Tiga Cara Kemenkes Tingkatkan Jumlah Dokter Spesialis di Indonesia
Salah satu cara meningkatkan jumlah doktter spesialis adalah, meningkatkan jumlah prodi atau program studi. Jumlah prodi yang tersedia saat ini masih jauh dari harapan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, terus berupaya meningkatkan kapasitas serta kualitas dokter spesialis, khususnya untuk pelayanan jantung. Pemenuhan ini dilakukan karena jumlah dokter spesialis di Indonesia masih sangat kecil jika dibandingkan dengan dokter umum.
Mengatasi kekurangan itu, Kementerian Kesehatan melakukan tiga upaya guna meningkatkan kapasitas serta kualitas dokter spesialis. Pertama, meningkatkan jumlah prodi atau program studi.
-
Kapan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) resmi terbentuk? Tepat pada 24 Oktober 1950, IDI secara resmi mendapatkan legalitas hukum di depan notaris.
-
Apa tujuan utama dibentuknya Ikatan Dokter Indonesia (IDI)? Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat profesi dokter.
-
Dimana konsentrasi dokter spesialis di Indonesia? Dia mengatakan 59 persen dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa. "Rata-rata semuanya dokter spesialis pada di Jawa dan di kota. 59 persen dokter spesialis itu terkonsentrasi di Pulau Jawa, 59 persen," ujarnya.
-
Kenapa Jokowi meminta Kemenkes segera mengisi kekurangan dokter spesialis? "Tadi Pak Menkes sudah menyampaikan bahwa dokter umum masih kurang 124.000, dokter spesialis masih kurang 29.000. Jumlah yang tidak sedikit. Ini yang harus segera diisi," kata Jokowi dalam Peresmian Peluncuran Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta, Senin (6/5).
-
Bagaimana cara dokter menjaga kesehatan? "Saya seorang dokter dan berikut adalah lima hal yang tidak saya lakukan, atau tidak lagi saya lakukan, demi kesehatan saya. Yang pertama adalah mengonsumsi alkohol. Tidak ada jumlah alkohol yang aman untuk kesehatan kita," katanya dalam unggahan video.
-
Apa profesi Putra Dokter Boyke, Dhitya Dian Nugraha? Mengikuti jejak sang ayah, Dhitya merupakan alumnus Universitas Indonesia. Namun, perjalanan akademisnya tidak berhenti di sana. Ia melanjutkan pendidikannya di luar negeri, tepatnya di Universiteit Leiden, Belanda, dari tahun 2017 hingga 2020 dengan mengambil jurusan psikologi.
Jumlah prodi yang tersedia saat ini masih jauh dari harapan. Dari 92 Fakultas Kedokteran di Indonesia, hanya ada 20 yang memiliki prodi pelayanan jantung, sementara yang bisa melakukan spesialis BTKV (Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular) hanya dua prodi.
Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Kemendikbud untuk mengejar pemenuhan tenaga kesehatan dengan menambah jumlah prodi kedokteran agar semakin banyak menghasilkan dokter dan dokter spesialis.
"Kita ada hitung-hitungannya, dari 188 spesialis yang praktik hanya 42 orang. Jumlah ini tentu tidak cukup untuk melayani 270 juta masyarakat Indonesia," kata Budi melalui keterangan tertulis, Senin (31/10).
Kedua, membuka fellowship. Budi menjelaskan Kementerian Kesehatan akan bekerja sama dengan kolegium dan organisasi profesi untuk membuka fellowship yang seluas-luasnya guna melatih mereka supaya bisa memasang ring maupun pelayanan jantung lainnya.
"Saat ini tenaga kesehatan kita masih kurang, kita mesti butuh puluhan tahun. Supaya cepat, salah satunya melalui fellowship. Semua rumah sakit harus membuka fellowship dan itu perlu bantuan dari kolegium dan organisasi profesi. Supaya ini bisa segera dibuka," terang Budi.
Guna mendukung program ini, Kementerian Kesehatan telah berkomitmen untuk menambah kuota beasiswa untuk dokter dan dokter spesialis baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sebelumnya, beasiswa yang tersedia hanya 200-300 beasiswa. Di tahun 2022, ditambah menjadi 1.500 beasiswa per tahun.
Ketiga, mendorong pendidikan dokter berbasis rumah sakit (hospital based). Upaya ini dilakukan dengan menambah sistem pendidikan dokter spesialis yang semula University Based ditambah Hospital Based.
"University based tetap ada, namun kita tambah dengan hospital based. Dua-duanya kita dorong demi mempercepat peningkatan dokter spesialis. Begitu nanti jadi Hospital Based, dokter spesialis yang ambil PPDS kita bayar," ungkap Budi.
Melalui tiga upaya ini, Budi mengharapkan dukungan dan bantuan dari seluruh pihak terkait agar produksi tenaga kesehatan semakin meningkat. Sehingga pelayanan kesehatan khususnya penyakit jantung semakin baik, berkualitas dan merata di seluruh Indonesia.
"Tiga hal ini tolong dibantu. Bukan untuk organisasi ataupun diri kita sendiri, tetapi untuk masyarakat, untuk menyelamatkan lebih banyak lagi nyawa masyarakat Indonesia," pungkas Budi.
(mdk/tin)