Senator Bali Arya Wedakarna Blak-blakan Usai Dituduh Menista Agama
Senator Arya Wedakarna bahkan dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh MUI Bali.
Arya mengatakan, masalah ini bermula dari munculnya potongan video dirinya menyebut semestinya petugas garis depan di bandara adalah putra-putri Bali dan tanpa menggunakan penutup kepala.
- MUI Bali Laporkan Senator Arya Wedakarna ke Bareskrim Polri Terkait Dugaan Ucapan SARA
- Profil dan Agama Arya Wedakarna, Senator Bali yang Dikecam Karena Disebut Rasis
- Menag Yaqut Respons Senator Bali Arya Wedakarna: Tak Boleh Ada Rasisme di Indonesia
- Senator Bali Arya Wedakarna Viral Diduga Menista Agama, Ini Reaksi Keras Muhammadiyah
Senator Bali Arya Wedakarna Blak-blakan Usai Dituduh Menista Agama
Anggota Komite I DPD RI Arya Wedakarna (AWK) akhirnya buka suara terkait laporan penistaan agama setelah beredar potongan video ketika berbicara dengan nada tinggi dalam rapat bersama Kanwil Bea Cukai Bali.
Arya mengatakan, masalah ini bermula dari munculnya potongan video dirinya menyebut semestinya petugas garis depan di bandara adalah putra-putri Bali dan tanpa menggunakan penutup kepala. Arya kala itu beralasan Bali bukan Timur Tengah.
Adapun alasan rapat dengar pendapat pada Jumat (29/12) itu digelar karena anggota DPD RI asal Bali tersebut menerima aspirasi masyarakat soal tindakan perampasan paspor dan etika kerja petugas bea cukai yang dianggap tidak baik.
Kemudian aspirasi soal tarif daring oleh prajuru desa adat setempat, dan soal gelar bandara terburuk di dunia yang disandangkan ke Bandara I Gusti Ngurah Rai.
“Jadi sesungguhnya terkait itu saja, yang jelas tidak ada saya menyebut agama tertentu, kelompok tertentu, atau hal spesifik tapi ditulis seakan-akan begitu sehingga memunculkan fitnah terhadap saya yang datang ke sana untuk bekerja,” kata AWK kepada media.
Menurutnya, semua kalimat yang diucapkan tidak tendensius terhadap kelompok tertentu, terbukti dari disiarkannya secara penuh seluruh rangkaian rapat dengar pendapat.
Bahkan ucapan dengan nada tinggi serupa juga disampaikan ke petugas beragama Hindu yang diminta menggunakan bunga untuk menunjukkan ciri khas Pulau Dewata.
Dampak dari pernyataan itu, sejak Kamis (4/1) lalu, Kantor DPD RI Bali di Kawasan Renon kerap didatangi demonstran.
Baik mereka yang menolak sampai melaporkannya ke Polda Bali karena dinilai melakukan penistaan agama maupun yang setuju atas ucapan Arya Wedakarna.
“Kami dari DPD RI merasa ini hal tidak benar dan fitnah, karena kalau kita lihat rekaman satu jam sama sekali tidak menyebutkan agama, maka dari itu saya dengan dukungan penglingsir di Bali dan tokoh-tokoh Hindu melaporkan tokoh yang telah mencemarkan nama baik saya,” ujarnya, dilansir dari Antara.
Arya enggan menyebut nama orang yang dilaporkan ke Polda Bali. Dia hanya memastikan mereka berada dalam kelompok atau lembaga agama dengan tuduhan mencemarkan nama baik, berkaitan dengan Undang-Undang ITE, dan Undang-Undang KUHP.
Ketika disinggung soal upaya berdamai, Arya mengatakan akan mengikuti apapun prosesnya nanti baik lanjut pidana atau selesai secara kekeluargaan.
“Ini kalau saya tidak melaporkan, setiap minggu rencananya ada aksi dari umat Hindu, saya tidak mau apalagi kita sekarang ada isu-isu pengeroyokan dalam sehari bisa empat desa. Apakah nanti mau restorative justice mungkin ya kita lihat nanti,” tuturnya.
Tindakan melaporkan kembali tuduhan tersebut juga datang dari desakan pendukungnya. Belakangan dia menerima banyak masukan soal tidak sepantasnya anggota DPD RI dilaporkan ketika sedang bertugas saat ini di masa reses.
Arya yang sempat menjadi Badan Kehormatan (BK) DPD RI ini yakin dirinya tak bersalah dan kejadian ini tak akan mengganggu posisinya di sisa masa jabatan.
Justru, dia melihat ada unsur politis dalam kejadian ini, seperti temuan keterlibatan empat calon legislatif dari tiga partai politik yang hadir dan berorasi saat aksi.
Selain ke Polda Bali, akhirnya senator dua periode tersebut membuat pelaporan ke Bawaslu Bali karena menilai empat calon legislatif tersebut melangkahi aturan pemilu dengan cara kampanye hitam.