'Tukang Ojek Vila’ Bertahan di Tengah Gempuran Aplikasi
Warga berharap agar Pemerintah Kota Batu punya solusi agar sektor pariwisata di kawasan legendaris ini kembali dikenal masyarakat luas. Seperti masa jayanya.
'Tukang Ojek Vila’ Bertahan di Tengah Gempuran Aplikasi
Aktivitas itu dilakukan secara bergantian oleh para tukang ojek yang sedang mangkal. Mereka saling berjejer dan menunggu giliran untuk menawarkan penginapan kepada wisatawan yang melintas. “Vila, Mas Vila?" begitu mereka melontarkan tawaran jasa saat mengejar para pengendara yang melintas.
Meski begitu, Anda tidak perlu takut atau khawatir dengan mereka. Pasalnya, mereka tergabung dalam paguyuban resmi sebagai pramuwisata Songgoriti.
Mereka pun sebenarnya menolak jika profesinya disebut ojek vila. Tetapi namai itu sudah terlanjur melekat di benak masyarakat luas.
Kini kawasan Songgoriti yang populer pada medio 1980 - 2000-an itu mulai kalah pamor. Terutama sejak kehadiran penginapan-penginapan baru yang menggunakan jasa aplikasi. Jasa akomodasi yang lebih murah dan modern itu memaksa kawasan Songgoriti kalah bersaing.
- Menguak Fakta Jalur Kuno "Ondo Budho", Jalan Utama Para Peziarah Menuju Dieng di Masa Lalu
- Disebut sebagai Nenek Moyangnya Seblak, Icip Nikmatnya Kudapan Legendaris Kerupuk Banjur Khas Bandung
- Blak-blakan Mahfud MD Ungkap Modus Jual Beli Suara di Pemilu, Ada Borongan dan Eceran
- Berseragam Loreng, Begini Gagahnya Letjen TNI Menantu Jenderal Kopassus Nyangkul di Kebun
Namun demikian, warga di sana masih banyak yang tetap bertahan lewat penghasilan itu, meski sudah mulai sepi peminat. Salah satu sesepuh paguyuban pramuwisata di Songgoriti, Sugiono (74 ) mengatakan sikap bertahan pada profesi tidak lebih karena keterbatasan sumber daya. Tidak ada alternatif profesi lain sebagai pilihan. Praktis hanya aset vila itulah, sumber daya yang bisa dimanfaatkan. "Kalau di sini itu memang ya dari dulu ini, sawah nggak ada, kebun nggak ada. Ya tapi punyanya vila. Ya jadi, hanya itu yang bisa dimanfaatkan buat penghasilan,'' tutur pria yang populer disapa Mbah Kacong itu.
Mbah Kacong mengisahkan jika profesi pramuwisata khas itu sudah tercipta alami sejak 1980-an. Awalnya, saat Songgoriti dulu masih jadi jujugan utama wisatawan di Kota Batu, banyak yang membutuhkan tempat menginap. Dari situlah, masyarakat membaca peluang bisnis itu dengan baik dan bertahan hingga sekarang. Bahkan cara penawaran akomodasi mereka juga terus berkembang. Mulai berjalan kaki, naik sepeda ontel hingga kini bergeser memakai motor. Begitu juga jumlah vila yang disewakan semakin menjamur. Bahkan, jika banjir pengunjung, pemilik rumah rela pindah rumah sementara dan rumahnya disewakan.
"Dari setiap jasa penawaran yang deal itu, para pramuwisata ini mendapat persenan dari pemilik vila. Dulu, waktu masih rame-ramenya, penghasilan bisa sampai Rp500 ribu lebih dalam sehari,” kenangnya.
Berbanding terbalik dengan sekarang, untuk mencari penghasilan sampai di atas Rp100 ribu saja sudah sulit. Apalagi, tempat wisata di Kota Batu sendiri juga sudah mulai banyak. Sehingga Songgoriti kerap luput dari perhatian.
Padahal, di kawasan itu menyimpan sejumlah potensi wisata seperti sejarah hingga pemandangan alam dan pemandian air panas. Kalah pamornya jasa akomodasi Songgoriti juga diakui oleh Ketua Paguyuban Vila Songgoriti, Indra Tri Ariyono. Meredupnya pamor Songgoriti sendiri mulai kentara sejak 2010-an. Mereka dihadapkan dengan persaingan harga dengan aneka macam promo di vendor penyedia jasa akomodasi dengan fasilitas dan harga yang lebih bak. "Ya bingung juga ketika kita nurunin harga, tapi biaya operasional pengusaha vila warga ini kan juga gak bisa turun. Mau tidak mau, kami memang kalah,” ujar Indra.Hanya saja, banyak masyarakat Songgoriti tetap bertahan dengan asa yang ada. Hingga sejauh ini, Indra mencatat masih ada 324 vila yang masih beroperasi. Hanya saja, tingkat okupansinya terus meredup dari tahun ke tahun.
"Misal dulu itu 100 persen lebih sampai nolak-nolak, sekarang, misal di akhir pekan itu hanya mentok di 60 persen."
Ketua Paguyuban Vila Songgoriti, Indra Tri Ariyono
Merdeka.com