Sejarah ICU terbang di RI, pernah selamatkan nyawa Sarwo Edhie
Sejarah ICU terbang di RI, pernah selamatkan nyawa Sarwo Edhie. Presiden Soeharto pun sangat tertarik dengan gagasan bedah manusia dalam ruang operasi berupa suatu kompartemen mobile saat pesawat sedang mengudara itu
Dunia Dirgantara telah lahir di Indonesia sejak tahun 1976. Namun tak banyak yang tahu tentang prestasi gemilang sejarah Dirgantara di Republik Indonesia yang memiliki prestasi sejak dulu sampai sekarang contohnya di bidang militer.
Dunia Dirgantara memiliki capaian yang luar biasa pada bidang militer yakni Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) sampai awal berdiri sampai sekitar tahun 1960 an. AURI juga tercatat sebagai salah satu kekuatan udara yang penting terutama di belahan bumi selatan.
Salah satu torehan dunia dirgantara Indonesia yang sering luput dari perhatian maupun media massa konvensional adalah kesehatan penebangan atau kedokteran penerbangan. Bidang ini sangat spesial yang menggabungkan dua keahlian yang luar biasa.
TNI AU pada era kepemimpinan Presiden Soeharto, ternyata diakui sebagai negara pioner dalam bidang kedokteran penerbangan berkat tokoh Marsekal TNI AU (Purn) Raman Ramayana Saman. Dokter Raman mencetuskan ide mewujudkan 'bedah manusia lewat udara' kepada Presiden Soeharto pada 23 Agustus 1981 yang saat itu Raman berpangkat Letnan Kolonel.
Perwira lulusan Fakultas Universitas Indonesia tahun 1963 itu mengajukan sebuah makalah kepada Presiden tentang 'Gagasan Membentuk Tim Medik Darurat Udara sebagai Unsur Penunjang Kegiatan Pengungsian Medik Udara dalam Operasi TNI AU/ABRI pada Dawarsa 80-an'. Raman juga lulus sebagai flight surgeon dari Institute of Aviation Medicine, Belgrade, Yugoslavia.
"Usulannya yang disebut 'Kontainer Medik Udara TNI, kemudian dirancang-bangun di Inggris pada tahun 1985-1986. Saat itu, atas persetujuan Presiden Soeharto, ia berkoordinasi dengan Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie," seperti kutipan di buku Pak Harto, Saya dan Kontainer Udara.
Dokter Raman mendapat ide tersebut saat ia menyaksikan dokumentasi operasi penyelamatan sandera di Entebbe, Uganda, 4 Juli 1976. Raman pun terinspirasi agar Indonesia memiliki sebuah kontainer medik berupa ruang operasi ICU yang dapat masuk armada pesawat setara C-130 Hercules.
"Jadi Angkatan Laut dapat medik itu taro di gerbong kapal, Angkatan Darat dikasih rumah sakit lapangan tenda tenda gitu, Angkatan Udara dikasih kontainer medik yang bisa dimasukin Hercules," kata Mantan Kepala Pusat Kesehatan TNI AU Marsekal Muda (Purn) Hidayat, di Magnolia Ballroom, Hotel Gran Mahakam, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11).
Visi ke depan dan peran Kontainer Medik Udara (KMU) berserta Tim Medik Darurat (MDU) bukan hanya untuk operasi militer, tetapi juga membantu kelangsungan hidup para korban bencana alam, kecelakaan darat, laut maupun udara non militer. Jadi sangat luas sekali manfaatnya dalam upaya mempertahankan hidup korban sampai tiba di rumah sakit untuk perawatan selanjutnya.
"Intinya adalah mentransfer pasien ke suatu tempat ke tempat lain lah, dalam keadaan gawat seperti ICU (Intensive Care Unit) terbang lah," lanjutnya.
Presiden Soeharto pun sangat tertarik dengan gagasan bedah manusia dalam ruang operasi berupa suatu kompartemen mobile saat pesawat sedang mengudara itu. KMU (Kontainer Medik Udara) tersebut pun dirancang bangun di Inggris pada tahun 1985-1986.
Menurut catatan dokter Raman dalam bukunya, tercatat misi KMU yang paling fenomenal pada tahun 1990, ketika pengungsian medik udara Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo dari Jakarta ke Los Angeles, Amerika Serikat dan kembali lagi ke Jakarta. Mertua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu dalam keadaan koma akibat terkena stroke.
Saat itu pun Edhie terbang menggunakan pesawat DC-10 Garuda Indonesia. Karena jarak tempuh yang jauh dan lama dalam penerbangan, kabin kelas bisnis Garuda disulap menjadi setara ruang ICU. Misi pengungsian medik udara antar benua itu merupakan misi pertama TNI Angkatan Udara dalam sejarahnya.
Di Indonesia, sampai tahun 1986, belum dikenal Tim Medik Darurat Udara. Artinya, TNI AU belum punya tim mumpuni yang sekaligus disertai Kontainer Medik Udara (KMU).
Saat ini pun temuan Kontainer Medik Udara sudah tergerus oleh teknologi yang lebih praktis dan canggih. KMU juga memakan tempat karena besar dan hanya muat satu pasien saja.
"Jadi kenapa mangkrak? Sekarang ini banyak alat medic udara yang lebih simple, karena sekarang disebut mangkrak tidak efisien lagi, tetapi ide Yayan Rahman sangat luar biasa. Ini mendapat pujian dari beberapa negara tetangga, Amerika dan Inggris," ucap Hidayat.