Tidak punya uang, korban ledakan tabung gas terpaksa dirawat di rumah
Miris melihat yang dialami Made Suartini (42), ibu rumah tangga asal Desa Penatahan, Penebel Tabanan di Bali ini. Dari telapak kedua kakinya hingga sampai ke atas lutut dan bagian perut alami luka bakar yang cukup serius.
Miris melihat yang dialami Made Suartini (42), ibu rumah tangga asal Desa Penatahan, Penebel Tabanan di Bali ini. Dari telapak kedua kakinya hingga sampai ke atas lutut dan bagian perut alami luka bakar yang cukup serius.
Made Suartini terkena semburan api dari tabung gas 3 kg, saat memasak di rumahnya, Minggu (17/9). Sialnya, karena terbentur tingginya biaya perawatan, oleh pihak keluarga korban terpaksa dipulangkan dari rumah sakit.
Suaminya bernama Maniarta (40) mengaku selama ini dia hanya bekerja sebagai buruh tani dan terkadang ambil kerjaan serabutan. Melihat harga sewa kamar dan sejumlah biaya yang disodorkan pihak rumah sakit untuk rawat inap, membuatnya harus mengerutkan kening dan mengambil keputusan untuk membawa istrinya pulang.
"Saya uang dari mana pak. Saya tidak dapat KIS juga tidak ikut BPJS. Untuk makan kami saja susah apalagi bayar jaminan kesehatan di BPJS, tentu kami tidak sanggup. Ini biaya kamar dan rawat inap juga mahal, lebih baik dirawat di rumah saja," keluhnya tanpa menyebut berapa jumlah nominal perkiraan yang harus dibayar untuk perawatan istrinya.
Kejadian yang menimpa korban terjadi pagi tadi, saat istrinya memasak di dapur. Saat menghidupkan kompor tiba-tiba tabung gas bocor dan meledak.
"Kompor gas yang menyala langsung menyambar ke tabung gas yang bocor," turturnya.
Istrinya yang berada dekat dengan kompor saat itu terkena semburan api dari gas yang meledak. Bahkan dalam kondisi terbakar, korban masih berusaha berteriak dan memadamkan api.
"Saat itu saya masih tidur tiba-tiba terdengar suara teriakan dari arah dapur. Saya pun langsung berlari ke dapur dan melihat istri saya sudah mengalami luka bakar di bagian wajah, kedua kaki dan tangan," ucapnya lirih di sal IRD RSUP Sanglah.
Menurutnya, ada beberapa jam istrinya sempat mendapat penanganan di ke RSUD Tabanan. Namun karena luka bakarnya cukup serius, kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar.
Karena tingginya biaya perawatan inap yang disodorkan pihak RSUP Sanglah, ia akhirnya memutuskan untuk memulangkan paksa istrinya.
"Dokter menyarankan agar dirawat inap. Tetapi kalau rawat inap biaya terlalu besar, saya tidak sanggup. Nanti juga kontrol dua kali dalam seminggu di sini (RSUP Sanglah)," Kata Mudiarta penuh pasrah.