Teror ISIS dan perebutan sumber daya alam di Timur Tengah

"Tidak ada jihad di situ, tapi yang terlibat di Suriah justru saling membunuh dan tidak ada kedamaian, itu salah besar."

Paham radikal sudah menjadi ancaman serius bagi Indonesia termasuk generasi muda. Kondisi semakin mengkhawatirkan karena banyak WNI yang tertarik gabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Adnan Anwar menilai tidak ada alasan buat warga Indonesia menerima pengaruh radikal dan ikut-ikutan pergi ke Timur Tengah dan bergabung di kawasan konflik. Apalagi, mereka akan bergabung ISIS .

"Jadi kalau ada mobilisasi ISIS di Indonesia menurut saya sudah salah arah," ujar Adnan dalam keterangan tertulisnya, Minggu (19/4).

Ia menegaskan bahwa konflik yang terjadi di Timur Tengah yang terkait dengan ISIS, secara ideologi dan geopolitik sebenarnya tidak terkait dengan Indonesia.

"Sebenarnya hal tersebut terjadi akibat konflik perebutan sumber daya alam di kawasan Timur Tengah," ungkapnya.

Adnan menyimpulkan langkah WNI yang telah pergi ke sana, adalah pilihan yang salah. Untuk itu dia mendorong agar pemerintah lebih ketat mengawasi penyebaran ISIS yang semakin masif.

"Tidak ada jihad di situ, tapi yang terlibat di Suriah justru saling membunuh dan tidak ada kedamaian. Itu salah besar karena yang membunuh dan dibunuh sama-sama orang-orang Islam," tandasnya.

Baca juga:
Harlah PMII, Jokowi minta dukungan perangi ISIS dan narkoba
Tak ada payung hukum, Badrodin akui polisi kesulitan berantas ISIS
Tolak ISIS, ribuan masyarakat Banten gelar aksi
Polisi ringkus fasilitator WNI gabung ISIS