Siswa sekolah elite di Medan berani bubarkan razia polisi
Saat melintas, mobil itu bahkan sempat digeber-geber. Anak orang kaya itu tak mau ditilang. Dia membawa teman-temannya.
Polisi terus merazia anak-anak di bawah umur yang membawa kendaraan bermotor menyusul kecelakaan yang terjadi pada Dul, putra Ahmad Dani, yang menewaskan 7 orang. Namun, razia yang dilakukan di dekat sekolah elite di Medan justru bubar setelah puluhan siswa bergerombol mendatangi petugas.
Peristiwa ini bermula ketika sejumlah polantas menggelar razia di persimpangan Jalan Sudirman dengan Jalan Imam Bonjol, Sabtu (14/9). Lokasi razia itu tak jauh dari sekolah Yayasan Harapan, salah satu sekolah elite di Medan.
Baru saja menggelar razia, para polisi ini mendapati 1 unit mobil Honda Accord merah BK 1600 FZ dikendarai seorang siswa SMA Harapan Medan. Saat melintas, mobil itu bahkan sempat digeber-geber.
Saat dihentikan, mobil itu langsung dipacu. Namun, polisi berhasil menghentikannya di dekat rumah dinas Wali Kota Medan. Kendaraan yang juga ditumpangi siswa SMA itu pun dibawa kembali ke lokasi razia dan ditilang.
Si siswa yang dihentikan sempat menelepon dan mendatangkan ayahnya ke lokasi itu. Tapi, kejadiannya tidak terhenti di sana. Puluhan siswa tiba-tiba mendatangi polisi mempertanyakan mengenai adanya siswa yang dipukul saat razia itu.
"Siapa yang dipukul?" tanya salah seorang polisi.
Para siswa tidak mampu menunjukkan rekannya yang sudah dipukul. Namun, mereka terus berteriak-teriak dan mengerubungi polisi.
Setelah dikerubungi siswa, polisi tampak kebingungan. "Kalian mau apa?" tanya para polisi itu kepada para siswa.
Suasana sedikit mereda setelah petugas berhasil meminta anak yang ditilang untuk pergi ke kantor Satlantas Polresta Medan di Jalan Adinegoro. Puluhan siswa ini pun bergerak kembali ke sekolah yang memiliki murid dari kalangan berduit, seperti anak pejabat, di Kota Medan itu.
Namun tak lama berselang, para siswa kembali mendatangi polisi. Mereka menuntut pertanggungjawaban tindakan polisi yang dituding melakukan pemukulan.
Kali ini mereka membawa seorang siswa R alias Celeng, yang tidak senang karena dicengkeram polisi. Dia pun mengaku anak seorang polisi. Namun, saat diajak ke kantor polisi untuk membuat laporan, bocah ini menolak. Bahkan dia terdiam saat polisi balik menudingnya memprovokasi teman-temannya.
"Kau tadi yang bilang ada yang dipukul, kan? Siapa yang dipukul?" tanya polisi. R tak bisa menjawab.
Situasi pun tenang dan para siswa kembali ke sekolah setelah polisi memilih pergi dari lokasi itu. Razia pun bubar.