saleh resmi ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis (30/11/2023).
-
Dimana penggeledahan dilakukan oleh KPK? Kepala Bagian (Kabag) Pemberitaan KPK Ali Fikri menyebut penggeledahan kantor PT HK dilakukan di dua lokasi pada Senin 25 Maret 2024 kemarin. "Tim Penyidik, telah selesai melaksanakan penggeledahan di 2 lokasi yakni kantor pusat PT HK Persero dan dan PT HKR (anak usaha PT HK Persero)," kata Ali Fikri kepada wartawan, Rabu (27/3).
-
Apa yang jadi dugaan kasus KPK? Pemeriksaan atas dugaan pemotongan dan penerimaan uang, dalam hal ini dana insentif ASN Bupati Sidoarji Ahmad Muhdlor Ali diperiksa KPK terkait kasus dugaan pemotongan dan penerimaan uang, dalam hal ini dana insentif ASN di lingkungan BPPD Pemkab Sidoarjo.
-
Kapan KPK menahan Mulsunadi? "Untuk kebutuhan penyidikan tim penyidik melakukan penahanan MG untuk 20 hari pertama terhitung tanggal 31 Juli 2023 sampai dengan 19 Agustus 2023
"Dan sudah di tengah jalan memang agak dilematis, saya mau milih, serius bisnis saya ini atau menjadi ASN. Karena keduanya butuh waktu energi dan pikiran juga ya," ujar Tata
Meski begitu, niat mengembangkan bisnis dan alasan ingin melanjutkan jenjang pendidikannya ke lebih tinggi menjadi pilihan. Terlebih, dia menyukai aktifitas barunya tersebut.
"Karena kemarin asik saja nih, punya kesibukan baru di bidang baru," kata Tata.
Terlebih, Tata mengakui bisnis kue yang ditekuninya saat ini bisa dibilang laris manis dengan omzet yang cukup lumayan. Dalam binis kuenya, setidaknya Tata sudah menjual sekitar 300 toples dan hampir 1.000 roti habis terjual.
"Ternyata respon di sekitar saya positif, kenapa enggak saya seriusin saja. Karena responsnya sudah lumayan. Buat kapasitas saya sebagai pendatang baru, dan kemampuan yang terbatas," katanya.
Sementara lulusan ilmu komunikasi itu mengakui ingin kembali menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan jurusan yang masih sejalan ilmu komunikasi.
"Saya sih maunya masih mau linier dengan pendidikan saya sebelumnya. Saya sih masih mau mencari jalan, mantapnya dimana. Ilmu komunikasi, jadi ya ada kemungkinan linier dengan konsen yang sama komunikasi publik," tuturnya.
Hormati Tawaran Kapolri
Meski dirinya menolak, Tata tetap menghargai tawaran dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit kepada dirinya bersama teman-teman pegawai lainnya. Menurutnya, tawaran sebagai ASN Polri telah menjadi tanda jika alasan pemecatan karena tak bisa dibina adalah salah.
"Kenapa karena ini berkebalikan dengan yang dilakukan pimpinan KPK yang memberi label kami merah, dan mengatakan kami ini tidak bisa dibina. Tidak ada kesempatan untuk membina kami, sebagai pegawai ya. Padahal kami itu banyak yang sudah bertahun-tahun bekerja di KPK," katanya.
"Jadi hal ini berkebalikan gitu dengan Polri yang memberi tawaran untuk menjadi bagian sebagai ASN Polri. itu merupakan bukti buat kami, memang pimpinan KPK mau menyingkirkan. Karena kan nyatanya kita diterima. dan kalau proses assement lancar teman-teman bisa diangkat," tambahnya.
Singkatnya, meski dirinya telah mantap memilih sebagai pembisnis dan lanjutkan pendidikannya, Mantan Biro Humas KPK itu menilai, tawaran Kapolri akan jadi bantahan atas lebel pegawai yang tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).
"Saya terima kasih dengan tawaran Polri ini membuat anggapan kalau kami tidak bisa dibina ini, tidak benar. Jadi kalau suatu saat saya ingin kembali ke dunia profesional, saya bisa menggunakan alasan ini, label merah itu sangat politis," tuturnya.
Pada kesempatan lain, salah satu pegawai yang turut menolak pinangan ASN Polri yaitu, Tri Artining Putri atau yang akrab disapa Puput menyatakan sangat menghargai tawaran Kapolri untuk bergabung sebagai ASN Polri.
"Saya tambah-tambah menghargai ketika tawaran ini datang dalam bentuk kebebasan memilih. Sehingga kami tidak lagi di posisi tanpa pilihan seperti menjalani TWK dan akhirnya disingkirkan dari KPK," katanya.
Adapun alasanya, tidak bergabung menjadi ASN karena dirinya merasa kalau seharusnya menjadi ASN di KPK bukan malah ke Polri.
"Karena saya melamar dan diterima menjadi pegawai KPK. Jadi kalau jadi ASN harusnya di KPK. Dan tawaran Kapolri ini semakin menunjukkan keanehan dan ketidakwajaran TWK versi KPK dan BKN yang kami jalani," tuturnya.
