Sempat Muntah Darah karena Kelelahan, Ketua KPPS di Samarinda Meninggal
Wurry menambah daftar petugas KPPS di Samarinda yang meninggal karena kelelahan. Dia masih memiliki tiga balita. "Almarhummah mengeluh sakit di perut, juga ada radang. Oleh keluarga, dibawa ke klinik dan berobat jalan. Iya, dirawat jalan," ujar Ketua KPU Kota Samarinda Firman Hidayat,
Kabar duka kembali datang dari KPPS di wilayah Samarinda, Kalimantan Timur. Wurry Wulansari, ketua KPPS TPS 03 Karang Asam Ulu, Sungai Kunjang, Samarinda, Kalimantan Timur meninggal diduga karena kelelahan.
Wurry merampungkan penghitungan suara di TPS 03 pada Kamis (18/4) pagi, usai azan subuh. Sampai di rumahnya di Jalan Adam Malik di Samarinda, Wurry mulai mengeluh sakit.
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Apa saja yang dipilih dalam Pemilu 2019? Pada tanggal 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilu Serentak yang merupakan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Mengapa Pemilu 2019 di sebut Pemilu Serentak? Pemilu Serentak Pertama di Indonesia Dengan adanya pemilu serentak, diharapkan agar proses pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif.
-
Partai apa yang menang di Pemilu 2019? Partai Pemenang Pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase suara sebesar 19.33% atau 27,05 juta suara dan berhasil memperoleh 128 kursi parpol.
"Kami dapatkan informasi dari keluarganya, ibu Wurry memang kelelahan. Juga ada riwayat sakit maag," kata Ketua KPU Kota Samarinda Firman Hidayat, kepada merdeka.com, Jumat (26/4).
Kepada keluarganya, Wurry mengaku merasa butuh istirahat karena merasa sakit di bagian badannya. Sehari selesai pencoblosan, Wurry berobat jalan sampai delapan hari.
"Almarhummah mengeluh sakit di perut, juga ada radang. Oleh keluarga, dibawa ke klinik dan berobat jalan. Iya, dirawat jalan," ujar Firman.
Namun sepekan berlalu, kondisi ibu tiga balita ini terus menurun. "Tiba-tiba, almarhumah sempat muntah darah, kemudian badannya membiru dan meninggal tadi malam," tambah Firman.
Pagi ini tadi, jenazahnya dimakamkan di Samboja, Kutai Kartanegara. Sebelum Wurry, ada Dany Faturrahman (41), petugas KPPS 03 Sidomulyo yang juga meninggal di rumahnya, Kamis (18/4) lalu, sepulang dari TPS.
"Benar, ini kejadian kedua meninggal. Kami sudah minta kepada semua petugas di lapangan, baik TPS, KPPS dan PPK, ambillah waktu istirahat kalau merasa lelah. Karena sekarang, bukan lagi penghitungan suara tanpa jeda. Boleh istirahat," terang Firman.
"Kami juga koordinasi dengan IDI, untuk memeriksa berkala petugas KPPS, TPS dan PPK. Minimal pemeriksaan tensi. Jadi, untuk almarhumah Ibu Wurry, pagi ini dibawa ke Samboja untuk dimakamkan. Kami akan berikan santunan, meski nilainya tidak banyak," demikian Firman.
Baca juga:
Data KPU: Petugas KPPS Meninggal Dunia Bertambah Menjadi 225 Jiwa
KPU Kota Bekasi Minta Penghargaan dan Santunan Bagi KPPS Meninggal Dunia
KPU: Jumlah KPPS Meninggal Dunia Bertambah Menjadi 225 Orang
Petugas KPPS di Sumut Meninggal Dunia Bertambah Jadi Delapan Orang
KPU Usulkan Petugas KPPS Meninggal Diberi Santunan Rp 36 Juta
Satu Lagi Petugas KPPS di Depok Meninggal Diduga Kelelahan
Kemenkeu Restui Petugas KPPS Meninggal Dapat Santunan Rp 36 Juta