Tekad Jupiter, Mantan Pencuci Mangkuk Benahi APBD Jakarta
Jupiter juga berjanji akan mengawasi sejumlah badan usaha milik daerah (BUMD) yang memiliki rapor merah.
"Kerja keras tak membohongi hasil!", mungkin kalimat ini yang terus terngiang dalam diri Jupiter kala mengalami masa-masa sulitnya.
Tak merasakan dunia bermain seperti anak-anak kecil pada umumnya, Jupiter yang sejak menjadi murid di sekolah dasar (SD) menjadi korban kehancuran rumah tangga orangtuanya terbentuk menjadi sosok mandiri. Jatuh bangun dalam kehidupan diwarnai pengalaman kuat membentuk karakternya menjadi pribadi kuat pantang menyerah hingga akhirnya menjadi legislator terpilih Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta pada pemilihan umum serentak 2019.
-
Apa jabatan Purwanto di DPRD DKI Jakarta? Anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta Purwanto meninggal dunia pada Selasa (5/12) pukul 20.05 WIB.
-
Di mana pelantikan anggota DPRD Jateng berlangsung? Ayah dan anak secara bersamaan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah periode 2024-2029 terpilih yang dilantik pada rapat paripurna di Gedung DPRD Jateng, Semarang, Selasa.
-
Apa yang dibahas dalam rapat pimpinan sementara DPRD Provinsi DKI Jakarta? "Pembahasan dan penetapan usulan nama Calon Penjabat Gubernur DKI Jakarta dari masing-masing Partai Politik DPRD Provinsi DKI Jakarta," demikian informasi tersebut.
-
Apa yang dilakukan anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta saat rapat paripurna? Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Cinta Mega kedapatan tengah bermain game slot saat rapat paripurna penyampaian pidato Penjabat (Pj) Gubernur terhadap Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2022 di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Kamis (20/7).
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
-
Apa yang diminta oleh DPRD DKI Jakarta kepada Pemprov DKI terkait Wisma Atlet? Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Inggard Joshua meminta Pemprov memanfaatkan Wisma Atlet Kemayoran sebagai tempat rekapitulasi dan gudang logistik Pemilu 2024.
Prahara kehidupan Jupiter mulai dirasakan ketika ia masih duduk di kelas dua SD di Belitung. Ketika itu, ayahnya yang bernama Candra Gunawan dan Siu Moi, sang ibu, memutuskan untuk mengakhiri bahtera cinta mereka. Dua tahun setelah perceraian itu, Jupiter kecil dan adiknya terpaksa diungsikan ke rumah ayah dari ibunya, Cong Fa.
Tinggal Bersama kakek, tak membuat kehidupan Jupiter membaik. Hanya berprofesi sebagai buruh, Cong fa kewalahan menafkahi sembilan anggota keluarga, termasuk Jupiter dan adiknya. Imbasnya, ketika Jupiter berhasil lulus SD, Cong Fa dengan berat hati menyampaikan bahwa dirinya tak mampu lagi membiayai pendidikan berikutnya. Laksana jatuh tertimpa tangga pula, Jupiter harus kembali merasakan pahitnya kehidupan pascaperceraian orangtua.
Menolak tetap hidup dalam kemiskinan, Jupiter membulatkan tekad untuk tetap mengenyam Pendidikan. Untuk membiayai sekolahnya, Jupiter merelakan waktu bermainnya sebagai anak-anak untuk bekerja. Tukang cuci mangkuk sekaligus pelayan mie ayam gerobak di salah satu pasar tradisional di Kawasan Tanjung Pandan Belitung menjadi satu-satunya pilihan hidup Jupiter ketika itu untuk dapat terus bersekolah. Dengan upah sebesar tiga ribu rupiah Jupiter menghabiskan waktu bergelut dengan mangkuk kotor dan mengantar pesanan ke pembeli sejak pukul 05.00 WIB hingga 11.30 WIB. Selepas itu, Jupiter pulang dan bersiap sekolah yang masuk pada pukul 13.00 WIB.
Jupiter Saat Kampanye ©2019 Merdeka.com
"Sabtu Minggu juga kerja cuci mangkuk mie ayam. Biar bisa dapat uang untuk biaya sekolah 25 ribu rupiah. Sekolah sampai jam 5 sore. Masa kecil tidak ada masa main seperti pada umumnya. Kerja sambil sekolah sampai lulus SMP PGRI 1 Tanjung Pandan," kenang pria kelahiran 22 Mei 1987 ini.
"Kakek saya buruh harian, untuk makan saja susah karena tidak ada kepastian, dia bilang sepertinya tidak sanggup untuk menyekolahkan saya lagi. Ada sembilan orang ditanggung kakek saya ketika itu. Saya memutuskan untuk berjuang yang penting bisa sekolah," lanjutnya.
Berhasil meraih ijazah SMP, Jupiter merantau ke Jakarta dan tinggal Bersama ayah kandung beserta ibu tirinya di Kawasan Pekojan, Jakarta Barat. Kebetulan ayahnya sudah memiliki usaha penjualan sepatu di daerah Pejagalan Raya, Jakarta barat.