Tak lupa, Puput juga mengucapkan selamat kepada rekan-rekannya yang memilih dan menerima menjadi ASN Polri. Namun dengan penerimaan itu, dia berharap, bukan berarti masalah TWK di KPK selesai.
"Saya berharap soal ASN Polri ini tidak menutup bahwa TWK penuh masalah. Pelanggaran HAM dan maladministrasinya harus tetap ditindaklanjuti. Pelaku-pelakunya harus tetap disanksi sesuai dengan aturan yang berlaku," imbuhnya.
Pilih Jadi Pengajar
Lain lagi dengan Rasamala Aritonang. Dia menyebut alasannya tidak bergabung menjadi ASN Polri karena memilih fokus mengajar di sebuah kampus di Bandung.
"Dengan tetap menghormati pihak Kepolisian, saya tidak mengambil tawaran untuk bergabung sebagai ASN Polri dengan mempertimbangkan bahwa saat ini saya telah mempunyai komitmen mendedikasikan diri sebagai pengajar hukum pada Fakultas Hukum UNPAR," ujar Rasamala kepada Liputan6.com, Senin (6/12).
Meski tak bergabung dalam institusi penegak hukum, Rasamala menyatakan, kesiapannya memperjuangkan keadilan serta pemberantasan korupsi meski berada di luar Kepolisian. Rasamala menyatakan mendukung rekan-rekannya mantan pegawai KPK jika ingin bergabung menjadi ASN Polri.
"Saya mendukung teman-teman yang bergabung sebagai ASN Polri untuk berkontribusi dalam pemberantasan korupsi dan mendukung kerja penegakan hukum di Polri, dan untuk itu meskipun saya berada di luar Polri. Saya selalu siap membantu dan mendukung dengan pengetahuan dan keahlian yang saya miliki," kata dia.
Menurut Rasamala, tawaran menjadi ASN di Polri ini bagian dari upaya pemulihan nama baik 57 mantan pegawai KPK yang dipecat lantaran tak lulus TWK.
"Saya sangat mengapresiasi Pak Kapolri dan pihak Kepolisian yang telah mengupayakan, menawarkan, dan memberikan kesempatan untuk pengangkatan bagi 57 eks pegawai KPK sebagai ASN di Polri. Tawaran ini sekaligus dapat dimaknai sebagai rehabilitasi nama baik 57 ex pegawai KPK," kata dia.
Dia berharap, apapun keputusan yang diambil oleh 57 mantan pegawai KPK usai konsultasi dengan Polri ini bisa berdampak baik bagi pemberantasan tindak pidana korupsi ke depan.
Daftar Mantan Pegawai KPK
Sebelumnya, sebanyak 12 mantan pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memutuskan tidak menerima tawaran Kapolri Jenderal Listyo Sigit. Mereka memilih tidak menjadi aparatur sipil negara (ASN) di Korps Bhayangkara.
Sementara 44 orang lainnya memutuskan tetap bergabung. Di antaranya, Novel Baswedan.
Mantan penyidik KPK lainnya, Mochamad Praswad Nugraha membenarkan ada 12 nama yang menolak dan satu orang sudah meninggal dunia.
"Benar 12 orang menolak ASN Polri," kata Praswad kepada wartawan, Selasa (7/12).
Mereka yang menolak adalah:
1. Lakso Anindito
2. Rasamala Aritonang
3. Benydictus Siumlala Martin Sumarno
4. Tri Artining Putri
5. Rieswin Rachwell
6. Ita Khoiriah
7. Christie Afriani
8. Damas Widyatmoko
9. Wisnu Raditya Ferdian
10. Rahmat Reza Masri
11. Arien Winiasih
12. Agtaria
13. Nanang Priyono (Alm)
Sementara44 orang yang memutuskan bergabung menjadi ASN Polri yaitu:
1. Adi Prasetyo
2. Afief Yulian Miftach
3. Airien Marttanti Koesniar
4. Ambarita Damanik
5. Andi Abdul Rachman Rachim
6. Andre Dedy Nainggolan
7. Anissa Rahmadhany
8. Arba'a Achmadin Yudho Sulistyo
9. Arfin Puspomelisyto
10. Aulia Postiera
11. Budi Agung Nugroho
12. Candra Septina
13. Chandra Sulistio Reksoprodjo
14. Darko
15. Dina Marliana
16. Erfina Sari
17. Faisal
18. Farid Andhika
19. Giri Suprapdiono
20. Harun Al Rasyid
21. Herbert Nababan
22. Herry Muryanto
23. Heryanto
24. Hotman Tambunan
25. Iguh Sipurba
26. Juliandi Tigor Simanjuntak
27. March Falentino
28. Marina Febriana
29. Muamar Chairil Khadafi
30. M Praswad Nugraha
31. Nita Adi Pangestuti
32. Novariza
33. Novel Baswedan
34. Nurul Huda Suparman
35. Panji Prianggoro
36. Qurotul Aini Mahmudah
37. Rizka Anungnata
38. Ronald Paul Sinyal
39. Samuel Fajar Hotmangara Tua Siahaan
40. Sugeng Basuki
41. Wahyu Ahmat Dwi Haryanto
42. Waldy Gagantika
43. Yudi Purnomo
44. Yulia Anastasia Fu'ada