Soal pengurangan jam kerja, JK harus banyak belajar dari wanita
"Kalau dikurangi jam kerjanya 2 jam, ini namanya menghambat karir, prestasi dan produktivitas wanita."
Rencana Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang akan mengurangi jam kerja bagi perempuan dinilai tidak tepat. JK dianggap tidak menghargai kesetaraan gender yang selama ini telah diperjuangkan oleh perempuan.
"JK harus banyak belajar dari perempuan. Ini namanya kemunduran karena justru tidak membantu perjuangan perempuan yang selama ini justru terus mengalami diskriminasi terutama di tempat kerja," ujar Ketua Ikatan Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (ILUNI FHUI), Melli Darsa dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (4/12).
Melli mengatakan bahwa perempuan masih belum sepenuhnya memperoleh hak baik di tempat kerja sekaligus di mata hukum. Menurut dia, posisi strategis di setiap institusi masih sangat maskulin lantaran didominasi oleh kaum laki-laki.
"Juga soal gaji masih banyak didominasi kaum pria. Kalau ditambah lagi perempuan dikurangi jam kerjanya 2 jam, ini namanya menghambat karir, prestasi dan produktivitas wanita," ungkap Melli.
Selanjutnya, terang Melli, seharusnya JK lebih memikirkan solusi cerdas untuk menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi pekerja perempuan. Salah satunya dengan memperbaiki kebijakan yang tidak berpihak pada perempuan.
"Jadi kami harap pemerintah Jokowi-JK gunakan cara cerdas, jangan mengada-ada dan politis," terang Melli.