Namun meski ayahnya seorang pengusaha sepatu yang cukup sukses, hal itu tak serta merta membuat Jupiter bisa enak-enakan bersekolah di SMK Bhineka Tunggal Ika, Jembatan Lima, Jakarta Barat. Dirinya tetap saja "dipaksa" menghasilkan uang secara mandiri. Demi memperoleh uang jajan dan memiliki tabungan, Jupiter menjadi penjual nasi uduk di sekolahnya. Membeli seharga Rp 1500, Jupiter menjual setiap bungkus nasi uduk dibawanya senilai Rp 2000. Dari keuntungan 500 rupiah per bungkus itu, Jupiter memiliki uang jajan sekitar 10 ribu rupiah setiap harinya.
"Didikan bapak, saya tidak boleh cengeng, sampai Jakarta hanya disekolahkan, uang jajan harus kerja. Pagi jual nasi uduk, pulang sekolah jaga toko sepatu milik ayah, digaji 90 ribu dalam satu minggu. Dari nasi uduk satu hari bisa dapat 10 ribu. Uang jajan jadi punya 60 ribu satu minggu," Jupiter berkisah.
Gemblengan dari sang ayah dan pengalaman pahit masa kecilnya diakui Jupiter membuat dirinya menjadi sosok mandiri. Dia terus berusaha sambil sesekali menabung untuk masa depannya. Maka selepas SMA, dia sudah mampu membangun counter aksesoris HP di Glodok dan kemudian pindah di Roxy Mas.
Sayang usahanya tersebut kandas di tengah jalan dan Jupiter muda terpaksa harus pulang kampung untuk bekerja di sana. Namun mental tak kenal putus asa ditunjukkannya lagi, setelah memiliki cukup uang. Pada tahun 2006 Jupiter kembali mengadu nasib di ibu kota dan bekerja menjadi seorang sales perusahaan sepatu di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setahun berselang Jupiter dipercaya mengurus impor sepatu, sebelum akhirnya mengundurkan diri enam bulan kemudian.
Jupiter Saat Kampanye©2019 Merdeka.com
Di tahun 2008, Jupiter mendirikan sebuah perusahaan ekspedisi impor elektronik. Kesuksesannya sebagai pengusaha tak membuatnya malas menuntut ilmu, ketika ada kesempatan dia pun melanjutkan studinya di jenjang S1 dan meraih gelar sarjana di Universitas Wiraswasta Indonesia pada tahun 2017 lalu.
Dan di tahun yang sama, pengagum Surya Paloh, Enggartiasto Lukita dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ini mulai merambah bisnis baru yakni mengakuisisi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Dana Niaga.
"Saya mengambil bank tersebut tak hanya untuk bisnis, tapi juga untuk membantu orang lain. Karena saya merasakan juga bagaimana sulitnya orang mencari permodalan usaha," katanya.
Optimalisasi PAD
Setelah merasa cukup mapan, Jupiter pun mulai aktif ikut berorganisasi mulai dari Lions Club, Laskar Merah Putih hingga masuk ke dalam organisasi massa Nasional Demokrat pimpinan Surya Paloh di tahun 2009. Ketokohan Surya Paloh diakui Jupiter menjadi penentu hatinya mantap berlabuh ke NasDem meski banyak ormas atau partai lain meminangnya ketika itu.
Gayung bersambut, keaktifan di dunia sosial menempatkan Jupiter sebagai orang nomor satu di kepengurusan Ormas Nasional Nasional Demokrat Jakarta Barat. Setelah Nasdem bertranformasi menjadi partai politik, Jupiter ditugasi menjadi orang nomor satu di struktur kepartaian wilayah Jakarta Barat. Di tahun 2014, Jupiter maju sebagai calon legislatif untuk mengisi kursi DPRD DKI, sayang saat itu usahanya gagal total.
"Mungkin karena kurang pengalaman di dunia politik di tahun 2014 saya gagal masuk. Hanya saya tidak putus asa dan kembali mencoba di tahun 2019 ini dan ternyata usaha tak membohongi hasil, saya masuk sebagai salah satu dari 7 orang anggota DPRD Partai Nasdem yang akan duduk di kursi DPRD DKI," cetusnya.
Sebagai seorang yang punya skill di bidang keuangan, dirinya mengaku bertekad membereskan sejumlah permasalahan keuangan yang ada di anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) DKI Jakarta.
©2019 Merdeka.com
"Salah satu kerinduan saya adalah memperbaiki total pendapatan asli daerah (PAD), khususnya di sektor restoran kelas menengah ke atas dan hiburan malam. Saya melihat masih ada cela kebocoran yang cukup besar dari sektor ini dan setelah dilantik nanti akan saya kritisi termasuk mengusulkan mekanisme perhitungan secara online. Selama ini saya melihat, pelaporan pendapatan di restoran-restoran Jakarta masih manual dan ini yang harus diperbaiki," tegasnya.
"Restoran banyak melaporkan ke Dispenda tak seluruh pendapatannya. Menjadi tugas saya untuk membuat inovasi terutama bagaimana mengontrol dan itu online ke Dinas Pendapatan Daerah. Biasanya mereka hanya melaporkan kisaran 50 persen. Masyarakat bisa dirugikan jika sudah membayar pajak itu tapi tidak disetorkan ke Dispenda, yang ada hanya menambah keuntungan pemilik usaha," imbuhnya.
Jupiter juga berjanji akan mengawasi sejumlah badan usaha milik daerah (BUMD) yang memiliki rapor merah. "Ya, perlahan-lahan akan coba kita selesaikan by system. Kami akan banyak usulkan program-program perbaikan seperti ini kepada gubernur," kata anggota legislator yang akan dilantik 26 Agustus 2019 ini.
(mdk/hhw)