Mengenal Sosok Gan Kam, Pengusaha Tionghoa Sang Penyelamat Pertunjukan Wayang Orang Mangkunegaran
Pertunjukan wayang orang yang dikemas Gan Kam bertransformasi jadi lebih populer dan bisa dinikmati segala kalangan
Pertunjukan wayang orang yang dikemas Gan Kam bertransformasi jadi lebih populer dan bisa dinikmati segala kalangan
Mengenal Sosok Gan Kam, Pengusaha Tionghoa Sang Penyelamat Pertunjukan Wayang Orang Mangkunegaran
Pertunjukan Wayang Orang sudah menjadi tradisi yang diwariskan secara turun-temurun di Istana Mangkunegaran, Solo.
Wayang Orang Mangkunegaran muncul pada masa pemerintahan Mangkunegara I (1757-1796) dan terus mengalami perkembangan pesat hingga masa pemerintahan Mangkunegara IV (1853-1881).
-
Siapa dalang Wayang Bambu yang terkenal? Tokoh Wayang Bambu yang paling dikenal saat ini adalah Drajat Iskandar yang sehari-hari menjadi seorang dalang.
-
Siapa yang mementaskan wayang di Gunung Wayang? Konon di masa silam, lokasi ini kerap dijadikan sebagai tempat pementasan wayang golek. Tokoh yang mementaskannya adalah seorang dalang bernama Mbah Dalem Dharmawayang dan sinden Nyimas Kencering.
-
Siapa yang berperan sebagai dalang Barong Geni? Mengutip Youtube Sulistya Chanra, keunikan lain dari Barong Geni adalah terdapatnya seorang dalang yang membaca dialog.
-
Siapa pencipta Wayang Ringkang? Sebelumnya, Wayang Ringkang dikembangkan oleh seorang seniman Sunda bernama Ki Tantan Sugandi pada 2007 lalu.
-
Apa itu Babancong Garut? Babancong jadi bangunan bersejarah khas Garut. Kisah Bangunan Babancong, Jadi Podium Bersejarah Khas Garut Warisan sejarah banyak macamnya. Ada yang berupa tradisi, kuliner sampai bangunan seperti Babancong. Mendengar namanya, mungkin sedikit asing di telinga. Namun jangan salah, jika sebenarnya Babancong menjadi ikon khas Kabupaten Garut.
-
Bagaimana ciri khas Kamang? Keunikan dari desa wisata ini adalah setiap warga yang tinggal di tempat ini terbebas dari unsur SARA.
Pada masa Mangkunegara V (1881-1896), pertunjukan wayang orang mengalami perubahan dan pembaharuan dari sisi banyak hal seperti penari, rias busana, lakon, dan fungsi sajiannya.
Namun saat itu dibarengi pula dengan kemerosotan perekonomian istana, sehingga banyak abdi dalem yang sebelumnya menjadi bagian dalam pertunjukan wayang orang memilih melakukan aktivitas di luar istana.
Kemerosotan Wayang Orang Mangkunegaran ini menarik perhatian seorang Tionghoa bernama Gan Kam.
Dalam jurnalnya yang berjudul “Wayang Orang Panggung Sebagai Hiburan Massa: Tinjauan dari Perspektif Sejarah”, pengamat sejarah Dhanang Respati Teguh menulis bahwa pada waktu itu, tepatnya tahun 1895, Gan Kam membentuk kelompok wayang orang panggung yang anggotanya direkrut dari para abdi dalem Wayang Orang Mangkunegaran yang diberhentikan.
Setelah mendapat izin dari Mangkunegara V, Gan Kam mengemas pertunjukan wayang orang dalam durasi waktu yang agak pendek di mana dialog lebih ditonjolkan dari pada tariannya.
Pertunjukan itu bertransformasi menjadi pertunjukan yang lebih populer sehingga lebih bisa dinikmati penonton dari segala kalangan.
Dalam jurnalnya, Dhanang menulis bahwa pertunjukan wayang orang panggung kemasan Gan Kam diselenggarakan di sebuah bangunan besar yang mampu menampung 200 penonton.
Bangunan itu diperkirakan merupakan bekas tempat membatik milik Gan Kam yang berada di sebelah selatan Pasar Singosaren.
Pementasan itu dilakukan di atas panggung yang diberi layar lebar. Panggung diberi bingkai proscenium, layar depan, serta skenari kanvas drop dan wing yang dilukis dengan gaya naturalistik untuk menggambarkan istana, hutan, candi, jalan, alun-alun, dan lain-lain. penonton duduk menghadap secara frontal ke arah panggung berlayar itu. Tempat duduk penonton terpisah dari panggung yang di antaranya ditempatkan seperangkat gamelan.
Kesuksesan Gan Kam ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha Tionghoa serta pribumi lainnya.
Pengusaha Lie Sin Kwan atau Bah Bagus mendirikan Sedya Wandawa. Adiknya, Lie Wat Gien mendirikan Saritama. Anak Bah Bagus, Lie Wat Djien bersama Mangkunegara VII (1916-1944) mengadakan pagelaran wayang orang panggung di Sono Harsono yang kemudian dikenal dengan nama wayang orang Sono Harsono.
Masih ada Yap Kam Lok yang mendirikan Sri Katon. Di luar itu sebenarnya masih banyak lagi pengusaha Tionghoa yang membuka usaha wayang orang. Namun usaha mereka tidak bertahan lama.
Dalam penelitiannya yang berjudul “Dinamika Wayang Orang Mangkunegaran dari Istana ke Publik (1881-1895), peneliti Putut Bayu Pribadi menulis bahwa apa yang dilakukan Gam Kam dalam mengadaptasi bentuk wayang orang dari tradisi istana ke tengah masyarakat umum merupakan bagian integral dari kondisi perubahan sosial di Indonesia tahun 1870.
Hal ini sebagai akibat dari diberlakukannya peraturan bernuansa liberal oleh pemerintah Belanda yang membebaskan siapa saja untuk melakukan usaha.
Gan Kam merupakan kreator yang mampu menjawab tantangan zaman di tengah perubahan sosial itu, yakni menghadirkan gaya seni yang cocok untuk selera estetis masyarakat urban kota Surakarta sekaligus sebagai usaha komersil.