Selain Salat Istiska, Ini Upaya Warga & TNI-Polri di Sumsel Tangani Karhutla
Gubernur Sumsel Herman Deru mengungkapkan, karhutla adalah ujian bagi Sumsel di musim kemarau.
Ratusan warga bersama aparatur sipil negara, TNI dan Polri menggelar salat Istiska di Griya Agung Palembang, Rabu (18/9). Mereka berharap hujan segera turun agar dapat memadamkan kebakaran hutan dan lahan yang tengah terjadi.
Gubernur Sumsel Herman Deru mengungkapkan, karhutla adalah ujian bagi Sumsel di musim kemarau. Tujuannya lebih peduli terhadap alam dan tidak melakukan kesalahan dalam mengelolanya.
-
Kenapa kebakaran hutan sering terjadi di musim kemarau, terutama di Sumatera dan Kalimantan? Kebakaran hutan menjadi fenomena yang tidak bisa dihindari ketika musim kemarau datang, terutama di pulau Sumatra dan Kalimantan. Bahkan sampai menimbulkan bencana kabut asap yang bisa sampai ke negara lain.
-
Kapan kebakaran hutan terjadi? Sebelumnya AR diburu polisi karena diduga membakar hutan milik Perhutani pada 21 Oktober lalu.
-
Di mana kebakaran hutan tersebut terjadi? Ia diduga membakar area hutan milik Perhutani seluas 5 hektare, setengah dari total luas hutan tersebut, yaitu 10 hektare.
-
Kapan Hutan Pinus Pengger buka? Hutan Pinus Pengger buka setiap hari mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore.
-
Bagaimana hutan awan terbentuk? Ketika udara tersebut naik dan mendingin, awan terbentuk saat bertemu dengan lereng gunung yang tinggi. Melalui fenomena ini, awan menyaring melalui tajuk pepohonan di mana uap air pada daun atau jarum pohon bergabung menjadi tetesan yang lebih besar.
-
Di mana letak Hutan Punti Kayu? Letaknya berada di tengah Kota Palembang tepatnya Jalan Kol. H. Burlian km 6,5.
"Kita gelar salat Istiska, istighfar dan berdoa. Kepada siapa lagi kita memohon kecuali kepada Allah," ungkap Deru, Rabu (18/).
Selain secara spiritual, Deru juga menyebut harus dibarengi dengan upaya konkret melalui pencegahan dan pemadaman. Pemadaman hingga saat ini masih terus berlangsung di Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Musi Rawas, Muara Enim, Banyuasin, dan Musi Banyuasin.
"Berbagai teknologi sudah maksimal kita lakukan, water boombing, teknologi modifikasi cuaca (TMC). Bayangkan TMC biaya mahal kita dua kali lakukan, tapi memang tidak air di awan itu," ujarnya.
Dalam pemadaman tersebut, kerapkali terjadi kendala. Utamanya adalah areal yang luas, medan yang sulit dan kedalaman gambut yang bervariasi bahkan hingga puluhan meter.
"Lahan rawa gambut kita ada satu meter, dua meter, lima meter, bahkan puluhan meter. Api di bawah dan membesar," ujarnya.
Pihaknya juga masih mengumpulkan data hasil penelitian terkait penyebab munculnya api, selain 90 persen ulah manusia. Sebab, ada beberapa temuan di lapangan yang belum dipecahkan masalahnya.
"Contohnya, ada rawa gambut yang sangat luas, tiba-tiba di tengah-tengahnya ada api, dari mana api itu, tidak mungkin manusia ke sana, ngapain. Ada contoh lain di Ogan Ilir, waktu kita cek sudah clear, tiba-tiba ada asap. Itu masih pengumpulan data," kata dia.
Terkait biaya pemadaman, Deru mengaku siap mengeluarkan anggaran daerah. Hanya saja, dia menilai sarana pemadaman sudah maksimal seperti adanya sembilan unit helikopter dari BNPB yang siap beroperasi.
Sementara pemberian intensif bagi masyarakat yang terlibat melakukan pemadaman, Deru menyebut upaya ini demi kemaslahatan bersama bukan mengharap imbalan.
"Kalau tahun lalu ada intensif, khususnya di tingkat desa ya. Tapi begini, pemadaman ini bukan mengharapkan intensif tetap karena tanggung jawab," tutupnya.
Baca juga:
BMKG: Kualitas Udara di Palembang Masuk Level Berbahaya
Presiden Jokowi Pulang, Titik Panas di Riau Naik Jadi 334
Polisi Segel 2 Lahan Perusahaan Sawit di Kalbar Terkait Kebakaran
Dua Lahan Sawit di Kalbar Disegel Polisi
Perjuangan Petugas Terus Padamkan Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau