Sopir truk sampah DKI keluhkan antre 10 jam di TPST Bantargebang
Sopir truk sampah DKI Jakarta di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang keluhkan lamanya antrean. Ini dikarenakan sejak pengelolaan diambil alih pemerintah dari swasta, antrean truk sampah di sana terjadi hingga berjam-jam.
Sopir truk sampah DKI Jakarta di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang keluhkan lamanya antrean. Ini dikarenakan sejak pengelolaan diambil alih pemerintah dari swasta, antrean truk sampah di sana terjadi hingga berjam-jam.
"Sekarang minimal antre di titik buang 10 jam, padahal dulu paling lama hanya empat jam," kata sopir truk asal Cengkareng, Ardi, saat ditemui merdeka.com di TPST Bantargebang, Senin (17/10).
Pada hari Minggu kemarin, dia mengaku baru bisa keluar dari titik buang pada pukul 14.00 WIB. Padahal, dia masuk ke TPST Bantargebang pada Sabtu (15/10) malam sekitar pukul 22.00 WIB.
"Antrean sekarang paling parah sejak saya bekerja menjadi sopir truk sampah," kata warga Kapuk, Jakarta Barat ini.
Sementara itu, seorang sopir asal Tanjung Priok enggan disebut namanya mengatakan, lebih enak dikelola swasta dibanding pemerintah. Soalnya, antrean saat ini lebih lama dibanding sebelumnya.
"Lihat saja sendiri antrean, ada 300 lebih truk mau buang sampah. Minimal sekarang 10 jam baru bisa buang," ujarnya.
Menurut dia, lamanya antrean sampah ditengarai karena pasokan bahan bakar untuk alat berat tak maksimal. Soalnya, setiap alat berat hanya mendapatkan jatah sekali pembelian berdasarkan Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) pengeluaran.
"Kalau sudah habis, tidak bisa beli lagi solar. Bisa beli kalau sudah ganti tanggal. Kalau sudah tidak ada solar, otomatis alat berat tidak bisa beroperasi, antrean truk menjadi menumpuk," ujarnya.