Setahun Pandemi, Curhatan Pasien 02 saat Hadapi Corona dan Stigma
Masih ingat dengan Sita Tyasutami, Maria Darmaningsih dan Ratri Anindyajati? Ya ketiganya adalah satu keluarga dalam kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Sita adalah pasien pertama, Maria kedua dan Ratri ketiga. Mereka adalah satu keluarga dan tinggal di Kota Depok.
Masih ingat dengan Sita Tyasutami, Maria Darmaningsih dan Ratri Anindyajati? Ya ketiganya adalah satu keluarga dalam kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Sita adalah pasien pertama, Maria kedua dan Ratri ketiga. Mereka adalah satu keluarga dan tinggal di Kota Depok. Kini mereka sudah mulai beraktivitas kembali setelah sembuh dari Covid-19.
Maria Darmaningsih, salah satu penyintas menceritakan dirinya masih mengingat bagaimana ketika dia dan dua anaknya mendapat berbagai pandangan miring karena menjadi orang pertama yang terpapar Covid-19. Namun Maria berusaha untuk kuat dan semangat sehat. Semangat itu pun membuahkan hasil.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
"Dulu kan heboh banget, kita semua enggak mengerti itu apa, dan itu luar biasa hebohnya. Kami kan awalnya karena ngotot melapor, tapi saat melapor semuanya masih bingung menghadapi. Kami sebagai pasien tidak diberi tahu atau apa, tiba-tiba ada pengumuman. Itu kan bikin heboh seluruh Indonesia, dong, tentunya," kata Maria, Selasa (2/3).
Ketika dia dinyatakan positif Covid-19 saat itu sangat berpengaruh pada lingkungan tempat tinggal. Saat itu seluruh tetangga dalam satu kompleks semua diminta kembali pulang dari segala aktivitas mereka.
"Yang kerja dan sekolah dengan saya disuruh pulang dan enggak boleh kerja atau sekolah lagi. Pengaruhnya terhadap yang satu kompleks itu luar biasa stigmanya," kenangnya.
Kini setahun Covid-19 berlalu di Indonesia. Tak ada yang menyangka bahwa pandemi ini berlangsung lama di Tanah Air. "Saya ingat banget, waktu itu bulan Mei, saya dapat WhatsApp bahwa ada perkiraan Agustus 2020 kemungkinan baru ditemukan. Aku bilang, masak sih sampai Agustus? Tahu-tahu, Agustus lewat begitu saja. September juga kok terus aja. Enggak terbayang aku bahwa akan begini lama, sungguh. Ya, luar biasa juga, sih," tukasnya.
Dirinya menceritakan saat itu stigma yang diterimanya sangat luar biasa. Padahal menurut dia penyintas seharusnya dibantu. "Saya masih baca di koran bahwa sekarang yang sakit (Covid-19) masih suka diam-diam karena banyak yang tidak membantu. Itu menyedihkan buat saya, karena seharusnya orang sudah belajar, bahwa kita tuh bisa menangani dengan bersama-sama, kalau bisa saling bantu," katanya.
Maria mengaku prihatin karena rasa kemanusiaan bisa hilang karena Covid ini. Dia berharap kondisi ini seharusnya rasa kemanusiaan semakin tinggi. "Saya tidak bisa mengerti bahwa kemanusiaan kita malah hilang dengan Covid-19. Harusnya kan malah semakin tinggi tingkat kemanusiaannya. Saya pikir, apa ini pendidikan kita yang kurang atau apa? Belum lagi yang di-bully," paparnya.
Ditegaskan dia bahwa tidak ada satu orang pun yang menghendaki terpapar penyakit ini. Ketika ada yang terpapar maka seharusnya diberikan semangat agar kembali sembuh. Dengan sepenuh hati, Maria berpesan pada masyarakat untuk tidak melakukan stigma pada penyintas, apalagi sampai melakukan perundungan.
"Memang apa sih yang bikin kita sakit? Memang kita yang minta? Saya enggak paham. Orang-orang yang sakit dan sampai tidak mau bilang ke tetangga karena nanti distigma, tidak dibantu, yang begitu-begitu nggak masuk di hati saya. Saya nggak ngerti sampai sekarang," ucapnya.
Yang dilakukan Maria saat ini hanya akan fokus pada keluarganya saja. Sekali lagi dia berpesan agar jangan melakukan perundungan pada penyintas. "Kadang aku pikir, aku konsentrasi saja dengan kehidupanku dan keluarga. Masih banyak kok yang sayang. Kalau enggak begitu, bisa gila, kalau ngikutin bully-bully-an," tutupnya.
Baca juga:
Ini Langkah Pemerintah Cegah Mutasi Corona B117 Meluas
DPR Nilai Sekolah dan Pertunjukan Seni Budaya Layak Dipertimbangkan Dibuka
Wamenkes Laporkan Temuan 2 Kasus Mutasi Covid-19 dari Inggris di Indonesia
Kilas Balik Pertama Kali Kasus Covid-19 Muncul di RI, Diumumkan Langsung Presiden
Kampung Tangguh di Bekasi Diklaim Sukses Turunkan Angka Positif Covid-19
Wagub DKI: Kami Beri Sanksi Terberat Untuk Kafe Nakal Selama PPKM Mikro