Serunya lihat jurnalis beraksi sebagai wayang orang di atas panggung
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang dijadwalkan tampil dalam pertunjukan, batal dan digantikan aktor Dwi Sasono.
Jurnalis yang selama ini selalu berkutat membuat berita dengan memburu narasumber, mencari tempat yang nyaman untuk menulis hingga dikejar deadline, tidak menjadikan 29 kuli tinta dari beragam media tampil canggung dalam pagelaran wayang orang jurnalis. Kali ini, pertunjukan yang bekerja sama dengan Wayang Orang Bharata mengambil tajuk 'Petruk Nagih Janji'.
Sutradara pementasan wayang orang jurnalis Kenthus Amprianto mengatakan lakon 'Petruk Nagih Janji' relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Kisah ini menceritakan Petruk yang terketuk nasionalismenya ketika terjadi pemberontakan di dalam negara. Pertunjukan wayang orang jurnalis kembali digelar di auditorium Galeri Indonesia Kaya.
"Cerita ini sebenarnya sederhana, relevan dengan kondisi negara saat ini," kata Kenthus usai pertunjukan, Minggu (15/2).
Awalnya, tokoh Petruk ini akan diperankan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, namun politikus PDIP itu gagal tampil. Akhirnya peran anggota Punakawan berhidung panjang mirip Pinokio tersebut diserahkan ke aktor Dwi Sasono.
"Awalnya peran Petruk akan dimainkan Pak Ganjar. karena saya tahu Pak Ganjar pernah main wayang orang dan ketoprak. Namun, beberapa hari sebelum pertunjukan, Pak ganjar berhalangan, dan digantikan Dwi Sasono," papar Kenthus.
Pria yang merupakan anggota Wayang Orang Bharata ini menuturkan, saat awal latihan, dirinya sempat menemui beberapa kendala, salah satunya jam kerja jurnalis yang kadang bentrok dengan jadwal latihan sehingga membuat beberapa dari mereka absen latihan. Namun Kenthus yakin, dengan latihan yang hanya empat kali, para jurnalis dapat tampil sempurna.
Tidak seperti pertunjukan wayang orang yang terkesan serius, sesekali gelaran wayang orang jurnalis mampu mengundang gelak tawa penonton dari improvisasi peran yang dilakukan para pemeran. Kenthus mengatakan, dirinya memang membebaskan jurnalis untuk berimprovisasi selama pertunjukan.
Salah seorang jurnalis yang tampil, Dwi Sutarjono mengatakan, dirinya merasa bangga bisa terlibat kembali. Wayang jurnalis menurutnya merupakan program yang mampu memberikan warna baru bari profesi jurnalis.
"Saya berharap wayang jurnalis akan selalu hadir mempersembahkan seni pertunjukan dan memberikan peluang bagi para jurnalis agar bisa bisa berkontribusi dalam pelestarian budaya," ujar Dwi.
-
Bagaimana suasana bangunan Museum Wayang Jakarta? Dikutip dari museumjakarta.com, sebelum melihat ragam koleksi wayang, pengunjung akan disapa oleh bangunan bernuansa Eropa abad pertengahan yang bergaya klasik.Bangunan ini terdiri dari dua lantai. Bentuk bangunannya memanjang dengan warna cat yang dominan putih. Jendela dan pintu museum dibuat tinggi dengan bahan kayu lawas sesuai ciri bangunan kolonial.
-
Dimana letak Museum Wayang Jakarta? Ornamen budaya sangat kental terasa di Museum Wayang Jakarta, kawasan Kota Tua, Kota Jakarta Barat. Di sini pengunjung akan diajak melihat berbagai koleksi wayang lokal sampai mancanegara.
-
Apa yang dirayakan di Banyuwangi melalui Festival Wayang Kulit? Memperingati Hari Wayang Nasional yang jatuh setiap 7 November, Banyuwangi Festival menggelar Festival Wayang Kulit 2023.
-
Apa saja yang bisa ditemukan di Museum Wayang Jakarta? Di museum ini pengunjung akan mengetahui berbagai jenis wayang di Indonesia dan mancanegara. Ornamen budaya sangat kental terasa di Museum Wayang Jakarta, kawasan Kota Tua, Kota Jakarta Barat.
-
Apa itu Wayang Papua? “Menurut saya wayang itu merupakan hal yang simbolis dari Jawa. Maka dari itu saya gabungkan saja dengan buat wayang Papua,” kata Lejar, mengutip kanal YouTube Seni dan Sekitarnya.
-
Siapa yang tampil di Festival Wayang Kulit Banyuwangi? Pertunjukan tersebut menampilkan parade 3 dalang asal Banyuwangi. Mereka memainkan tokoh-tokoh wayang kulit dengan gaya dan karakter yang berbeda-beda.
Program Director bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian menjelaskan, pementasan wayang orang jurnalis yang masuk dalam program Djarum Apresiasi Budaya bertujuan untuk menularkan cinta budaya Indonesia kepada masyarakat luas. Dalam pertunjukan kedua ini, Renitasari turut tampil dan berperan sebagai Dewi Khunti.
"Dengan suksesnya wayang jurnalis produksi pertama dan hadirnya produksi kedua, saya melihat jurnalis memiliki cinta untuk melestarikan budaya bahkan memiliki potensi sebagai pelaku budaya," ujarnya.