Sederet Intimidasi kepada Korban Pelecehan Seksual Rektor Universitas Pancasila
Dugaan pelecehan terjadi pada Februari 2023 bersamaan dengan almarhum ayahnya sakit.
Ibu dua anak itu mengaku sangat syok dan terpukul.
Sederet Intimidasi kepada Korban Pelecehan Seksual Rektor Universitas Pancasila
- Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Rektor Nonaktif Universitas Pancasila Naik Penyidikan
- Rektor Nonaktif Universitas Pancasila Dipastikan Hadiri Pemeriksaan Polisi Besok
- Polisi Periksa 8 Saksi Usut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Rektor Universitas Pancasila
- Rektor Universitas Pancasila Buka Suara Terkait Dugaan Pelecehan Seksual Terhadap Anak Buah
Sederet intimidasi dialami RZ (42) korban pelecehan seksual oleh pimpinan di kampus Universitas Pancasila (UP) di Jalan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.
Mulai dari mutasi dan demosi hingga pemberian surat peringatan pertama (SP1). Tak hanya itu, RZ juga mendapat perlakuan diskriminatfif karena dikucilkan teman kerja.
Ibu dua anak itu mengaku sangat syok dan terpukul dengan sederet intimidasi tersebut. Semua itu terjadi di saat orang tuanya sedang sakit keras.
Dugaan pelecehan terjadi pada Februari 2023 bersamaan dengan almarhum ayahnya sakit. Hingga kemudian pada Maret 2023 ayahnya meninggal dan RZ masih memendam semua beban sendirian karena dia belum berani menceritakan pelecehan itu pada keluarga serta suaminya.
"Aku sering nangis. aku korban pelecehan, mendapatkan intimidasi dan kehilangan papa bulan Maret 2023. Aku sering menangis karena dizalimi dan rasa kehilangan yang mendalam. Sampai suami selalu nanya, tapi aku selalu menjawab karena sedih kehilangan papa karena belum siap jujur," katanya, Sabtu (2/3).
Di akhir desember 2023, dia sudah tidak kuat dengan perlakuan yang dianggap tidak adil. Dia pun mengatakan pada suaminya ingin ke luar kerja. Di saat itulah RZ membongkar alasannya dan perilaku yang diterima di lingkungan kerja.
"Sampai akhirnya aku mau resign karena enggak tahan diperlakukan seperti ini. Suami tanya alasannya, sampai akhirnya aku cerita sejujurnya ke suami pada Januari 2024," ujarnya.
Awalnya dia masih berusaha untuk semangat. Namun dia lama-lama merasa tidak kuat.
"Tanggal 2 Januari 2024 itu harus masuk dan aku sudah malas banget. Dan akhirnya cerita ke suami dan dia marah. Suami sempat minta no telpon rektor tapi enggak aku kasih, aku tahan juga jangan sampai suami samper rektor. Sampai akhirnya aku diminta buat surat pengaduan yang didampingi suami," ceritanya.
Sebelum lapor ke polisi, dirinya juga sudah lapor ke yayasan. Hanya saja laporannya tidak digubris. Merasa tidak ditanggapi, suami RZ memintanya untuk lapor polisi. Namun RZ justru mendapat perlakuan intimidasi yaitu dirinya dikirimi SP1 dengan alasan kedisiplinan.
"Aku malah mendapatkan SP1 dimana pada tahun lalu setiap aku berhalangan tidak masuk kerja semua ada keterangan. Aku izin karena orangtua meninggal, aku sakit juga ada surat keterangan dokter, tapi aku tetap dapat SP1 karena kedisiplinan," bebernya.
Kendati demikian, RZ masih bertahan beban tersebut. Hingga akhirnya dia merasa tidak kuat dan melapor ke Polda Metro Jaya pada Januari 2024. RZ menampik tudingan kasusnya berkaitan dengan proses pemilihan rektor baru.
"Jadi enggak ada hubungan dengan pemilihan rektor. Untuk perpanjangan rektor atau enggak, itu aku enggak tahu apa-apa beritanya dan enggak mau tau juga, aku sudah dimutasi ke SPs Jalan Borobudur. Jadi enggak tahu menahu kondisi kampus Srengseng. Jangankan urusi pilrek, untuk aku motivasi kerja saja sudah malas. Jadi enggak ada pikiran kesana. Aku berjuang untuk diri sendiri saja perlu kekuatan besar," pungkasnya.