Siliwangi: Jalan maut, neraka kematian serdadu musuh di Jawa Barat
Divisi Siliwangi bukan pasukan sembarangan. Mereka menebar teror bagi pasukan lawan.
21 Juli 1948, suara tembakan dan ledakan membungkam kesunyian pagi. Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya, mulai dari kendaraan lapis baja, tank serta pesawat tempur untuk menggempur posisi Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Jawa Barat, Jawa Timur dan sebagian Sumatera.
Pagi itu, Belanda memulai agresi militer pertama, dengan sandi Operatie Product. Demi menguasai kembali perkebunan dan pusat perekonomian Indonesia, secara sepihak membatalkan perjanjian Linggarjati.
Ketimpangan kekuatan membuat Divisi Siliwangi dengan mudah dipukul mundur. Guna menghindari banyak korban, para pejuang memilih mundur ke dalam hutan. Belanda menugaskan Divisi C '7 December' untuk menghabisi sisa kekuatan Divisi Siliwangi.
Kekalahan di awal pertempuran, ternyata tak membuat mental para pejuang jatuh. Dengan cepat, Panglima Divisi Siliwangi Abdul Haris Nasution menyusun strategi baru, yakni membentuk kantong perlawanan atau dikenal wehrkreise, dan memulai perang gerilya dengan taktik hit and run.
Terbukti, dalam waktu singkat, taktik ini membuat Belanda kalang kabut. Divisi Siliwangi, dengan semangat juang yang masih tinggi, membuatnya menjelma bagi malaikat maut. Incarannya, konvoi logistik yang melalui jalan-jalan di sepanjang Jawa Barat.
Dalam waktu singkat, konvoi yang melalui jalur Kuningan-Ciamis, Garut-Tasikmalaya, Sumedang-Tanjungsari berubah menjadi medan pertempuran baru. Gara-gara serangan Siliwangi yang tak kenal waktu, jalur tersebut sampai disebut sebagai de dodenweg, atau 'jalan maut'.
"Berkali-kali korban Belanda dinyatakan 'Gugur di Tasikmalaya, Singaparna, atau Mangunreja'. Kalau dilakukan gerakan pembersihan yang besar didukung oleh tembakan artileri, bantuan udara, lawan yang terdiri dari pasukan-pasukan TNI, Hizbullah, Tentara Pelajar dan lain-lain mengundurkan diri ke daerah yang sulit, kita hanya menemukan kelelahan," tulis Pierre Heyboer dalam tulisannya berjudul 'De Politionele Acties yang diterbitkan tahun 1979.
Belanda rupanya tak menyadari, para pejuang yang mengadang mereka masih berusia muda. Mereka adalah Batalyon 33/Resimen Pelopor, beranggotakan mahasiswa dan pelajar, berdiri di Bandung tahun 1945.
Batalyon ini dipimpin mahasiswa 'Kogyo Dai Gakku' (sekarang ITB), Kapten SL Tobing. Aksi pengadangan membuatnya diperhitungkan Belanda. TNI tak bergerak sendiri, mereka dibantu rakyat.
Ketangguhan Divisi Siliwangi diakui komandan tempur Belanda, Letnan Kolonel Flink. Baginya, Divisi Siliwangi bukan pasukan sembarangan.
"Kita tidak hanya menghadapi penyergapan-penyergapan, penembakan-penembakan dan perusakan-perusakan secara insidentil, tetapi menghadapi tindakan-tindakan terpimpin dari gerombolan-gerombolan bersenjata yang terpimpin dengan baik, dan juga dari TNI," tulis Flink tulisannya berjudul 'De guerilla oorlog, in heuvel ini West-Java'.
Pengadangan yang digelar Siliwangi, Divisi C '7 December' yang dipimpinnya menjadi tak bertaji. Upaya meminimalisir serangan malah berujung pada kegagalan, akibatnya banyak korban jatuh dari pihak Belanda. Hasilnya, Belanda tak hanya kalah secara jasmaniah maupun rohaniah, moril pasukan Belanda jatuh belum lagi kerugian materil lainnya.
Bukan hanya Batalyon 33/Resimen Pelopor yang membukukan keberhasilan perang gerilya. Sejumlah satuan TNI lainya di seluruh Jawa Barat juga menumbuhkan ketakutan serupa bagi Belanda. Taktik terus diubah, jika mulanya serangan dilakukan dari selatan jalan, keesokannya akan dipindah ke utara, dan berubah kembali setiap kali serangan dilakukan.
Sayangnya, teror yang dibuat Divisi Siliwangi tak berlangsung lama. Panglima Besar Jenderal Soedirman, atas nama pemerintah RI mmerintahkan mereka untuk menghentikan permusuhan. Keputusan itu diambil setelah Indonesia terpaksa menandatangani perjanjian di atas kapal perang AS, USS Renville.
Alhasil, seluruh pasukan diperintahkan 'hijrah' ke Jawa Tengah dan Yogyakarta, serta menyerahkan tanah kelahirannya kepada Belanda.
Pertempuran yang ditorehkan Siliwangi membuat Soedirman kagum. Kelak, taktik serupa akan dipakai kembali oleh seluruh pasukan TNI ketika Agresi Militer Belanda Kedua kembali menyerang.
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Kapan Jenderal Wismoyo menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD? Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar menjabat Kepala Staf TNI AD dari tahun 1993 sampai 1995.
-
Bagaimana peran TNI AD dalam normalisasi Sungai Deli? Alhamdulillah rencana kami untuk menormalisasi Sungai Deli sepanjang 32 km mendapat dukungan penuh dari Bapak KSAD dengan memerintahkan personel TNI AD untuk terlibat langsung dalam kegiatan, " kata Bobby Selasa (12/9). Tak hanya tenaga, pihak TNI AD, kata Bobby, juga akan membantu meminjamkan alat-alat berat yang dimiliki "Kami juga akan dibantu dengan menggunakan peralatan yang dimiliki TNI AD," lanjut Bobby.
-
Apa profesi Serda Winda Anggita selain sebagai anggota TNI? Selain menjadi sosok yang selalu tampil modis dan berpenampilan kekinian, Winda Anggita telah mencapai prestasi luar biasa sebagai seorang guru di militer.
Baca juga:
Divisi Siliwangi, legenda pasukan setia dari Jawa Barat
Long March TNI, kisah Siliwangi Vs Anjing NICA
Kisah 'prajurit sapi' bisa jadi jenderal TNI AD
Merah Putih berkibar, TNI lagi-lagi juara umum di Australia!
Luhut gandeng TNI AD cari kuburan massal korban 1965 di 122 titik
Sudah latihan 8 jam sehari, tentara AS tak berkutik lawan TNI