Sudah putus sekolah, Kartika meninggal karena kanker di kakinya
Sudah putus sekolah, Kartika meninggal karena kanker di kakinya. Kemiskinan Kadek Kartika Yasa (13), siswa SMP asal Gianyar membuat dirinya terpaksa harus putus sekolah. Sudah enam bulan Kadek putus sekolah. Mirisnya lagi, Kadek kini menderita kanker tulang lutut dan tidak punya biaya untuk berobat.
Kemiskinan Kadek Kartika Yasa (13), siswa SMP asal Gianyar membuat dirinya terpaksa harus putus sekolah. Sudah enam bulan Kadek putus sekolah. Mirisnya lagi, Kadek kini menderita kanker tulang lutut dan tidak punya biaya untuk berobat.
Perjuangan melawan rasa sakit selama enam bulan kini terlewati sudah. Putra semata wayang dari Ni Wayan Sanu (44), akhirnya meninggal di tempat kosnya di Banjar Gua, Bedulu, Blahbatuah, Gianyar Bali, Selasa (1/11).
"Sejak ayahnya meninggal, penyakit anak saya ini kian parah. Lututnya terus membekak, saya tidak punya uang untuk biaya operasi," kata ibu kandungnya sambil mengusap air mata sedih.
Miris memang, selama ini Sanu harus berjuang mencari makan dengan bekerja serabutan dan harus tinggal kos di daerahnya sendiri. Kata ibu ini, jenazah putranya saat ini dititipkan sementara di ruang Sedap Malam, RSU Sanjiwani Gianyar.
"Kami masih minta petunjuk adat dan sulinggih untuk rencana upacara pengabenan (kremasi). Karena itu, kami titipkan dulu jenazah Kadek di RSU Sanjiwani Gianyar," terangnya.
Disebutkan, Kadek Kartika Yasa yang berasal dari Banjar loke Serana, Siangan, Gianyar ini, kondisinya semakin drop dalam beberapa minggu terakhir. Terparah setelah menjalani kemoterapy seminggu lalu sebelum ajal menjemput.
"Kadek sangat menderita sekali, dia kesakitan hingga akhirnya meninggal di kamar kos kami. Dia sangat ingin sekali sembuh dan kembali sekolah. Katanya sudah kangen sama guru dan teman sekolah," kenangnya.
Dia menceritakan, penderitaan putranya membuat dirinya terpukul. Selain karena kemiskinan, juga tidak memiliki rumah.
"Saya hidup bersama anak saya di rumah kos selama 15 tahun. Karena tidak lagi punya rumah tempat tinggal di desa," akunya yang kini bingung harus menebus biaya penitipan jenazah anaknya dan biaya upacara.