Setiap Selasa, pelajar Purwakarta wajib bantu orang tua bekerja
Anaknya pun bisa merasakan perjuangannya dalam menjalankan pekerjaan itu, "Cape juga Pak, angkat singkong untuk direbus ternyata luar biasa berat," ujar Arif.
Bupati Purwakarta mewajibkan seluruh pelajar SD dan SMP di wilayahnya untuk turut membantu pekerjaan yang digeluti orang tua mereka. Program ini dilaksanakan dua kali dalam sebulan atau setiap hari Selasa dan mulai efektif pada hari ini, Selasa (29/11).
Program ini masih menjadi bagian dalam rangka penguatan program ‘Tujuh Hari Pendidikan Istimewa’ yang merupakan bagian dari pelaksanaan Perbup No 69 tentang Pendidikan Berkarakter di Purwakarta. Di hari pertama, total 110 ribu siswa SD dan 35 ribu SMP secara serempak melaksanakan program tersebut.
Dikatakan Dedi Mulyadi, program tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan sikap empati di kalangan pelajar, sehingga ke depan diharapkan mereka mampu merasakan kesulitan yang dialami oleh orang tua dalam melakoni pekerjaannya sehari-hari. Selain itu langkah yang dia ambil merupakan bagian dari pendidikan berbasis profesi keluarga.
Dedi menilai hari ini pelajar tidak memiliki relasi dengan pekerjaan orang tuanya sehingga mereka cenderung bersikap egois. Waktu luang yang mereka miliki juga tidak digunakan untuk peningkatan kemampuan akademik maupun aplikatif, melainkan digunakan untuk bermain dengan menggunakan kendaraan bermotor, bermain gadget, hingga nongkrong di tempat umum.
"Kalau mereka bekerja bareng orang tuanya, mereka akan merasakan dan menghayati kesulitan yang dialami orang tua saat menjalani pekerjaannya," kata Dedi saat meninjau hari pertama penerapan kebijakannya di daerah Sukatani.
"Kalau orang tuanya tukang bangunan, siapa tahu kelak sang anak memiliki kemampuan lebih baik dalam membangun, bahkan Anggota DPRD pun saya minta untuk membawa anaknya, Kalau ada orang tuanya yang bekerja di luar kota, bisa ikut saudaranya, ada transfer ilmu yang akan tercipta melalui program ini," tambahnya.
Program yang dijalankan Dedi ini pun disambut baik para orang tua siswa, salah satunya yang disampaikan Cece (33) warga Kampung Cimanglid, Desa Sukatani, Purwakarta. Pria yang berprofesi sebagai perajin tape singkong ini mengaku mendapatkan kesempatan untuk mentransformasikan ilmu pembuatan tape kepada anaknya.
"Ini kesempatan saya mewariskan ilmu pembuatan tape kepada anak saya. Nanti kan dia berpikir kalau minta ini itu, dia akan ingat kesulitan saya mencari uang, minimal keinginannya itu tidak akan terlalu menggebu," ujar Cece.
Anaknya pun bisa merasakan perjuangannya dalam menjalankan pekerjaan itu, "Cape juga Pak, angkat singkong untuk direbus ternyata luar biasa berat," ujar Arif anak Cece.
Sementara berdasarkan pantauan di beberapa desa, terlihat para pelajar hari ini tidak masuk sekolah untuk membantu kegiatan yang dijalani oleh orang tuanya sehari-hari mulai dari berjualan bubur, membuat keramik, bekerja di kebun dan sawah.