Tanda tangan Soekarno di 'Supersemar' itu palsu
Untuk mengecek keaslian secara menyeluruh, ANRI mengirim surat itu ke Puslabfor Bareskrim Mabes Polri.
Pencarian naskah asli Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) masih terus dilakukan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Terakhir, ANRI mendapat satu versi lagi yang diyakini sebagai Supersemar asli.
"Yang menyerahkan yayasan akademi kebangsaan," kata Kepala ANRI, Asichin, saat dihubungi merdeka.com, Senin (11/3).
Saat penelitian awal, pihaknya agak yakin bahwa selembar surat berkop Burung Garuda itu adalah Supersemar asli.
"Karena kertasnya produk 1966," kata dia tentang tahun penandatangan surat dari Presiden Soekarno kepada Soeharto itu.
Untuk mengecek keaslian secara menyeluruh, ANRI mengirim surat itu ke Puslabfor Bareskrim Mabes Polri. Setelah diteliti di laboratorium, akhirnya dinyatakan surat itu Supersemar palsu.
"Dinyatakan tanda tangan atas nama Soekarno itu bukan tanda tangan orisinal hasil tarikan langsung, tetapi hasil cetak," kata Asichin tentang hasil Puslabfor Polri yang disampaikan Juli tahun lalu.
Begitu juga dengan kop Burung Garuda di surat tersebut. Puslabfor Polri menyatakan kop surat itu juga tidak asli. "Dengan demikian hingga kini belum menemukan yang asli," ujar dia.
Sebelumnya, di ANRI sudah ada dua versi Supersemar. Pertama, yakni surat yang berasal dari Sekretariat Negara. Surat itu terdiri dari dua lembar, berkop Burung Garuda, diketik rapi dan di bawahnya tertera tanda tangan beserta nama 'Sukarno'.
Sementara surat kedua berasal dari Pusat Penerangan TNI AD. Surat ini terdiri dari satu lembar dan juga berkop Burung Garuda. Ketikan surat versi kedua ini tampak tidak serapi pertama, bahkan terkesan amatiran. Jika versi pertama tertulis nama 'Sukarno', versi kedua tertulis nama 'Soekarno'. Namun, kedua surat itu dinyatakan tidak asli alias palsu.
ANRI tetap meyakini Supersemar yang diterbitkan tepat 47 tahun lalu itu pernah ada. Hal itu berdasarkan pidato Bung Karno pada 17 Agustus 1966 dan pengakuan mantan Mensesneg Moerdiono sebelum tutup usia. Saat itu, Moerdiono mengaku pernah melihat surat yang menandakan transisi Orde Lama ke Orde Baru itu.
"Kami yakin Supersemar pernah ada, tapi apakah fisiknya masih ada hingga sekarang kami tidak bisa menyimpulkan," kata Asichin menambahkan pihaknya akan terus menelusuri keberadaan surat itu.
Baca juga:
Supersemar dan Semarsuper
Di manakah naskah asli Supersemar?
Mungkinkah naskah asli Supersemar ditemukan?
ANRI janjikan penghargaan bagi penemu Supersemar
-
Dimana Soekarno diasingkan? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
-
Bagaimana cara Soekarno meresmikan Hotel Indonesia? Sukarno menggunting pita sebagai tanda peresmian hotel ini, setelah merencanakan pembangunannya selama 2 tahun.
-
Mengapa Presiden Soekarno pergi ke Sumatra? Pasca Proklamasi Kemerdekaan, kondisi pemerintahan Indonesia masih belum stabil karena banyaknya gejolak dari dalam maupun luar negeri. Akibat gejolak itu, presiden Ir. Soekarno bersama wakilnya Mohammad Hatta serta beberapa tokoh nasionalis lainnya sempat diasingkan ke Pulau Sumatra.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata Soekarno tentang bangsa yang besar? "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya."
-
Kapan Try Sutrisno menjadi ajudan Presiden Soeharto? Berkat rekam jejaknya di bidang militer, pada tahun 1974 Try terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto.
-
Bagaimana Soekarno mempelajari bahasa Sunda? Inggit didapuk jadi penerjemah Bahasa Sunda masyarakat, dan membantu Soekarno saat kesulitan mengucap Bahasa Sunda.