Survei SMRC: Bansos Corona Tidak Tepat Sasaran dan Ekonomi Warga Memburuk
Survei melibatkan 1.235 responden melalui wawancara telepon. Hasilnya, hanya 39 persen responden yang menyatakan bantuan sosial kurang tepat sasaran. Kemudian 10 persen menyatakan tidak tepat sasaran sama sekali. Sisanya, 30 persen menyatakan cukup tepat sasaran.
Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) merilis hasil survei yang dilakukan 5-6 Mei yang bertemakan ‘Wabah Covid-19: Efektivitas Bantuan Sosial’.
Survei melibatkan 1.235 responden melalui wawancara telepon. Hasilnya, hanya 39 persen responden yang menyatakan bantuan sosial kurang tepat sasaran. Kemudian 10 persen menyatakan tidak tepat sasaran sama sekali. Sisanya, 30 persen menyatakan cukup tepat sasaran, 7 persen sangat tepat sasaran, dan 13 persen memilih tidak tahu atau tidak menjawab. Dengan margin of error sebesar 2,9 persen.
-
Kapan survei SMRC untuk Pilgub Sulteng 2024 dilakukan? Jika Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Sulawesi Tengah diadakan ketika survei dilakukan (6-18 Mei 2024) dan yang maju ada tiga pasangan, yakni Ahmad M Ali - Abdul Karim Aljufri vs Anwar Hafid - Reny A Lamadjido vs Rusdy Mastura - Mohamad Irwan Lapatta.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan survei Indikator Politik Indonesia dilakukan? Survei tersebut melibatkan 810 responden dengan metode simple random sampling dan margin of error sekitar 3,5 persen.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Bagaimana cara SMRC menentukan sampel untuk survei Pilgub Sulteng 2024? Sampel sebanyak 2420 responden dipilih secara acak dengan metode stratified multistage random sampling dengan jumlah proporsional dari populasi tersebut.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
"Ini mengkhawatirkan. Mengingat besarnya dana yang dikucurkan pemerintah hanya akan berarti bila bisa menjangkau masyarakat yang membutuhkan dalam kondisi ekonomi yang sangat memperhatikan," kata Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas, Selasa (12/5).
Dalam survei tersebut juga memuat alasan bansos kurang/tidak tepat sasaran. Diantaranya, 60 persen responden menyatakan ada warga yang berhak tapi belum menerima bantuan. Sebanyak 29 persen menyatakan bansos diberikan kepada yang tak berhak. Sebanyak 4 persen mengaku besarnya bansos yang diberikan terlalu kecil. Alasan lainnya 4 persen dan tidak menjawab atau tak tahu 2 persen.
"Ini persoalan serius. Karena mereka yang tak menerima bantuan bisa kelaparan, tak mampu berobat, tak mampu bayar kontrakan, dan persoalan-persoalan mendesak lainnya," ucapnya.
Kondisi Ekonomi Warga Memburuk
Selain masalah bansos, persoalan lain yang dipotret dalam survei ini adalah kondisi ekonomi masyarakat atau rumah tangganya di saat pandemi virus Corona atau Covid-19.
Hasilnya, 60 persen responden mengaku kondisi ekonomi rumah tangganya sekarang lebih buruk dibanding sebelum adanya wabah Covid-19. Sebanyak 19 persen menyatakan jauh lebih buruk, 19 persen menyatakan tidak ada perubahan. Hanya sekitar 1 persen yang menyatakan lebih baik dan 1 persen memilih tidak menjawab/tidak tahu.
Sirojudin Abbas memandang bantuan pemerintah saat ini memang sangat diperlukan.
"Jauh lebih banyak yang menyatakan sekarang lebih buruk dibandingkan yang menyatakan lebih baik. Perbedaannya sangat signifikan, hampir tidak ada yang menyatakan sekarang lebih baik," kata Abbas.
Dalam survei tersebut juga melihat bagaimana masyarakat memandang ekonomi rumah tangganya ke depan atau pasca pandemi. Sebanyak 29 persen menyatakan lebih buruk, 8 persen melihat bakal jauh lebih buruk. Sebanyak 16 persen merasa tidak akan ada perubahan. Yang menyatakan lebih baik 27 persen, 2 persen menilai jauh lebih baik, tidak tahu atau tidak menjawab 17 persen.
Hal pesimis lainnya juga ditunjukan responden melihat ekonomi nasional hari ini. Sebanyak 69 persen responden menyatakan kondisi ekonomi nasional lebih buruk, kemudian 15 persen melihatnya jauh lebih buruk, 8 persen menilai tidak ada perubahan. Hanya 2 persen yang menyatakan lebih baik, dan tidak tahu atau tak menjawab sebanyak 6 persen.
"Bantuan sosial dari pemerintah diperlukan sampai pandemi berakhir dan warga bisa melakukan kegiatan normal. Maka keberlanjutan bantuan, menambah jumlah warga yang dibantu, mendaftar secara lebih baik warga yang wajib dibantu, dan memperbaiki mekanisme penyaluran bantuan hingga tepat sasaran adalah agenda-agenda mendesak bansos yang harus dilakukan pemerintah pusat dan daerah bersama-sama," ucapnya.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber: Liputan6.com